Menimang Potensi Food Bank Koperasi


Focus Group Discussion (FGD) menyoal food bank (bank pangan) dan koperasi dihelat di Jakarta, Jumat (26/7) lalu. Mengupas potensi dan tantangan bank pangan dari berbagai perspektif dan pengalaman praktisi. Potensi besar dikembangkan dalam kelembagaan koperasi.

img-1722314814.jpg

Meskipun bukan hal baru, food bank memang belum begitu memasyarakat di Indonesia. Di berbagai negara dunia food bank sudah diaplikasikan sebagai salah satu solusi dalam mangatasi kesenjangan pangan, kemiskinan, dan kemubaziran pangan (food waste).

Bank pangan (food bank) dianggap sebagai salah satu solusi mengatasi kemiskinan akibat kekurangan pangan dan kemubaziran pangan (food waste) yang jumlahnya besar. Hal tersebut mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk "Potensi Perkuatan Food Bank Melalui Koperasi Indonesia" yang diadakan oleh Induk Koperasi Wanita Pengusaha Indonesia (Inkowapi), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Jumat (26/7) lalu.

Ketua Inkowapi Ir.Sharmila mengemukakan, bank pangan juga diharapkan dapat mengatasi masalah pemborosan makanan (food waste) dan kerawanan pangan (food insecurity) yang masih menjadi tantangan di Indonesia. 

“Saat ini ada 19-29 ton sampah makanan dihasilkan setiap tahun. Food Bank bisa menjadi solusi yang baik, sebab dapat menjaga stabilitas harga dan mengurangi inflasi dengan menyeimbangkan pasokan dan permintaan pangan. Membantu mengentaskan kemiskinan dengan menyediakan akses pangan dan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan dan distribusi makanan,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Sharmila menekankan urgensi lembaga koperasi untuk mewujudkan misi bank pangan. “Pembentukan food bank melalui Koperasi adalah solusi efektif. Sebab, selain memiliki jaringan yang kuat dan struktur terorganisir. Koperasi juga dapat mengumpulkan, menyimpan dan mendistribusikan surplus makanan secara efisien”.

Urgensi kelembagaan koperasi dalam pengelolaan bank pangan juga dikemukakan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi. Koperasi merupakan aspek penting dalam insiatif Food Bank. Sebab, koperasi dapat mengorganisir dan mengoptimalkan distribusi surplus pangan secara efisien serta bisa melibatkan masyarakat langsung dalam pengelolaan Food Bank. 

“Koperasi, selain mendukung ketahanan pangan juga memberdayakan anggotanya, menciptakan peluang ekonomi baru dan memperkuat solidaritas sosial,” papar Arief. “Potensi pengembangan Food Bank di Indonesia masih sangat besar menimbang luasnya wilayah dan besarnya jumlah penduduk. Diperlukan diskusi pematangan yang melibatkan pemangku kepentingan. Melalui pemberdayaan koperasi, diharapkan ada peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan pangan, yang dapat memperkuat solidaritas sosial dan memberikan kontribusi positif terhadap stabilitas harga pangan dan kesejahteraan masyarakat,” imbuh Arief. 

Di kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Asosiasi dan Himpunan, Wisnu W. Pettalolo menuturkan, lebih dari 80% dari food waste ini berasal dari sampah rumah tangga. ”Pemborosan pangan juga menyebabkan fluktuasi harga pangan, yang akhirnya memengaruhi daya beli masyarakat terutama bagi masyarakat dalam kategori rentan. Melalui inisiatif Food Bank, ada peluang mengurangi tekanan ekonomi pada keluarga kurang mampu dan membantu mereka mengakses makanan bergizi,” papar Wisnu.

Wakil Rektor Ikopin University Prof. Dr. H. Ahmad Subagyo,berpendapat, food bank menjadi urgensi tersendiri bagi Indonesia untuk membantu mengatasi kesenjangan dan pemborosan pangan di masyarakat. Termasuk kontribusinya dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan nomor 2 (mengakhiri kelaparan), 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab), dan 17 (kemitraan untuk mencapai tujuan).

Subagyo lantas mencontohkan Jepang sebagai salah satu negara yang sukses dalam mengalobarasi bank pangan dalam model kelembagaan koperasi. “Indonesia dapat belajar ke negara lain yang memiliki infrastruktur kebijakan dan kelembagaan mumpuni. Jepang, misalnya, bisa menjadi contoh sukses yang berhasil mengatasi masalah pangan dan kemiskinan seperti dicontohkan oleh food bank Kanagawa”. (Priono) 

Wakil Rektor III Ikopin University Prof. Dr. H. Ahmad Subagyo,berpendapat, food bank menjadi urgensi tersendiri bagi Indonesia untuk membantu mengatasi kesenjangan dan pemborosan pangan. Termasuk kontribusinya dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya terkait tujuan mengakhiri kelaparan, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, dan kemitraan untuk mencapai tujuan.

Subagyo menekankan urgensi koperasi sebagai pengelola utama food bank. Koperasi sebagai lembaga ekonomi berbasis komunitas memiliki kemampuan dalam mengorganisir anggota dan publik untuk mengelola food bank secara efektif. Mampu menjembatani gap antara kebutuhan pangan dengan surplus makanan. “Masih ada sekitar 22 juta orang yang menghadapi kerawanan pangan, di satu sisi ada 13 juta ton makanan terbuang setiap tahunnya,” papar Subagyo. 

Subagyo lantas mencontohkan Jepang sebagai salah satu negara yang sukses dalam mengalobarasi bank pangan dalam model kelembagaan koperasi. “Indonesia dapat belajar ke negara lain yang memiliki infrastruktur kebijakan dan kelembagaan mumpuni. Jepang, misalnya, bisa menjadi contoh sukses yang berhasil mengatasi masalah pangan dan kemiskinan melalui food bank Kanagawa”. Lebih lanjut, Subagyo menekankan perlunya sinergi antara pemerintah, koperasi dan masyarakat luas untuk mengoptimalkan fungsi food bank agar sistem yang diiajalankan efisien dalam rangka mengatasi masalah pangan di Indonesia. (Priono) 



Kategori
NASIONAL

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar