
Transformasi "Komunitas Sampah" Menuju Ekonomi Sirkular Berkelanjutan Berbasis Koperasi
Gebrakan inspiratif kembali mengemuka dari Jatinangor, sebuah kecamatan dinamis di wilayah Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang didominasi oleh institusi pendidikan dan pertumbuhan ekonomi pesat.
Hal itu mengemuka pada dua event pelatihan bagi komunitas peduli sampah, pada Agustus lalu. Dilaksanakan bertahap, kedua pelatihan—manajemen bank sampah dan manajemen koperasi—bukan hanya sekadar agenda rutin, tetapi momentum penting yang menandai transformasi holistik masyarakat Desa Sayang serta kawasan Jatinangor menuju ekosistem pengelolaan sampah berbasis komunitas, digitalisasi, dan kelembagaan ekonomi sirkular.
Dari Bank Sampah Menuju Koperasi Komunitas
Pelatihan pertama, "Manajemen Bank Sampah", yang berlangsung pada 8 Agustus 2025, fokus pada literasi pengelolaan sampah, peningkatan kapasitas warga, digitalisasi pencatatan, simulasi operasional, dan pembentukan kelompok pengelola bank sampah. Desa Sayang dilatih memanfaatkan model bank sampah digital sebagai solusi nyata untuk menyelesaikan problem penumpukan dan minimnya daur ulang sampah rumah tangga. Upaya ini membawa dampak langsung: warga lebih terlibat, pemilahan sampah meningkat, dan kelompok kerja terbentuk untuk mengelola dan mereplikasi program ke desa lain di Jatinangor.
Seiring keberhasilan pelatihan bank sampah, LPPM Universitas Muhammadiyah Jakarta pada 29 Agustus 2025 melanjutkan dengan pelatihan "Manajemen Perkoperasian Komunitas Sampah". Kali ini, peserta diajak naik kelas: dari sekadar aktivis lingkungan menjadi pelaku utama pembangunan kelembagaan ekonomi, yaitu koperasi komunitas yang legal, profesional, dan siap beradaptasi di era digital.
Narasi Pelaksanaan dan Atmosfer Pembelajaran
Kegiatan pelatihan koperasi ini diikuti oleh 40 warga, terdiri atas aktifis pengelola sampah, PKK, Karang Taruna, tokoh masyarakat, aparatur desa, dan pegiat lingkungan dari berbagai desa di Jatinangor.
Forum berlangsung sangat dinamis—registrasi dilakukan sejak pagi, diikuti sambutan penuh motivasi dari tokoh masyarakat yang menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektoral untuk perubahan lingkungan dan ekonomi Jatinangor.
Materi utama dipaparkan oleh Prof. Dr. Ahmad Subagyo (pakar koperasi nasional), mengulas prinsip-prinsip dasar koperasi, jatidiri kelembagaan, dan struktur tata kelola sesuai Undang-Undang No. 25 Tahun 1992.
Selanjutnya, Agus Nugraha, S.Kom., M.Kom., dari PIBI IKOPIN membawakan praktik pendirian koperasi berbasis digital, SOP bisnis proses, dan studi kasus pengelolaan koperasi komunitas.
Forum diskusi berlangsung interaktif: peserta simulasi mengisi dokumen legal, AD/ART, latihan penyusunan SOP operasional, dan pemetaan jejaring kemitraan bisnis serta sosial.
Digitalisasi Koperasi: Langkah Modern Menuju Efisiensi
Digitalisasi koperasi komunitas bukan sekadar wacana, tapi tren yang diadopsi dalam pelatihan ini. Peserta dikenalkan pada platform digital—mulai dari digitalisasi administrasi, manajemen keanggotaan dan keuangan berbasis aplikasi, hingga integrasi marketplace koperasi dengan platform e-commerce nasional. Proses ini mendukung transparansi, efisiensi, serta kemudahan anggota mengakses layanan koperasi secara daring. Pemanfaatan Super-App Koperasi dan marketplace digital pada koperasi memungkinkan anggota memasarkan produk olahan sampah dan belajar memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan hasil usaha.
Kolaborasi Akademisi, Pemerintah, dan Masyarakat
Keunggulan transformasi perkoperasian di Jatinangor terletak pada kolaborasi lintas sektor. Akademisi, pemerintah desa, aparatur kecamatan, komunitas warga, mahasiswa, dan pelaku UMKM bergerak bersama mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kegiatan.
Unsur monitoring dan pendampingan lanjutan dijalankan dengan rencana tindak lanjut berupa assistensi hukum, pelatihan digital, hingga pematangan RAT perdana koperasi. Pemerintah desa mendukung penuh dengan dukungan fasilitas, anggaran, serta kebijakan insentif bagi warga yang aktif memilah dan mengelola sampah secara koperatif.
Forum pelatihan juga dinilai sebagai sarana empowerment serta kepemimpinan lokal. Peserta tidak hanya memperoleh sertifikat, tetapi juga membawa pulang pengalaman baru—menyusun rencana aksi pembentukan minimal satu koperasi komunitas peduli sampah berbadan hukum. Lebih dari 18 peserta dinyatakan naik tingkat setelah memahami praktik pendirian, legalisasi dan tata kelola koperasi berbasis digital.
Impact dan Output Nyata
Dampak pelatihan tidak berhenti pada output administratif. Kegiatan ini merealisasikan draft dokumen legal koperasi, AD/ART, serta SOP proses bisnis. Selain itu, simulasi pencatatan keuangan digital dan pelaporan administrasi membuat anggota koperasi siap menghadapi tantangan di era modern.
Program monitoring menggunakan pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan literasi dan kapasitas peserta. Seluruh proses terdokumentasi dalam foto, video, dan berita yang dipublikasikan ke media lokal dan portal kebijakan pendidikan Jatinangor.
Koperasi yang akan dibentuk didesain sebagai rumah besar ekonomi sirkular, tempat bernaung seluruh pegiat sampah, warga, dan pelaku bisnis lokal. Model ini memungkinkan terbukanya lapangan kerja baru, meningkatnya pendapatan warga dari usaha daur ulang, serta tumbuhnya budaya literasi lingkungan—dengan partisipasi perempuan, anak muda, dan kelompok rentan.
Ekosistem Digital Koperasi: Jejak Inspirasi
Transformasi digital koperasi, sebagaimana dipaparkan pada pelatihan, diadaptasi dengan membangun ekosistem aplikasi untuk pembayaran tabungan, simpan pinjam, pelaporan, RAT digital, hingga platform marketplace produk anggota.
Infrastruktur teknologi didukung dengan pelatihan literasi, kemitraan provider internet, serta kolaborasi start-up digital koperasi nasional. Tata kelola digital koperasi menjadi magnet baru bagi generasi muda—menjadikan koperasi sebagai rujukan utama pemberdayaan ekonomi rakyat, inklusif, dan berkelanjutan.
Kisah Perubahan: Sampah Menjadi Berkah
Jatinangor dulunya dikenal sebagai kawasan dengan volume produksi sampah harian yang mengkhawatirkan—sekitar 37,46 ton per hari atau 107.019 liter. Lewat dua pelatihan beruntun ini, stigma sampah berubah menjadi berkah. Bukan sekadar mengurangi limbah, namun mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat: mulai memilah, menabung, dan mengolah sampah menjadi produk bernilai ekonomi.
Sekarang, bank sampah yang bertransformasi menjadi koperasi multi pihak di Jatinangor siap menjadi teladan nasional dalam membangun rumah ekonomi sirkular berbasis komunitas dan digital.
Testimoni dan Inspirasi
“Pelatihan ini tidak hanya mengubah ilmu, tetapi juga hati dan perilaku masyarakat. Kini, kami bukan lagi sekadar komunitas pengumpul sampah, melainkan ekosistem pengelola sumber daya berbasis koperasi digital yang transparan dan berkeadilan,” tutur salah satu peserta dari kelompok PKK Desa Sayang.
“Transformasi digital koperasi sangat memudahkan kami mengakses data, melakukan rapat anggota secara daring, serta belajar bersama memasarkan produk hasil olahan sampah ke pasar yang lebih luas,” ungkap pemuda Karang Taruna, peserta pelatihan.
Harapan dan Agenda Lanjutan
LPPM UMJ, pemerintah desa, dan seluruh tim panitia telah menyiapkan agenda kelanjutan berupa mentoring, pelatihan digital lanjutan, serta publishing kisah sukses Jatinangor ke media nasional. Koperasi peduli sampah Jatinangor diharapkan menjadi model inovasi pengelolaan limbah terpadu—bukan hanya untuk Sumedang, tapi seluruh Indonesia.
Praktik SDGs, MBKM, dan penguatan ekonomi lokal digemakan dalam aksi nyata, terbukti dengan rencana pembangunan rumah kompos di sekolah, pelatihan PKK, dan kolaborasi lintas sektor.
Jatinangor Menuju Masa Depan Hijau dan Sejahtera
Dua pelatihan beruntun di Jatinangor membuktikan, perubahan nyata lingkungan dan ekonomi berbasis sampah hanya terjadi ketika komunitas diberdayakan secara berkelanjutan dan inovatif.
Transformasi bank sampah digital menjadi koperasi komunitas yang legal dan profesional adalah bukti konkret bahwa kolaborasi, digitalisasi, dan empowerment masyarakat adalah kunci membangun ekonomi sirkular Indonesia yang inklusif dan berdaulat.
“Setiap kontribusi berarti, dan bersama kita bisa mewujudkan Jatinangor yang bersih, sehat, dan sejahtera,” pesan Prof. Dr. Ahmad Subagyo, menutup rangkaian pelatihan dan gerakan perubahan yang kini telah gagasan-gagasannya menjadi inspirasi nasional”.(***).
Komentar