SLANKOPS dan Prospek Koperasi Multi Pihak ala Gang Potlot

Setelah mematangkan ide sejak 2020, Selasa (19/7), di markas grup musik terkenal rock Slank, Jalan Potlot, Jakarta, sebuah koperasi berbasis fans grup musik Slank (Slankops) diluncurkan. Tak main-main, acara dihadiri sekaligus dua menteri (Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri BUMN). Diklaim sebagai yang pertama di dunia, menyisakan PR besar berupa keharusan memberdayakan fans base sebagai basis anggota dan internalisasi kultur berkoperasi (multipihak). Seberapa prospektif?   


Jalan Potlot III yang relatif nylempit dan hanya muat dilintasi satu kendaraan roda empat berukuran kecil, mendadak hiruk-pikuk, Selasa siang (19/7). Beberapa menit jalan kaki, kerumunan orang kian padat di sebuah bangunan luas bernomor 14. Di samping pintu gerbang, terlihat mencolok sebuah Slankershop. Bangunan satu lantai bercat dominan hitam dengan sebuah mobil jip lawas nangkring di lantai dua. Itu toko merchandise yang dikelola Slanker, istilah beken untuk fans Slank.

Siang itu, yang bikin ramai bukan para Slankers dari berbagai daerah, yang memang biasa datang menemui idolanya yang dikenal tidak jaim, melainkan rombongan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduiki dan Menteri BUMN Eric Thohir. Keduanya sengaja hadir untuk meluncurkan koperasi konsumen multipihak berbasis komunitas atau fans club Slankers, bernama lengkap Koperasi Konsumen Multipihak 'Slank Jurus Tandur' Slankops.

Mengutip press release Kementerian Koperasi dan UKM, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mendorong agar Slankops menjadi role model bagi koperasi lainnya. Slank menjadi band pertama di Indonesia yang secara konkrit memikirkan kesejahteraan fansnya. Salah satu caranya melalui wadah koperasi yang dibentuk khusus untuk penggemar setianya. Nilai-nilai koperasi dianggap sangat tepat untuk mengelola potensi besar bagi penggemar Slank.

"Slank ini memang enggak ada matinya. Idenya terus tumbuh. Saya sendiri menyukai lirik lagu Slank, di mana banyak lirik Slank ini mengangkat soal perubahan sosial. Jika ini sukses dan terus berkembang, saya kira band sebesar Rolling Stones juga akan bikin," kata Menteri Teten seraya guyon di hadapan personel Slank, Kaka, Bimbim, Ridho, Abdee, dan Ivan, serta puluhan anggota Slanker. Teten mengklaim, Slankops menjadi koperasi pertama berbasis fans club yang menerapkan konsep multipihak. Sehingga memungkinkan berbagai pihak untuk menjadi investor dalam koperasi.

teten menambahkan, di dunia ada koperasi berbasis fans club sepakbola, yaitu Barcelona (Spanyol). Indonesia punya koperasi Slankops. Menurutnya, dengan nama Slank yang sangat besar, apapun yang lahir dari Slank akan mempunyai value yang tinggi.

"Itu kenapa ketika awal ingin membentuk Slankops ini, kita usulkan ke Bimbim untuk menggunakan konsep koperasi multipihak. Bagaimana bisa berbagi secara fair. Slank itu brand, pasti punya nilai," imbuhnya. Di saat yang bersamaan, juga diluncurkan kopi Potlot yang merupakan salah satu produk dari Slankops. Kedepan, Slankops didesain menjadi koperasi digital di era Web 3 maupun era blockchain close loop, salah satunya melalui lahirnya koperasi. 

"Slankops ini juga menjadi koperasi berbasis crowdfunding. Misalnya anggota Slankops sebanyak 1 juta orang dengan iuran Rp50 ribu per bulan, maka ada capital sekitar Rp50 miliar. Dana sebesar ini bisa bikin warung di mana-mana. Itu kenapa saya senang sekali dan bisa menyebut Slankops sebagai role model koperasi berbasis fans club," ujar Teten.

Menteri BUMN Erick Thohir menambahkan, tidak banyak grup band yang konsisten mendorong pergerakan, baik sosial dan lainnya. "Ini tidak mudah. Slank ini punya merek. Ke depan, napas dari merek ini dapat menjadi kegiatan ekonomi yang berputar jangan hanya menetes ke yang kaya saja, tapi bergerak ke masyarakat yang banyak. Setelah berhasil, pemerintah harus bisa intervensi dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan. Jadi lebih merata dan seimbang. Salah satunya melalui koperasi," ucap Erick.

BUMN, kata Menteri Erick, memastikan mengembangkan ekonomi kerakyatan melalui pembiayaan dan pendampingan. Salah satunya, Pemerintah saat ini tengah menggenjot pengurusan NIB (Nomor Induk Berusaha), di mana sebelumnya untuk mengurus izin membutuhkan biaya hingga jutaan, namun sekarang gratis.

Ketua Pengurus Koperasi Slankops Bimo Setiawan Almachzumi berujar, ide awal pembentukan Slankops sudah ada sejak awal 2020, namun lantaran pandemi COVID-19 membuat ide konsep Slankops tertunda dan baru resmi diluncurkan pada Selasa (19/7). Slankops ini terdiri dari beberapa unit usaha seperti Warslank, Slanklin, Slankmart, SlankStyle, Slank, Kopi Potlot, dan SlankShop"Sejalan dengan lagu Slank soal solidaritas, dan lingkungan. Bagaimana memberdayakan penggemar kami yang tersebar dari Sabang-Merauke mandiri secara ekonomi. Dan menumbuhkan jiwa wirausaha kepada anggota koperasi Slankops," katanya.

Seberapa Prospektif?

Bagaimana prospek Slankop? Menurut Firdaus Putra, prospeknya Slankops bagus dengan kekuatan pada fans base mereka (Slanker). "Itu (Slankers) merupakan sumberdaya potensial.  Syaratnya, profesionalisme pengelolaannya,"papar Firdaus kepada Warta Koperasi, Rabu (20/7). "Sejumlah sektor bisa dikelola, seperti F&B (Food and Baverages), barbershop, laundry, dll bisa digarap pakai fans base paguyuban slankers di daerah-daerah,"imbuh Firdaus. "Memang ini masih berproses. Multipihak nya belum terbentuk secara tuntas. Kita dorong agar membuka partisipasi lebih dari fans di kelompok anggota lain.  Ini sebentuk penanda saja dari koperasi multi pihak (KMP), karena Slank pasti di-mention publik, sehingga publik tahu KMP sudah bisa dijalankan".

Senada Firdaus, Ketua ASKES Suroto, prospeknya bagus, hanya saja Ia mewanti-wanti terkait kedekatan dengan pemerintah. "Menurut saya prospeknya bagus. Tapi jika dekat-dekat dengan penguasa bakalan bermasalah. Terutama menyangkut pinjam meminjam uang," papar Suroto kepada Warta Koperasi, Rabu (20/7).   (PRIONO/Foto : iradiofm)




Kategori
NASIONAL

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar