Idle Money Menjadi Problem Koperasi?
Oleh
M Syahid
Permasalahan koperasi di era dulu terkait permodalan, berbeda dengan era sekarang. Jika jaman dahulu problem koperasi berkisar seputar kurangnya permodalan.
Likuiditas kering ini jamak dijumpai di koperasi era dulu. Sehingga, persoalan modal menjadi hal yang kerap dibahas tiap ada pertemuan di koperasi, termasuk koperasi pegawai.
Sulitnya menghimpun modal di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di era dulu terkait dengan gaji PNS yang sebagian besar masih terbilang pas-pasan.
Begitu gaji PNS jumlahnya sudah lumayan, kini permodalan bagi sebagian KPRI bukan masalah serius lagi. Karena nominal gaji anggota sudah lumayan, mereka pun bisa menyimpan di koperasi.
Menariknya, antusiasme anggota menyimpan uangnya di koperasi, memunculkan masalah baru yakni idle money, alias uang yang parkir di koperasi. Sementara, saat ada uang nganggur tersebut, koperasi tetap harus memberikan jasa karena merupakan simpanan anggota.
Permasalahan Dana Idle
Mungkin sebagian pegiat koperasi tidak memproyeksikan akan adanya masalah idle money di masa kini sebagai konsekuensi adanya likuiditas over. Karena, selama ini kebanyakan koperasi kesulitan menghimpun simpanan.
Ternyata, begitu anggota giat menyimpan di koperasi, tanpa dibarengi dengan kemampuan memutar uang simpanan anggota dengan kegiatan produktif yang menghasilkan profit, memunculkan masalah baru yakni dana idle.
Kemampuan koperasi mengajak anggota menyimpan uangnya di koperasi, itu merupakan prestasi. Karena, di masa dulu, mengajak anggota menyimpan uang di koperasi bukan hal gampang.
Pada masa dulu sebagian anggota koperasi membutuhkan koperasi saat perlu pinjaman uang. Namun, kalau punya uang, anggota memilih menyimpannya di lembaga lain.
Solusi Dana Idle
Terkait permasalahan dana mengendap alias idle money, koperasi bisa mengambil beberapa strategi. 1). Pinjaman Produktif. Koperasi bisa menerbitkan pinjaman untuk kegiatan produktif anggota dengan jasa kompetitif.
Cara ini bisa dipilih mengingat anggota ada yang berbisnis dan memerlukan tambahan modal untuk meningkatkan skala bisnisnya.
2). Spin Off. Alternatif lain yakni koperasi melakukan spin off alias pengembangan usaha. Tentunya koperasi sudah membuat visibilitas bisnis terlebih dahulu sebelum memilih spin off.
Hal yang perlu diantisipasi yakni terkait resiko bisnis. Pasalnya, tanpa perencanaan yang matang, goal untuk mendapatkan tambahan nilai dari simpanan anggota, bisa berujung pada kerugian koperasi.
Dalam mengembangkan bisnis, koperasi tidak selalu harus bermain sendiri. Jika koperasi tidak mempunyai SDM yang ahli di bisnis tertentu, koperasi tidak perlu memaksakan diri, dan merasa mampu.
Koperasi bisa bekerjasama dengan mitra terpercaya dalam mengembangkan bisnisnya. Dengan bekerjasama pihak yang ahli, koperasi bisa meminimalisir resiko usaha.
Yang perlu digarisbawahi terkait dana mengendap di koperasi adalah idle money harus diatasi dengan strategi tepat. Karena hal itu menyangkut trust alias kepercayaan dari anggota yang menyimpan uangnya di koperasi.
Idle money sudah seharusnya men-drive pengurus dan manajemen koperasi lebih kreatif menciptakan produk-produk baru yang bisa mendatangkan profit bagi koperasi.
Penulis adalah pengurus GKPRI Jawa Tengah dan Praktisi Perbankan.
Komentar