Industri Kreatif Craft Butuh Digitalisasi dan Perkuatan Koperasi


Industri kreatif berbasis kerajinan (craft) di tanah air terus tumbuh. Share market nya masih jauh tertinggal dengan sektor kuliner dan fashion. Kalangan perajin, butuh perkuatan mitra digitalisasi dan koperasi.

 

Dalam kesempatan berbeda, jemari tangkas Mas Gringsing (52 tahun) mendemonstrasikan proses produksi karya andalannya di stand pamer yang berukuran tak lebih dari 2 x 3 meter, medio Juli lalu di Jakarta Convention Center. Ia memproduksi puluhan item miniatur figur manusia hingga alat transportasi berbahan logam, yang dibawa dari bengkel kerjanya di Semarang.

img-1661241192.jpg

“Butuh waktu cukup lama dan ketelatenan untuk membuat miniatur sejumlah figur dan moda transportasi mini berbahan baku aneka logam bekas ini,” ujar laki-laki berambut dikuncir itu. Kemana saja pasarnya? “Saya rutin menerima pesanan dari AS, Australia, juga Taiwan. Mereka para kolektor,” imbuh Gringsing kepada Warta Koperasi yang menyambangi stand nya.

Gringsing hanyalah satu dari jutaan talenta kreatif yang dimiliki negeri ini. Ribuan lainnya memamerkan skill menakjubkan memproduksi perhiasan, dekorasi interior, sutra, lukisan, batik, hingga ukir kayu hingga kulit.

Empatbelas jenis industri andalan di sektor kreatif, meliputi kerajinan, fashion, musik, animasi hingga kuliner. Pemerintah juga sudah membentuk dewan ekonomi kreatif (DEK) untuk lebih memacu industri kreatif yang mayoritas pelakunya adalah kalangan berusia muda, lebih satu dekade silam.

Perkuatan Koperasi

Mantan Ketua Umum IKPRI (alm) Profesor Agustitin Setyobudi yang juga ahli ekonomi koperasi, pernah berujar kepada majalah ini. Bahwa, Industri kreatif memiliki banyak keunggulan, yang paling signifikan adalah industri kreatif menempatkan kreativitas dan inovasi manusia sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. “Kreatif di sini tidak hanya dalam terminologi jenis industri dan komoditasnya. Membedakannya dengan industri pertambangan atau perbankan, misalnya,” papar Agustitin.

Kreatifitas bertumpu pada proses dan etos produksinya yang sangat mengedepankan kreatifitas dan inovasi sumberdaya manusianya. Eksplorasi industri kreatif terkait pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat yang terdapat di dalam masing-masing individu. Pemanfaatan yang dimaksud adalah untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi serta daya cipta.

Kemitraan semua unsur penunjang  bagi kemajuan industri kreatif tanah air sangat dibutuhkan.  Kemitraan itu merupakan kolaborasi antara Akademisi (intellectuals), Bisnis, dan Pemerintah yang diitilahkan sebagai Triple Helix. Lima pilar yang harus diperkuat agar industri kreatif kita maju meliputi industri, teknologi, sumberdaya, tatanan sosial, serta Lembaga Intermediasi Keuangan. Sistem ini merupakan peran utama penggerak kreativitas, ide, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang vital bagi tumbuhnya industri kreatif.

Sejak 2010 silam, sejatinya Kementerian Koperasi dan UKM telah menyusun action plan yang disepakati oleh semua stakeholder. Salah satunya, pengembangan produk dan pemasaran industri kreatif KUKM melalui peranan triple helix untuk meningkatkan pendapatan daerah. Masih merupakan kelanjutan tahun sebelumnya, sejumlah koperasi mulai intensif untuk dilibatkan. Diantaranya di Pacitan (Koperasi Canting Jaya), di Bantul (Koperasi Setya bawana), dan Bali (Koperasi Sari Rejeki).

“Kreatif itu juga kami maknai sebagai kemandirian. Ide-ide dan kreatifitas bisa dimunculkan dari mana saja, termasuk masukan dari para konsumen,” papar Walijoko, pemilik sanggar keramik Loro Blonyo dari Yogyakarta. Produk Walijoko, sudah dikenal lama di kalangan penggemarnya di berbagai negara. Produknya khas dengan patung keramik sepasang pengantin, suami istri, atau kekasih. Seringkali diproduksi dalam gesture tubuh dan mimik wajah jenaka. Menyimbolkan kesetiaan dan kerukunan.

Satu dekade silam, sektor kerajinan berbasis tradisi, lazim dikembangkan oleh masayarakat perdesaan. Kawasan dengan jangkauan internet yang belum semasif di perkotaan. Kini, digitalisasi berbagai sektor bisnis bukan lagi hal yang baru. Industri kerajinan selayaknya bisa turut menyesap kemajuan ini. Melalui digitalisasi pemasaran, misalnya.  

(Teks dan Foto : PRIONO)

 

 

 

 

 

 

 

 

Kategori
NASIONAL

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar