Sensasi Gurih Ayam Panggang Mbah Dinem

img-1683171952.jpg

Ayam goreng, sudah biasa. Ayam bakar, umum belaka. Ayam penyet, tak istimewa. Cobalah ayam panggang Mbah Dinem khas Klaten. Uniknya, ayam ini tidak digoreng, sebab tanpa minyak dan wajan.

img-1683171996.jpg

Tidak dibakar sebab tak langsung bersentuhan dengan api dan bara. Tapi dipanggang di dalam kuali gerabah yang tertutup. Menghasilkan ayam dengan rasa bumbu meresap dengan sensasi ayam asap, gurih dan empuk meskipun tanpa MSG.

img-1683172031.jpg

Sekilas, kerja pemanggangan di kuali tanah liat itu mirip oven. Atau hampir serupa dengan ayam tandoori, kuliner khas sejumlah negara Asia Selatan. Ayam yang dipanggang dalam kuali besar yang di bawahnya menyala api berbahan baku kayu atau gas. Menghasilkan ayam panggang berwarna kecoklatan. Coklat mengkilat bukan karena minyak goreng, melainkan lemak dari ayam itu sendiri yang menyatu dengan larutan bumbu rempah. Bayangkan gurihnya.. 

img-1683172059.jpg

Warta Koperasi yang melintasi ruas jalan Klaten menuju tol Boyolali, pekan (27/3) lalu, menjumpai Riki (24) yang tengah memanggang ayam kampung utuh berukuran sedang dengan kompor gas menyala di bawah kuali gerabah. Hari itu, ada tiga kuali gerabah yang selalu siap untuk memanggang ayam. 

img-1683172081.jpg

Prosesnya sederhana saja. Mula-mula ayam dipanggang sebentar. Sekira 7 menit, ayam diambil dan ditusuk-tusuk menggunakan garpu. Lantas dicelup ke larutan bumbu kental coklat-kekuningan. Lanjut kembali dipanggang. Ada dua pilihan bumbu ayam panggang Mbah Dinem, yaitu bumbu pedas dan bumbu gurih-manis. Sepuluh menit berselang, kembali ayam diangkat dan dioles bumbu. Lanjut dipanggang hingga kecoklatan. Proses itu, memakan waktu 20 – 25 menit hingga ayam siap disantap berteman nasi, sambal dan lalapan daun pepaya rebus dan mentimun. Mak nyuss..

img-1683172130.jpg

“Setiap hari rata-rata 30 sampai 40 ekor ayam yang terjual,” papar Riki. Pantauan WK, ada dua jenis ayam berdasar ukurannya. Ukuran jumbo dibanderol Rp 120 ribu per ekor. Ukuran medium, Rp 110 ribu ribu per ekor. Keduanya sama-sama ayam kampung. ”Kami juga buka cabang baru di Wonoari dan Ungaran (Semarang),” imbuh Riki. Ayam panggang Mbah Dinem, selama lima tahun terakhir, sukses sukses membuka 20 cabang yang tersebar di sejumlah kota. (Prio)

Kategori
WIRAUSAHA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar