Sukses Buttonscarves : Dari Hijab Premium ke Lifestyle

Belakangan brand Buttonscarves yang semula lekat dengan hijab, mulai menyasar ke lifestyle. Seperti apa liku-likunya?

Butik Buttonscarves di pusat perbelanjaan FX lifestyle mall di bilangan Sudirman, Jakarta Pusat, pada Senin siang terlihat lengang. Hanya ada dua pengunjung yang terlihat mengamati produk Buttonscarves (BS)

"Siang kak," sapa karyawan BS kepada WK. WK pun mengitari toko, melihat item jualan BS yang terbilang lengkap. Ternyata BS tidak hanya jualan hijab.

Ada cangkir set lucu dengan motif BS. Belum lagi deretan tas mulai yang berukuran sedang, hingga size mini. Ternyata, di gerai BS,para BS lady (sebutan customer BS) bisa menemukan sandal, sepatu boots, hingga parfum. Tentu saja harganya lumayan mengorek isi kantong.

Setelah penuh pertimbangan, akhirnya WK membeli tas BS yang harganya jauh dari kata murah. 

Menariknya, apa yang membuat merek BS bisa melesat menjadi salah satu produk lokal premium di tanah air? 

Ekspansi ke Bisnis Kecantikan?

Wajah Linda Anggrea, founder buttonscarves terlihat berbeda. Ia baru saja menghadiri beauty event yang digelar di Jakarta.

"Tahun depan buttonscarves beauty harus join!" ujarnya optimistis. 

Belakangan, brand buttonscarves memang merambah ke ranah lifestyle, termasuk bisnis kecantikan dengan hadirnya lipstik dan parfum.

Awal berdiri, buttonscarves identik dengan hijab premium. Namun, saat ini buttonscarves sudah mulai masuk ke bisnis lifestyle dengan menyasar kalangan middle up wanita pemakai hijab.

Seperti brand global Hermes dan Zara yang tidak melulu menjual fashion item tetapi juga menggarap gaya hidup.

Tak salah jika BS menjual bukan hanya hijab premium dengan harga kisaran Rp 400 ribu. Tetapi juga memproduksi tas dengan range harga Rp 600 ribu hingga Rp 2 jutaan. Bahkan sandal jepit seharga Rp 370 ribu.

Dari Online ke Offline

Pada 2016 Linda Anggrea mulai berbisnis hijab Buttonscarves  seorang diri. Semua aktivitas bisnis mulai dari menjadi admin website sampai packing produk untuk pembeli, dilakukan Linda sendiri.

Setelah bisnisnya berkembang, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) ini tidak hanya memperkuat bisnisnya secara online, tetapi juga secara offline. 

Dua tahun setelah berdiri, pada 2018 BS membuka gerai offline di sejumlah shopping mall. Kini tercatat sudah puluhan toko termasuk toko di Malaysia.

Menariknya, karena jualan BS terbilang lumayan mahal, maka pusat perbelanjaan tempat butik BS pun ada di shopping mall premium seperti Pondok Indah Mall, Plaza Indonesia, FX Life style, dan masih banyak lagi.

(Susan/foto: Susan).

Kategori
WIRAUSAHA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar