LONTAR DAN KOPERASI, DAN IDHUL ADHA

Oleh : SUROTO ( Ketua AKSES Indonesia)


Telah lama saya mendengar nama dari daun pohon ini. Namanya sangat terkenal terutama bagi sejarahwan, yaitu daun Lontar atau Siwalan. Naskah naskah kuno yang menceritakan satu kejadian, kisah, atau hal hal penting  banyak ditulis di atas daun pohon ini. 

Sejak masih kanak kanak dulu daun Lontar itu saya anggap sangat hebat sekali. Sebuah daun tapi digunakan untuk menuliskan hal hal penting. Di bayangan saya, daun itu dipilih pasti ada pertimbanganya. Mungkin keawetanya, nilai artistiknya. 

Saya juga tidak menyangka kalau proses penulisan naskah di daun Lontar itu begitu rumit. Ternyata menggunakan proses yang sangat panjang.  Dari pengeringan, pengukiran tulisan, sampai dengan dilakukan kegiatan artistik seperti dilakukan pembakaran di gerigi daun dan lain lain. 

Saya pernah melihat pohon Lontar selintas saja. Terutama waktu melintas di daerah Jawa Timur. Pohonya masuk keluarga Palem. Mirip dengan pohon Aren yang buahnya bernama Kolang Kaling, buah yang sangat terkenal karena sering dibuat bahan kolak terutama saat puasa Ramadhan. 

Baru tadi malam, ketika menjelang magrib dan menyambut hari raya Idul Adha di daerah kota Jakarta, untuk pertama kalinya saya lihat buah Lontar dan memakanya.  

Buahnya seperti buah kelapa. Namun warnanya  kecoklatan tidak seperti Kelapa yang rata rata hijau atau kuning, tapi isinya seperti buah Kolang Kaling. Bedanya, buah Kolang Kaling itu kecil kecil dan satu janjang itu isinya banyak. Buah Lontar ini ternyata seperti janjang Kelapa namun buahnya agak kecil. Seperti kelapa Gading. 

Ketika dikupas, di dalamnya ada batok kecil seukuran buah Kolang Kaling yang isinya 2 hingga 4 biji.  Di dalamnya ada air seperti air kelapa. Konon khasiatnya sangat banyak untuk kesehatan, seperti menurunkan asam lambung, membuat nyaman isi perut, dan karena rendah kalori sehingga cocok untuk yang sedang diet. 

Tekstur buahnya mirip Kolang Kaling, namun lebih lembut. Ketika dikunyah isi airnya keluar dan terasa lumer dan manis asam. Sangat enak dan menurut saya sangat sensasional. 

Seperti kelapa dan Aren, Lontar ini juga air niranya dapat dijadikan semacam arak. Katanya rasanya malah lebih lebih enak dibanding nira Kelapa atau Aren. 

Lontar atau Siwalan itu seperti pohon Aren, buahnya seperti Kelapa tapi isinya seperti Kolang Kaling namun ada airnya seperti Kelapa. Bisa dikatakan Lontar atau Siwalan ini adalah kombinasi dari Kelapa dan Aren. Untuk menunggu berbuah pohon ini butuh waktu 20 tahun baru berbuah dan umurnya bisa ratusan tahun. 

Dari pohon Lontar atau Siwalan kita dapat belajar tentang keberadaan, eksistensi. Walaupun tidak sepopulis suadaranya Kelapa atau Aren, Lontar ini memiliki kualitas yang luar biasa. Walaupun mengandung kemiripan dengan dua suadaranya tersebut, Lontar adalah entitas yang berbeda, dan karena perbedaanya itu maka dia ada. 

Satu hal lagi, kita disuruh bersabar juga menanti untuk mendapatkan buah yang enak dari Lontar. Dua dekade, ini kalau orang Jawa sudah kelewat dari rasa rindu menggebu yang ukuranya adalah Sewindu, atau 8 tahun.

Seperti jalan Koperasi, Lontar itu berbeda dengan sistem kapitalisme atau sosialisme-komunisme yang terkenal itu. Dikarenakan berbeda maka koperasi ada. Berbeda dari keduanya, untuk membangun cara hidup berkoperasi itu ternyata harus juga bersabar. Tidak bisa segera kita dapatkan hasil yang bagus, permanen dengan jalan tiba tiba ( revolusi). 

Saya kira karena ini sedang perayaan Idul Adha, baiknya kita makan buah Lontar, supaya tambah sabar dan penuh pengorbanan untuk memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan, seperti maksud dan tujuan perjuangan koperasi.  Siapa tahu juga buahnya berkhasiat seperti koperasi untuk menurunkan kadar kolesterol dari sistem kapitalisme yang sampai saat ini masih terus dipelihara di negeri ini. (*)

Kategori
KOLOM

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar