Pandemi Corona Momentum Inovasi bagi Koperasi

Oleh : PRIONO


            Pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan trend kapan akan berakhir, berdampak ke banyak sektor. Ekonomi, bisnis, pendidikan, dan tentu saja koperasi. Muncul istilah-istilah yang populer : work from home (WFH), Social Distancing, hingga mode komunikasi interaktif berbasis video Zoom. Dan sejak April, Mei, dan mungkin beberapa bulan ke depan, kalangan koperasi yang akan menghelat Rapat Anggota Tahunan (RAT) akan mulai tradisi baru RAT online. Di Jawa Tengah,RAT PKP-RI Kabupaten Kendal beberapa pekan lalu, dilakukan dengan memodifikasi social distancing. "Kami tetap melakukan protokol social distancing, menggunakan masker dan pemeriksaan suhu tubuh. Alhamdulillah acara berjalan lancar," papar Ketua PKP-RI Kendal Bambang Suhardiyo kepada WK.   

            Trend baru di sektor ritel ditandai dengan tingginya angka layanan digital dalam memenuhi kebutuhan sehari hari mulai dari transportasi, pesan layanan makanan, pembelian kebutuhan sayuran, kebutuhan rumah tangga, dll  menjadikan ekosistem bisnis digital kian menemukan momentum di era pandemi ini.

            Pegiat koperasi dari kalangan anak muda juga justru menggeliat. Ini menyusul Gerakan 1000 startup pada tahun lalu. Gerakan Nasional 1000 startup digital adalah  sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia di tahun 2020 dengan mencetak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. Gerakan ini diinisiasi oleh KIBAR dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. 1000 startup yang saat ini sudah berada di 10 kota besar di Indonesia, kali ini mengajak pelaku startup lokal di Purwokerto untuk berkolaborasi bersama Innocircle dan FEB Universitas Soedirman (Unsoed) untuk bersama sama menyongsong gerakan ini.

            Harapannya, dengan program pengenalan ini akan mendapat antusiasme yang besar dari anak muda. Gerakan 1000 startup bukan sekedar event workshop, justru event ini hanyalah awal dari proses membangun startup di Purwokerto. Setelah kegiatan tersebut akan ada berbagai program lanjutan, mulai dari proses inkubasi, boot camp, mentoring, networking. Menyiapkan startup hingga siap ke lapangan dan menghubungkan ke jaringan investor yang ada di skala Nasional. Dari FEB Unsoed menyampaikan, pihaknya menyambut program ini dan menekankan agar embrio embrio startup yang terbangun, jangan sampai ditinggalkan begitu saja. “Harus ada follow up yang terstruktur agar betul-betul tercipta startup digital di Purwokerto. Dan dari kampus siap mendukung dari fasilitasi tempat dan SDM untuk itu,” papar Novita, Kepala LAB Koperasi dan UKM Unsoed.

             Membangun Start up tidak sekedar membuat aplikasi digital, di dalamnya terdapat proses panjang yang membutuhkan kedisiplinan dan komitmen para founder startup dan harus diimbangi dengan Kepemimpinan yang tangguh.  Bagaimana Start up Berkolaborasi dengan Koperasi StartUp, kata yang identik dengan anak muda milenial, ide-ide kreatif, dan tak lepas dengan platform teknologi digital dalam mempermudah kegiatan manusia sehari-hari. Dengan kehadiran startup, kegiatan seperti memakai jasa transportasi, pemesanan makanan, hingga pemesanan tiket menjadi mudah dan memungkinkan dalam meningkatkan produktivitas. Kemudian bagaimana dengan anggapan tentang koperasi di era internet of things ini? Kata- kata seperti simpan pinjam, swalayan, serta kumpulan masyarakat pedesaan masih melekat dalam term koperasi, apalagi bagi yang belum berproses dalam koperasi.

            Dua hal yang tersebut yang dikolaborasikan dalam acara StartUp Coop Camp yang diselenggarakan oleh kerja sama antara Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation, Kementerian Koperasi dan UKM RI Bidang SDM, InnoCircle Initiative, dan PT Sakti Kinerja Kolaborasindo. StartUp Coop Camp mengkombinasikan serangkaian workshop dengan praktek langsung berupa pitching dengan pembicara dan praktisi yang ahli di bidangnya. Kegiatan yang bertujuan untuk menstartupkan koperasi dan mengkoperasikan startup diikuti oleh 60 peserta terpilih yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu startup founder dan pemuda koperasi yang telah diseleksi dari 250 pendaftar dari Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Salatiga, Kudus, Tasikmalaya, Jogja, hingga Lampung. Pada kelas pemuda koperasi diperkenalkan pada materi “Generasi Milenial dan Pertumbuhan Ekonomi Digital” oleh Fajar Nusantara, CIO InnoCircle Innitiative dan “Apa dan Bagaimana StartUp” oleh Anis Saadah, CEO InnoCircle Innitiative. Sementara pada kelas startup founder, materi hari pertama dibawakan oleh Arsyad Dalimunte selaku Ketua Dekopinda Banyumas dengan tema “Apa, Mengapa, Bagaimana Koperasi?” kemudian dilanjutkan materi oleh Fidaus Putra selaku Board of ICCI dengan mengusung tema yang masih relevan yaitu “Gerakan Koperasi dan StartUp Coop”. Perbedaan yang mendasar dalam startup coop dan startup konvensional terletak pada model kepemilikan di mana pembagian keuntungan bukan berdasarkan oleh capital namun kontribusi manusia sebagai sumber daya sesuai dengan prinsip koperasi one man, one vote.

            Firdaus Putra berharap dengan adanya StartUp Coop Camp dengan tema Rejuvenating Co- operatives Through Innovation ini para peserta bukan hanya memahami startup coop dan berkolaborasi ide yang memungkinkan untuk mendapatkan pendanaan, namun juga dapat menumbuhkan ekosistem startup coop di kotanya masing-masing setelah mengikuti serangkaian pelatihan dan workshop. Harapannya, kegiatan ini juga akan diselenggarakan di kota-kota lain seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung nantinya. Masih dengan spirit yang sama, yaitu mengkoperasikan startup dan menstartupkan koperasi, batch kedua ini berlangsung di Hotel Cakra Kusuma, Yogyakarta dan dibagi menjadi dua kelas yaitu startup founder dan youth cooperative (pemuda koperasi). Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang berasal dari beragam latar belakang dimulai dari murid SMA, mahasiswa pegiat KOPMA, pegiat startup baik yang baru mulai maupun yang sudah berjalan. Adapun asal peserta bukan hanya dari Yogyakarta saja namun juga berasal dari Purwokerto, Bekasi, Jakarta, Solo, Jawa Timur, bahkan Lampung.             Sebelumnya, Startup Coop Camp Batch II dihelat oleh ICCI yang berkolaborasi dengan organisasi dan komunitas lokal seperti Kopindo Wilayah Yogyakarta, KEDATA, CREDEVA serta kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM RI Deputi Bidang SDM. Tak hanya memberikan garis besar startup coop sebagai model baru yang tentunya masih baru bagi pegiat startup maupun pemuda koperasi, tema-tema bermuatan bisnis dalam startup juga dihadirkan.

            Ada yang sedikit berbeda dengan SCC sebelumnya yang hampir seluruh kegiatan difokuskan ke masing-masing kelas, SCC Batch II ini lebih intensif dengan lebih sering menggabungkan kedua kelas. Hal ini bertujuan agar selain pemahaman ekosistem koperasi lebih cepat dipahami, juga menghadirkan kolaborasi ide dengan praktik langsung antar kedua kelas yang dibagi dalam kelompok. Metode tersebut efektif karena peserta dapat belajar langsung mengeksekusi ide dari berbagi pendapat dalam waktu yang cepat. Salah satu kolaborasi praktik tersebut diantaranya adalah business model canvas, yang bukan hanya didiskusikan dalam grup namun dipresentasikan ke seluruh peserta. Startup, yang merupakan salah satu tema dari era digital memang terlihat sedang hype sebagai bisnis model baru di era digital dan pertumbuhannya dinilai cepat. Karena muncul sebagai model baru jugalah cara kerja atau sistem di dalamnya juga baru.

            Masing-masing anggota tim dalam startup biasanya akrab dengan kreatif, inovatif, serta adaptif. Hal tersebut cocok dengan anak muda atau usia produktif yang masih memiliki semangat produktivitas yang tinggi. Semangat tersebut pula yang dibawakan dalam SCC II kali ini karena menjadi bagian dari startup janganlah sebatas sebagai cita-cita dengan menjadi pekerjanya, namun dengan berkarya sendiri serta berdampak dengan memulai membuat.

            Startup sebagai bisnis model baru juga suatu bentuk karya dalam model baru, fungsinya yang menawarkan untuk memudahkan aktivitas manusia sehari-hari juga menjadi kesempatan untuk dapat berdampak dan bukan semata   mengambil keuntungan. Hal tersebut juga yang menjadi salah satu keluaran dari startup coop yaitu menghasilkan banyak startup yang bergerak di lingkup sosial. Meskipun terlihat menggiurkan, tentu saja mendirikan startup penuh dengan resiko. Untuk disampaikan pula bahwa jika ingin menjadi pegiat startup harus benar-benar serius terjun di dalamnya. Pertimbangan-pertimbangan seperti pasar, produk, data, konsumen, pesaing, hingga kesehatan kerja bagi anggota tim perlu diperhatikan karena tidak lagi di bawah naungan sistem konvensional.Sikap mental masing-masing individu yang kuat juga tak kalah penting dari skill-skill yang dibutuhkan pada era saat ini.


INOVASI, Keharusan Sebuah Koperasi

            INOVASI adalah sebuah keharusan koperasi. Mengandaikan membaca koperasi sebagai sebuah entitas yang organis, alih-alih mekanis. “Bila Anda ingin membelokkan bus yang sedang melaju, cukup putar kemudi dan seluruh badan bus akan mengikuti. Itu logika mekanis. Hal yang sama tak bisa diterapkan pada entitas organis yang di dalamnya memiliki budaya organisasi/ kerja, seni kepemimpinan serta pengelolaan, perbedaan kapasitas SDM dan hal-hal "lunak" lainnya,” paparnya. Alhasil, itu tak akan sesederhana memutar kemudi bus.

            Dibutuhkan komitmen besar serta konsistensi agar perubahan menjadi budaya baru; menjadi habitus baru; menjadi cara kerja baru. Istilah adaptasi sudah tepat untuk menggambarkan modus perubahan yang harus dilakukan. Suatu perubahan yang dilakukan secara kontinyu dan di berbagai aspek secara bersamaan. Mungkin ilustrasi yang tepat untuk itu adalah seperti musik orkestra yang terdiri dari banyak alat dan pemain namun padu dalam harmoni. Kita tak bisa misalnya mengubah koperasi sekedar go online ketika gaya kepemimpinan pengurus atau manajernya masih offline. Yang harus dilakukan adalah mengorkestrasi perubahan di sisi tata kelola, kepemimpinan dan terakhir teknologinya. Barulah kemudian koperasi tersebut benar-benar berada dalam habitat online secara total, aspek hard dan soft-nya sekaligus.

            “Inovasi Saya berpikir bahwa adaptasi untuk bangun relevansi eksistensial itu dimungkinkan melalui inovasi. Inovasi itu merujuk pada penggunaan cara/ metode/ proses baru sehingga bisa membuat kita lebih produktif. Yang bila dikategorikan, ada yang sifatnya rutin, perbaikan sampai yang radikal/ mendasar,” ujar Firdaus. Modus dasarnya adalah mengeksplorasi dan mencoba segala kemungkinan yang ada. Sehingga kita dituntut berpikir ulang (rethinking) tentang yang sudah biasa kita kerjakan. Agenda inovasi di koperasi bisa bekerja pada semua aspek. Mulai dimensi kelembagaan, manajerial, strategi, kepemimpinan, SDM, produk, layanan, pemasaran, model bisnis, proses kerja, model edukasi, teknologi, model pendampingan usaha anggota, permodalan, peraturan dan aspek-aspek besar-kecil lainnya. Semua hal itu bisa diinovasi tentu dengan pertimbangkan skala prioritas.

            Koperasi perlu melihat berbagai perubahan sebagai tantangan strategis. Kemudian menyusun peta jalan untuk lakukan inovasi di berbagai aspek sehingga lebih siap. Ada satu contoh menarik bagaimana Koperasi Wanita di Jawa Timur gelar lokakarya untuk mengkaji model Tanggung Renteng (TR). Sebabnya, banyak anggotanya sekarang sibuk bekerja dan sulit untuk hadiri pertemuan kelompok TR. Di sisi lain, mereka melihat bahwa sebagian besar anggota memiliki smartphone. Mereka sedang membayangkan mungkinkah model TR itu diinovasi sehingga menjawab berbagai kendala dan tantangan di lapangan.

            Contoh yang lain misalnya sedang diuji coba salah satu koperasi di Purwokerto terkait dengan pendampingan usaha anggota. Mereka melihat bahwa saat ini banyak komunitas wirausaha dan juga grup Whatsapp bisnis. Belum lagi ditambah dengan aneka forum jual beli di media sosial dan market place. Mereka sedang mencoba hal baru dengan pendekatan kolaboratif; Menghubungkan anggotanya ke berbagai komunitas wirausaha dan berbagai platform digital. Itu berangkat dari kesadaran bahwa koperasi adalah bagian dari ekosistem besar dan kolaborasi multi pihak akan menjadi daya ungkit. Mulailah inovasi dari yang kecil, mudah untuk bangun keyakinan bahwa perubahan itu mungkin dilakukan. Tak perlu menunggu waktu dan klise , mulailah sekarang juga. Sebab, sejarah tidak memberi diskon! Termasuk "sejarah baru" pasca Pandemi Covid-19 di kemudian hari nanti. (*)

Kategori
NASIONAL

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar