"Fenomena Kopdit Pintu Air : dari Dusun Rotat Mata Air Jernih Mengalir ke Penjuru Negeri"


Dusun Rotat, Desa Ladogahar, adalah sekeping harapan yang menjadi kenyataan bagi tanah Flores, Nusa Tenggara Timur. Bukan pada rerimbun pohon tepian hutan, hampar kebun warga desa, atau mata air Wair Puan yang melegenda, tapi pada kisah dan sejarah pemberdayaan ekonomi dan sosial warganya yang luar biasa.    

Dari Dusun Rotat, Desa Ladogahara, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, tempat 50 warga tercerahkan, duduk meriung di bawah hampar pohon coklat. Di tanah berkontur miring, yang menjadikan kursi mereka tak bisa menopang untuk duduk dengan tegak.

Biar begitu, obrolan mereka buka sekelas warga kampung menghabiskan waktu dengan main kartu. Melainkan ihwal ekonomi desa yang carut-marut, warga sakit yang kesulitan berobat, dan anak-anak haus pendidikan yang tak cukup dana untuk untuk bersekolah.

Dialah Koperasi Kredit Pintu Air, yang pada 1 April lalu, genap tiga dekade berkiprah mengubah wajah sebuah negeri. Koperasi dari dusun kecil, yang mampu membangun gedung megah tiga lantai dengan lift senilai Rp 15 miliar, “bermodal” urunan dua ekor ayam dari setiap anggotanya, yang berlatar petani, nelayan, dan dan kalangan usaha mikro pedesaan.

Perjuangan penuh keteguhan hati dan kepercayaan penuh pada kemurahan kasih Tuhan itu, akhirnya memang berbuah manis. Kini, KSP Kopdit Pintu Air, menjelma menjadi primer koperasi nasional dangan anggota individu mencapai 426 ribu orang dengan asset mencapai Rp 2,3 triliun. Menjadikannya sebagai primer koperasi kredit terbesar nomor 4 di Indonesia. 

Sebagai koperasi modern yang adaptif dengan teknologi,  Kopdit Pintu Air membangun kultur Kopdit yang tidak hanya berkecimpung di sektor simpan pinjam. Kopdit Pintu Air sukses menginisiasi berbagai sektor bisnis. Produksi minyak kelapa, air minum dalam kemasan, industri garam, hingga sektor pariwisata dengan mengelola pantai berpasir cantik, “Pintar Asia Beach”, menjadi salah satu destinasi wisata pantai favorit di Flores.    

Sebagian fragmen kisah di atas, termaktub dalam buku berjudul “Yakobun Jano : Menghimpun Pasir Nan Terserak & Nikmat Tuhan” karya D. Marjono, yang perkenalkan secara terbatas kepada khalayak, pada Rabu (23/4) lalu, bersamaan dengan Media Gahtering Jurnalis se Jabodetabek di KCP Kopdit Pintu Air, Kota Bekasi. 

img-1746439759.jpg

D. Marjono, wartawan senior itu, butuh waktu setidaknya 15 tahun untuk menyelami spirit pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat melalui koperasi kredit. Sekarang, Kopdit Pintu Air bukan lagi kebanggaan desa Rotat atau Provinsi NTT, tapi kebanggan gerakan koperasi Indonesia.    

Dalam acara yang dihadiri sejumlah wartawan itu, Ketua sekaligus pendiri Koperasi Pintu Air Rotat, Indonesia, Yakobus Jano, membagikan pengalamnya ditemani Agus Nong, Pengurus KSP Pintu Air Rotat,Indonesia Cabang Kampung Sawah, Emanuel Migo, serta sejumlah stafnya.

img-1746439806.jpg

Yakobus Jano, mantan pegawai Bank BRI Kabupaten Sikka, itu mengemukakan perjalanan KSP Kopdit Pintu Air yang didirikan pada 1 April 1995, bermula dari kegiatan arisan keluarga berjumlah 50 orang (anggota perintis). Tokoh Penggerak Koperasi  Utama dari Dewan Koperasi Nasional (Dekopin)  tahun 2024 itu mengemukakan, orang-orang penggerak koperasi, khususnya Kopdit harus mampu menciptakan nilai tambah yang berbeda dengan di berbagai tempat sehingga menjadi pengikat bagi gerakan Kopdit. “Di bank kami bikin uang, di Credit Union kami bikin manusia,” papar Jano mengandaikan. Dalam pemikiran Yakobus Jano, dalam mewujudkan keterpenuhan ekonomi dan sosial suatu masyarakat, selalu berkelindan dengan membangun kualitas manusianya.  

Jano menkankan agar mind set  para penggerak Kopdit tetap lurus, dan tidak terpaku pada  pemahaman kopdit sekadar simpan pinjam atau sebagai lembaga keuangan semata. Mengkreasi koperasi yang benar-benar berjatidiri, dari, oleh, dan untuk anggota. Dengan begitu,  semangat hidup bersama di dalam masyarakat menginternalisasi ke dalam koperasi dan menjadi semangat kolektif. 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite KSP Pintu Air Rotat,Indonesia,cabang Kampung Sawah, Emanuel Migo, tak lupa mengajak kalangan jurnalis untuk aktif berkoperasi. Terlebih dengan situasi ekonomi saat ini yang identik dengan penurunan performa ekonomi dan finansial, yang juga mendera kalangan jurnalis. Dipaparkan Migo, yang sudah berkecimpung di Credit Union pasca Tsunami Aceh dua dekade silam, KSP Pintu Air Rotat, Cabang Kampung Sawah dan atau cabang-cabang lainnya, selalu terbuka untuk para jurnalis. 

Beberapa hari kedepan, tepatnya pada 8-10 Mei, Kopdit Pintu Air Rotat akan menghelat Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2024, bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-30 Kopdit Pintu Air. Acara berpuncak di kantor Pusat Kopdit Pintu Air yang megah, di Dusun Rotat, Desa  Ladogahar, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, Flores, NTT.

Melihat capaiannya yang luar biasa dalam memberdayakan ratusan ribu warga NTT dan berbagai daerah di tanah air melalui jalan koperasi, serta sejarah perintisannya dari nol yang memakan pengorbanan teramat besar dari para pendirinya, tidak berlebihan jika disebut bahwa keajaiban dunia di Flores memang ada tiga : Komodo, Danau Kelimutu, dan Kopdit Pintu air. (Prio)  

 

Kategori
DINAMIKA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar