Butuh Citra Positif Jadikan Kaum Muda Minat Berkoperasi
Koperasi Indonesia masih dicitrakan sebagai kumpulan orang-orang tua dengan unit-unit bisnis yang kurang kekinian. Meskipun bukan hal yang sepenuhnya benar, hal itu jadi tantangan koperasi jika ingin tetap diminati kaum muda.
Ekonom Universitas Brawijaya Malang Nugroho Suryo Bintoro menyatakan bahwa keberadaan koperasi yang ada di Indonesia, sudah seharusnya mulai merangkul kalangan gererasi muda.
Nugroho mengatakan upaya untuk merangkul generasi muda Indonesia tersebut perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan eksistensi koperasi di Indonesia, tentunya dengan menyediakan pelayanan yang menjadi kebutuhan generasi muda yang ada. Selama ini koperasi identik dengan generasi tua dikarenakan generasi muda lebih menyukai kemadahan transaksi non koperasi. Sebut saja perbankan.
Namun demikian, hal ini tidak seharusnya menyurutkan niatan koperasi untuk dapat berkembang lebih lebih besar. Terlebih dengan sifat yang melekat pada koperasi berbeda jauh dengan perbankan. Hanya ada segelintir koperasi besar yang telah memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menerapkan teknologi tersebut pada telepon pintar. Segmentasi yang dibidik diantaranya adalah kalangan pasangan muda yang baru berkeluarga.
Kemudahan yang ditawarkan diantaranya adalah kemudahan dalam pembayaran listrik, air, telepon, dan juga pembayaran langganan internet, selain juga untuk memeriksa saldo tabungan, mutasi tabungan, pembelian, pembayaran, dan lainnya. Kemudahan tersebut, untuk saat ini dan kedepannya, merupakan fasilitas yang standard atau minimal bagi generasi muda yang nantinya akan berkeluarga. Diharapkan
Statistik Kementerian Koperasi dan UKM mencatat ada lebih dari seratus ribu unit koperasi dengan anggota talk kurang dari tigapuluh juta orang. Dalam upaya untuk menumbuhkembangkan minat masyarakat untuk bergabung bersama koperasi perlu adanya sinergitas kebijakan antar pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pengelola koperasi. sinergi tersebut sangat penting terkait dengan upaya untk mengembangkan koperasi agar dapat bersaing dengan sektor swasta.
Sinergi tersebut juga harus dibarengi dengan penguatan pengelolaan koperasi secara internal dan eksternal. Untuk sektor internal diperlukan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan teknologi. Sementara untuk sektor eksternal, harus ada peningkatan kerja sama antar koperasi, maupun dengan lembaga swasta lainnya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Teten Masduki mengatakan bahwa koperasi atau yang sebuah badan usaha yang organisasinya didirikan khusus bertujuan untuk memberi kesejahteraan pada anggotanya sekarang ini tidak populer di kalangan anak muda. Ada banyak hal diantaranya banyak koperasi yang menyimpang, dan kedua bisnis model koperasi ini tidak berkembang. Sehingga koperasi bukan menjadi pilihan rasional untuk berbisnis, untuk berusaha. Dan ini yang sedang dilakukan upaya piloting-piloting bagaimana mengembangkan bisnis model koperasi.
Kaum
Muda Butuh Citra Baik
Sementara itu menurut Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (sekarang BRIN) Yeni Septia, usaha koperasi akan lebih akrab bagi generasi muda milenial jika melibatkan komunitas. Peran komunitas di dalam koperasi itu penting karena komunitas ikut memperkuat koperasi lewat silaturahmi antar anggotanya.
Yeni mencontohkan Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS) BMT Sidogiri Jawa Timur yang berkembang karena santri dan alumni Pesantren Sidogiri cukup kuat dan solid dalam komunitas karena ikatan sliaturahmi. Selain itu, tokoh masyarakat pun ikut dilibatkan. Ada peran tokoh agama, seperti kiai, sebagai pengawas dia bisa mempersuasif anggota untuk andil dalam koperasi tersebut.
Di dalam koperasi ada dana likuiditas (funding) yang bersumber dari anggota lewat simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela selain funding dari perbankan dan dari investor. Sineas dan juga pendiri Forum Film Indonesia, Ichwan Persada, mengomentari setuju apabila dikembangkan bisnis koperasi berdasarkan komunitas. Ia menambahkan koperasi berdasarkan komunitas akan lebih akrab dengan generasi muda (milenial).
Harus ada upaya megubah kesan dan citra koperasi di mata kaum muda, sehingga mereka menjadi lebih tertarik berkoperasi apa lagi ada dampak bonus demografi yang harus dioptimalkan. Dampak bonus demografi masyarakat Indonesia 40% adalah generasi muda dengan jumlah kurang lebih 100 juta orang. Hal ini harus selalu dikampanyekan literasi bagi generasi muda bahwa, koperasi adalah usaha yang paling milenial dan sangat anak muda sekali.
Oleh karena itu, pada era digital ekonomi saat ini, dan sedang masuk dalam era Web 3.0 ekonomi itu cocok dengan koperasi, sehingga sudah saatnya mengenalkan koperasi dalam ekonomi kepada anak muda. (Edi Supriadi/ Foto : Youthcoop asiapacific)
Komentar