Dari Komida hingga KPRI, Mereka yang Menikmati Digitalisasi Koperasi
Ribuan koperasi mulai mengecap buah digitalisasi koperasi. Di luar benefit transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi, koperasi mendidik diri sendiri untuk selalu terbuka terhadap inovasi. Beberapa diantaranya menorehkan prestasi.
Tak ada yang abadi di bawah sinar matahari, kecuali perubahan itu sendiri. Pepatah lawas ini relevan dengan ikhtiar koperasi-koperasi di Indonesia yang tengah gandrung untuk mendigitalisasi diri. Penelusuran Warta Koperasi, butuh modal tak kecil untuk memulainya. Namun selalu sebanding, bahkan lebih, jika mencermati kelebihan-kelebihannya. Banyak koperasi sudah merasakan hal itu.
Diakui AMry Fitrah manah, CEO Nectico, start up yang telah membantu mendigitalisasi tak kurang dari 700 koperasi dari berbagai sektor usaha, koperasi merupakan salah satu sektor finansial yang paling menguntungkan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Terlebih, koperasi dimiliki oleh anggotanya. Koperasi memiliki nilai-nilai ke-Indonesiaan seperti kepedulian, demokrasi, dan gotong royong. Itulah yang memotivasi membantu koperasi,”imbuh Amry.
Entitas koperasi memang dituntut menyesuaikan diri dengan ekosistem bisnis terkini yang adaptif dengan teknologi baru. Para kompetitor sudah lebih dulu melaju. Industri finansial, sektor yang juga lazim dilakoni koperasi, hampir seluruhnya sudah terdigitalisasi. Memudahkan mereka melebarkan sayap bisnis dan memperluas segmen pasar.
Ada juga smartcoop, yang bekerja seperti Nectico dalam mendigitalisasi koperasi. Dari data smartcoop didapat, sejumlah koperasi pengguna jasa digitalisasi koperasi telah menyebar di berbagai daerah. Termasuk kalangan Koperasi Pegawai RI (KPRI). Diantaranya KPRI K3B Setda Kabupaten Bogor, KPRI Balitbang Kemendikbud, KPRI Dinas Kesehatan Kabupaten Agam, KPRI Kogusda Kota Solok, KPRI Dewi Sri Kabupaten Ciamis, KPRI Sejahtera Pasawahan Purwakarta, hingga KPRI Gardenia Kebun Raya Cibodas.
Menurut Drs. Riwayat, Ketua Koperasi Konsumen Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, bekerjasama dengan Nectico merupakan tantangan sekaligus solusi ketika kita ingin meningkatkan layanan yang lebih baik lagi bagi anggota. Layanan yang terbuka dan akuntabel. “Sehingga anggota baru, melalui aplikasi bisa melihat sendiri berapa sisa pinjamannya, dan berapa boleh minjam lagi sesuai dengan waktu jatuh tempo. Ini menarik jika dilakukan secara online. Kalau dulu, kan, kala kita mau lihat berapa sisa pinjaman maka harus datang ke kantor koperasi. Lalu ketika dating, petugasnya tak ada. Kini masalah itu selesai sudah, sebab bisa dilakukan secara online selama 24 jam”.
Nectico dan juga smartcoop sama-sama menawarkan sejumlah layanan dan fitur bagi koperasi. Mengkonfigurasikan aplikasi sesuai kebutuhan koperasi dan memigrasikan seluruh data koperasi dalam format digital, sehingga jauh lebih efisien dibandingkan dengan data manual.
Fitur manajemen koperasi, simpanan, pinjaman, tagihan, hingga keanggotaan, yang kompatibel dengan kaidah koperasi. Juga laporan keuangan otomatis. Menampilkan history rincian transaksi, neraca, arus kas, serta laporan keuangan yang detail dalam satu kali klik. Menjadikan manajerial koperasi sangat menghemat waktu.
MDIS Mobile Komida
Koperasi Simpan Pinjam Mitra Dhuafa (Komida), koperasi yang mengaplikasikan konsep Grameen Bank dan kini memiliki hampir 800 ribu anggota, bahkan sudah sejak 2010 mendigitalisasi kegiatan operasional Koperasi dan sistem pelaporan keuangan yang aktual dengan diadakannya system digital terpadu (MDIS). Mengutip laman Komida, berkat adanya MDIS, membantu percepatan dalam pelaporan dari berbagai cabang KOMIDA di Indonesia.
Anggota Komida yang seluruhnya adalah perempuan marginal, sangat terbantu dengan layanan simpanan dan pinjaman yang berbasis kelompok besutan Komida. Ratusan ribu perajin, pedagang warung kecil, hingga nelayan di pelosok daerah yang tak terjangkau akses keuangan tanpa agunan, membutuhkan kepraktisan layanan. Digitalisasi dalah salah satu solusinya.
Demikian halnya dengan karyawan. Jika sebelumnya seluruh karyawan harus bergadang semalaman, dengan adanya digitalisasi berupa sistem digital terpadu (MDIS) karyawan tidak lagi berlarut-larut dalam menuntaskan tugas pelaporannya. Langkah Komida dengan digitalisasi layanannya sudah tepat. Ini komaptibel dengan 4.600 karyawannya yang 90% adalah khalayak milenial. Rentang usia mereka 17 tahun hingga 37 tahun.
Akhir 2020 lalu, bahkan 84 karyawan dibekali tablet untuk mempermudah kinerja mereka. Diantaranya di kantor cabang Klapanunggal, Cileungsi, Cariu, Rawamerta, Telukjambe, dan Rengasdengklok. Terhitung 84 karyawan yang memanfaatkan teknologi ini. Sukses di uji coba, setahun kemudian (2021) Komida menambah lagi tablet bagi karyawannya sebanyak 500 unit. Targetnya, 50 kantor cabang yang ada akan menggunakan aplikasi digital ini untuk melayani anggota. (Teks dan Foto : PRIONO)
Komentar