Semakin Bertaji dengan Kanvas Pendirian Koperasi

    Dengan jumlah koperasi mencapai lebih dari 200 ribu unit (2019), Indonesia adalah negara dengan jumlah koperasi terbesar di dunia. Hanya sayangnya, tak satu pun koperasinya yang mendunia. Dalam rilis 300 Koperasi Kelas Dunia baru-baru ini, tak satu pun koperasi kita yang masuk dalam list. Padalah koperasi-koperasi dari kawasan Negara Asia lainnya sudah unjuk gigi. Termasuk koperasi dari negeri jiran macam Singapura dan Malaysia.

    Masih ada waktu untuk mengejar ketinggalan. Termasuk mengejar sejak dari permulaan. Ya, awal pendirian koperasi. Masih banyak masyarakat yang belum paham bagaimana memulai koperasi yang benar. Apa saja yang harus dirumuskan ketika hendak membangun sebuah koperasi yang tangguh. Menjawab hal itu, ICCI (Indonesian Consortium for Cooperative Innovation), Yayasan Kopkun  Institute dan MitraKoperasi.id meracik sebuah kanvas yang disebut Kanvas Pendirian Koperasi (KPK). Tujuannya, mempermudah para pendiri koperasi baru.

 

    Kanvas ini dibuat untuk mempermudah masyarakat ketika ingin mendirikan sebuah koperasi. Dengan mengisi  9 kolom yang tersedia, mereka akan memperoleh gambaran koperasi yang akan dibangun. Gambaran itu mencakup tiga hal mendasar 2W + 1 H

 

      Mengapa mereka mendirikan koperasi (Why)?

      Tujuan, visi, manfaat serta tata kelola seperti apa yang akan dibangun (What)?

      Bagaimana (model) bisnis yang akan dikerjakan (How)?

    Pada kolom “Bisnis” dapat dipertajam dengan menggunakan Lean Canvas atau Business Model Canvas. Kanvas didesain dengan memperhatikan potensi anggota dan peluang pasar serta energi kewirausahaan para pendiri/ perintis. Sebagai alat bantu/ metode, kanvas ini memang masih dalam tahap pengembangan. Dibutuhkan umpan balik pengguna sehingga bisa reliabel dalam berbagai situasi/ konteks/ sektor.

Cara Penggunaan Kanvas

  1. Potensi Anggota: Anda perlu mengidentifikasi potensi-potensi yang bisa menjadi modalitas awal, titik tolok mengapa perlu mendirikan koperasi. Misalnya: konsumsi, keterampilan, daya beli, perlengkapan dan sebagainya.

  2. Masalah/ Kebutuhan: Anda perlu mengidenfitikasi masalah atau kebutuhan apa yang ingin disolusikan secara kolektif/ bersama melalui koperasi. Misalnya: kebutuhan belanja, masalah transportasi dan sebagainya.

  3. Tawaran Solusi: Anda perlu mengeksplorasi tawaran solusi untuk memecahkan masalah/ kebutuhan kolektif tersebut. Misalnya: joint buying, joint transportasi dan sebagainya.

  4. Tujuan & Visi: Berangkat dari tawaran solusi di atas, Anda perlu membuat kalimat tujuan yang mendasari koperasi ini lahir. Misalnya: menyediakan barang kebutuhan pokok bagi anggota. Visi, misalnya: Menjadi koperasi konsumsi dengan 100 outlet pada 2025.

  5. Tata Kelola: Minimalnya ada tiga hal yang harus dirumuskan dalam kolom yang tersedia

  6. Manfaat: Anda perlu mengidentifikasi manfaat apa saja yang bisa diberikan koperasi kepada anggota. Misalnya: harga murah/ terjangkau, diskon, SHU, Solidaritas Kesehatan dan lain sebagainya.

  7. Bisnis: Pada kolom ini Anda bisa menggunakan bantuan kanvas yang lain seperti: Lean Canvas atau Business Model Canvas. Atau Anda bisa mengisinya langsung secara eksploratif, yakni bagaimana caranya menjawab kebutuhan anggota di atas. Misalnya: membuat layanan delivery order anggota khusus kebutuhan pokok, membangun outlet, bekerjasama dengan warung eksisting dan lain sebagainya. Pilihan (model) bisnis akan berpengaruh pada kolom berikutnya.

  8. Target: Anda perlu membuat target pencapaian dari bisnis yang telah disebutkan pada kolom sebelumnya. Target ini sebaiknya menggunakan angka. Misalnya: target memiliki 100 outlet, memiliki 1000 anggota konsumen, memiliki 10 ribu pengguna aplikasi dan sebagainya.

  9. Sumberdaya: Setelah Anda mengisi kolom Bisnis dan Target, pada kolom Sumberdaya Anda diminta untuk menghitung berapa investasi yang dibutuhkan untuk mencapai angka-angka yang telah ditargetkan.  Misalnya: kebutuhan investasi sebesar 100 juta rupiah.

  10. Bila Anda bandingkan dengan kolom Tata Kelola, khususnya pada sisi Input, kemungkinan akan terjadi gap antara modal sendiri dengan kebutuhan investasinya. Pada titik ini, Anda bisa menguraikan strategi. Misalnya: mengurangi target sehingga sesuai dengan modal yang ada. Atau menambah jumlah anggota, atau menerbitkan instrumen modal yang lain: investasi, pinjaman dan lainnya.

  11.  

    1. Input: berapa modal  (SP & SW) bagi setiap anggota

    2. Proses: siapa yang akan menjadi Pengurus dan Pengawas

    3. Output: bagaimana cara membagi Sisa Hasil Usaha (SHU)

 

Diawali oleh Koperasi Gesit

    Bagaimana prakteknya di lapangan? Koperasi Gesit adalah koperasi pertama yang menggunakan kanvas ini untuk merekonstruksi ulang koperasinya yang difasilitasi langsung oleh Herliana, HC., Mentor InnoCircle. Koperasi Gesit adalah koperasi konsumen yang pendiriannya dilakukan saat pandemi, resminya 26 Agustus 2020 dan berlokasi di Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga.

    Koperasi ini terbentuk dari kader Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP). Kader IMP adalah para perempuan yang membantu menjalankan program-program Kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) di wilayah pedesaan. Sehingga, mayoritas dari anggotanya adalah perempuan atau ibu-ibu. Koperasi Gesit ini didirikan awalnya dengan menggunakan kerangka BMC dari Alexander Osterwalder. Kerangka BMC ini digunakan oleh koperasi Gesit untuk memberikan gambaran bisnis toko online yang akan mereka kerjakan.

 

    Keinginan kuat dari pengurus dan anggota Koperasi Gesit untuk menjadikan koperasinya sebagai sarana peningkatan pendapatan kader IMP telah membawa mereka untuk mengikuti program inkubasi dari InnoCircle Initiative. Program inkubasi ini mereka ikuti untuk menambah wawasan dan pengalaman agar Koperasi Gesit bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan awal berdirinya. Salah satu program inkubasinya adalah mentoring, yang mana program ini mempertemukan Ujianto selaku Ketua Koperasi Gesit dengan Herliana, HC. selaku mentor. 

    Pada satu kesempatan, Herliana, HC., menggunakan KPK dalam proses mentoring kepada Ujianto, Ketua dan Pengurus Koperasi Gesit lainnya. Model KPK ini digunakan dan ternyata mampu membedah kemungkinan yang tidak terurai ketika pertemuan awal saat menggunakan model BMC. Di awal pembentukan awalnya Koperasi Gesit menggunakan model BMC untuk membangun toko online-nya. Hasil yang diperoleh ketika menggunakan BMC hanya menghasilkan produk untuk dijual oleh Koperasi Gesit. Namun setelah mentoring model KPK tergali potensi lain yang bisa dimaksimalkan oleh anggota.

 

    Kanvas model KPK ini terdiri dari sembilan blok/ kolom. Pengisiannya dimulai dari blok “Potensi Anggota”. Lalu berlanjut ke blok “Masalah/ Kebutuhan” dan blok “Tawaran Solusi”. Ketika diimplementasikan oleh Koperasi Gesit, berhasil mengidentifikasi potensi baru bahwa anggota bisa berperan juga sebagai reseller untuk memberikan peningkatan pendapatan, jadi tidak hanya sebagai pembeli. “Saya melihat model KPK ini lebih enak untuk membedah koperasi secara umum, tawaran solusinya bisa dijadikan dasar model bisnisnya seperti apa. Sistem tata kelolanya seperti apa dan juga sumber daya yang dimiliki hingga dibutuhkan seperti apa”, ujar Ujianto, Ketua Koperasi Gesit.

    Kehadiran Kanvas Pendirian Koperasi ini adalah angin segar untuk koperasi-koperasi di Indonesia. Selain mudah digunakan untuk para pendiri koperasi pemula, kanvas ini juga dapat digunakan untuk membedah koperasi yang sudah lama berdiri. Kanvas pendirian koperasi ini memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan BMC untuk mendirikan usaha. “Kalau BMC model itu korporat untuk membedah usahanya, sementara Kanvas Pendirian Koperasi tinjauan utamanya adalah orangnya, karena di koperasi produk itu lahir dari kebutuhan anggotanya”, ujar Herliana, HC., Mentor. 

    Para peserta, yaitu Pengurus Koperasi Gesit, sangat antusias ketika membedah koperasinya dengan model KPK ini. Mereka yang awalnya terjebak pada produk apa yang akan mereka jual, setelah membedahnya menggunakan kanvas ini mereka dapat merekonstruksi ulang dan melihat potensi pengembangan ke depannya. Mengingat tujuan awal pendirian koperasi ini adalah untuk meningkatkan pendapatan anggota, sehingga Koperasi Gesit harus memberdayakan anggotanya tidak hanya sebagai pembeli semata, namun aktivitas yang langsung bisa mendatangkan penghasilan. “Bisa menjawab masalah perencanaan yang selama ini belum bisa mereka selesaikan, setelah direkonstruksi menggunakan Kanvas Pendirian Koperasi cara pikir Pengurus berubah. Yang awalnya anggota itu sebagai konsumen semata, sekarang berubah anggota sebagai channel atau reseller”, tutur Herliana.

 

    Kanvas model KPK ini harapannya dapat menjadi metode untuk membedah model bisnis koperasi-koperasi di Indonesia. Karena, masih banyak koperasi yang terjebak pada cara pandang perusahaan yang berorientasi pada modal semata. Kanvas Pendirian Koperasi menegaskan posisi koperasi sebagai kumpulan manusia yang terorganisir. Kanvas Pendirian Koperasi ini bisa membedah koperasi lebih komprehensif, sehingga lebih tepat sasaran pada potensi yang dimiliki anggotanya. “Produk adalah jawabn bukan target dari pendirian koperasi, kalau di perusahaan adalah profit semata. Kalau di koperasi tantanganya adalah menjawab sesuai kebutuhan anggota yang ingin disolusikan bersama lewat koperasi itu”, kata Herliana. [

(PRIONO / IDXCOOP)

Kategori
WACANA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar