Geliat Inovasi Koperasi Milenial

Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI)  menghelat  Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Kerangka Kerja Inovasi Koperasi di Indonesia secara  Berkelanjutan”, Selasa (6/8) lalu, di Purwokerto, Jawa Tengah. Ddihadiri 45 peserta dari mitra dan stakeholder dari sejumlah kota di tanah air, menghadirkan narasumber dari ICA Asia Pacific.

Sejumlah lembaga pemerintah dan bisnis yang hadir diantaranya Bidang Kelembagaan dan SDM Kementerian Koperasi dan UKM, Bappenas, LPDB, Dinas Koperasi Provinsi  Jawa Tengah, sejumlah universitas,  para pelaku koperasi model baru, PT. Sakti Kinerja Kolaborasindo (Angel Investor), serta  sejumlah tamu undangan.

Terbilang istimewa, hadir  Ivjyot Singh dan Simren Singh,  Program Officer International Cooperative Alliance (ICA) Regional Asia-Pacific. ICCI mengundang  keduanya yang sedang melakukan lawatan ke Indonesia (Jakarta, Purwokerto  dan Yogyakarta). Memantau aktivitas anak-anak muda koperasi dan menyampaikan legal framework analysis perkoperasian di Indonesia.

Dalam lawatannya ke Indonesia, mereka bertemu dan berdiskusi langsung dengan sejumlah pihak. Di Jakarta, mereka menemui Koperasi Pemuda Indonesia. Di Purwokerto menjumpai InnoCircle Initiative, lembaga inkubator startup coop,  bersama para tenant startup. Dilanjutkan mengikuti rangkaian FGD ICCI di Purwokerto. Di Yogyakarta, visiting dan sharing dengan Koperasi Edukarya Negeri Lestari atau lebih dikenal dengan Koperasi Wikikopi/Wikiti. Mereka sangat terinspirasi dengan model Wikiti yang tak terbayangkan sebelumnya.

Dalam kesempatan itu, Ivjyot dan Simren memaparkan program kerja ICA-AP, isu strategis mendatang dan peran anak muda dalam gerakan koperasi.  Mereka mengapresiasi FGD dan menemukan aneka model baru dan berbagai showcase praktika lapangan.

Koperasi KINARYA, misalnya, dikenal sebagai koperasi sektor kreatif  yang concern dengan film sebagai lokomotifnya.  Lainnya adalah  PlayMe Platform Coop, Senandung Sejuk, Beceer.com, PediHelp.id, BookCircle.id, Sewaa.in, Pesanan Kilat, DNA Creative Kudus, dan lainnya.

“Saya melihat dari pesan dan bahasa tubuhnya, mereka sangat passionate untuk mengerjakan bisnis berbasis koperasi itu. Ini yang tidak saya temui di ruang lain. Ada semacam api yang menyala-nyala dan terus memompa semangat,” terang Ivjyot Singh tak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Dalam kunjungan terakhir ke salah satu Kopma di Yogyakarta, Ivjyot dan Simren dibuat terkejut ketika berdialog dengan Pengurus dan Ketua Kopma, yang mengatakan koperasi tidak prestisius bagi anak muda dan kemungkinan selepas lulus mereka tak akan berkarir di koperasi. “Saya rasa perlu dicari formula yang tepat untuk membangun alur dari Kopma dan lalu masuk ke koperasi. Yang dilakukan ICCI dan InnoCircle mungkin bisa diterapkan di Kopma,” terang Ivjyot.


Komitmen Kolaborasi Multi Pihak 

Kegiatan FGD Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), di Purwokerto diakhiri dengan komitmen kolaborasi multi pihak dalam membangun inovasi perkoperasian di Indonesia secara berkelanjutan. Berbagai lembaga menyampaikan apa-apa yang bisa dikerjakan sesuai dengan framework yang disampaikan ICCI di awal kegiatan.

Dari dunia pendidikan, Laboratorium Koperasi FEB Unsoed-Purwokerto dan LPPM Universitas Mercubuana-Yogyakarta, menyatakan siap membangun Cooperatives Innovation Hub (CIH) di kampusnya masing-masing. Juga menyanggupi untuk melakukan kerjasama penelitian lintas lembaga. Malah ada sembilan poin kolaborasi yang ditawarkan Universitas Mercubuana kepada ICCI dan para peserta lainnya.

Kementerian Koperasi dan UKM RI juga menyatakan siap mendukung agenda besar inovasi koperasi. Menyebut highlight Presiden Jokowi dalam Pidato Politiknya pada 14 Agustus 2019, yang juga menyoroti perlunya mencari model-model baru, cara-cara baru dan nilai-nilai baru dalam mencari solusi, yakni melalui inovasi.

Pada kesempatan itu ICCI mendorong agar Kementerian Koperasi secepatnya bisa menyelenggarakan serial Akademi Inovator Koperasi di berbagai regional di Indonesia sebagai starting point untuk mencetak para Inovator Koperasi.

Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) siap mendukung khususnya pada model baru seperti startup coop. Adapun Koperasi Pekerja Senandung Sejuk, DNA Creative Kudus, InnoCircle Initiative, ITT Purwokerto, Koperasi Kinarya, PT. Sakti Kinerja Kolaborasindo dan tak ketinggalan Dinas Koperasi Prov. Jawa Tengah, juga siap berkomitmen untuk berkolaborasi.

Khusus di Jawa Tengah, tercatat dua kegiatan utama akan dihelat. Pertama, produksi film tentang blockchain dan IT oleh Koperasi Kinarya. Kedua, akan dibuat Festival Inovasi Koperasi pada Juli 2020 mendatang sebagai konten kegiatan Hari Koperasi.

“Ini akan menjadi pilot project awal agenda inovasi perkoperasian. Festival Inovasi Koperasi itu hanya kegiatan hilir, hulunya yakni koperasi di Jawa Tengah, mengembangkan praktik inovatif. Barulah tahun mendatang aneka praktik itu dipamerkan dalam festival tersebut,” terang Firdaus Putra, HC.

Pada kesempatan yang sama Bima Kartika, Kabid. Kelembagaan Dinas Koperasi Prov. Jawa Tengah, menyambut baik rencana produksi film tentang blockchain dan IT di Jawa Tengah. “Ini akan menjadi contoh baik bagaimana koperasi bisa mengerjakan bisnis yang lain, tidak tanggung-tanggung, film. Di mana para penonton akan menjadi membernya dengan cara membeli tiket,”papar Bima.

Berbagai rangkaian kolaborasi itu akan dikerjakan ICCI secara organis. Targetnya, pada 2020 mendatang berbagai inisiasi serta inovasi baru itu bisa dipamerkan di Festival Inovasi Koperasi. “Tentu saja itu adalah pekerjaan yang menantang, bagaimana menyemai virus inovasi ke koperasi-koperasi eksisting yang mungkin telah terbiasa dengan as usually business,” pungkas Novita Puspasari, HC., Komite. Eksekutif ICCI.  


Bangun Teknologi Payment

Teknologi digital yang terus berkembang pesat, perlu dikuasai dan dioptimalkan pemanfaatannya oleh kalangan koperasi. Hal itu mengemuka dalam  FGD Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), di Purwokerto, Selasa (6/8).

Menurut Endy Chandra, Direktur Utama PT. Sakti Kinerja Kolaborasindo (SKK), mengajak para pihak untuk berkolaborasi dalam membangun ekosistem payment di koperasi. PT. SKK merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi digital bagi koperasi. Termasuk di dalamnya mengembangkan core banking dan teknologi switching bagi koperasi. Uniknya, PT. SKK didirikan dan dimiliki konsorsium koperasi.

Dalam kesempatan itu PT. SKK mengajak sejumlah pihak berkolaborasi dalam membangun ekosistem payment di koperasi. Ajakan itu disambut baik oleh Beceer.com, BookCircle.id kemudian PediHelp.id yang akan menggunakan Sakti.Cash sebagai payment system-nya.

Adapun tiga startup coop yang diinkubasi oleh InnoCircle Initiative ini rencananya juga akan diperkenalkan ke gerakan Credit Union (CU) di Indonesia. “Harapannya agar startup coop ini bisa membuka layanan di kota-kota lain bermitra dengan CU-CU lainnya,” terang Endy.

Selain itu, Koperasi Kreatif KINARYA juga akan melakukan kolaborasi dengan menggunakan core banking Sakti dan aplikasi mobile Sakti Link. Koperasi KINARYA adalah koperasi yang bergerak di sektor kreatif, diantaranya memproduksi film. KINARYA berencana memproduksi 17 film di beberapa provinsi di Indonesia. “Kami akan memanfaatkan Sakti Link untuk registrasi member dan tentu saja layanan payment-nya,” terang Ivonny Zakaria, Ketua Koperasi KINARYA.

PlayMe Platform Coop juga berencana menggunakan Sakti.Cash sebagai salah satu pilihan dalam fitur donasinya. “PlayMe saat ini masih dalam bentuk MVP atau minimum viable product, dalam tahun ini kami akan kembangkan platform-nya bagi masyarakat Indonesia. Saya dan tim menghendaki agar PlayMe berbasis koperasi. Dan mungkin yang tepat modelnya adalah platform coop berbasis multi pihak,” terang Jarot Seno, founder.

Salah satu misi ICCI adalah membangun ekosistem inovasi. Melalui skema keperantaraan antar pihak hal tersebut dapat dikerjakan secara organis. “FGD seperti ini bukan sekedar membahas gagasan/ temanya, namun juga ruang untuk silaturahmi antar para praktisi/ para pihak. Dari proses alamiah seperti inilah berbagai kolaborasi multi pihak bisa diinisiasi dan ditindaklanjuti,” terang Firdaus.

SKK mengapresiasi kolaborasi multi pihak semacam ini. Sebab, untuk membangun ekosistem payment butuh upaya dan energi yang besar. “Seringkali, masalahnya bukan soal biaya atau investasi, namun kemauan untuk menggunakan apa yang sudah diciptakan atau disediakan pihak lain. Seperti Sakti.Link, Sakti.Cash, MyCOOP dan layanan lainnya, itu sudah ready. Semakin banyak yang menggunakan dan terhubung akan makin efisien karena mencapai skala ekonomi. Dan juga makin efektif, karena fitur-fitur tersebut bisa connected dengan banyak lembaga di berbagai wilayah di Indonesia,” sambung Endy.

Guna menindaklanjuti rencana itu,  PT. SKK menggelar lokakarya inovasi dan teknologi dalam implementasi API (Application Programming Interface) Sakti bagi para pihak. Rencananya kegiatan tersebut dilaksanakan pada 13-16 Agustus di Bogor. 


Kian ‘Sakti’ dengan Teknologi SAKTI

PT. Sakti Kinerja Kolaborasindo (SKK), memang lazim menyelenggarakan workshop teknologi secara periodik. Pada 13-16 Agustus lalu, misalnya, mengambil lokasi di Bogor, workshop diikuti 50 Credit Union dan koperasi dari berbagai provinsi di Indonesia. Bahkan, beberapa credit union dari Timor Leste yang menggunakan Core Banking Sicunteles, turut serta.

Mengangkat tema, “Kolaborasi Inovator Koperasi dalam Membangun Interkoneksi Pembayaran Digital Berbasis Koperasi Indonesia”, Sakti membagi kegiatan dalam dua kelas, yakni Kelas Programmer/ Teknis dan Kelas Umum/ Non Teknis. 

Pada Kelas Programmer, partisipan dilatih untuk membuat dan mengintegrasikan Application Programming Interface (API) Sakti ke berbagai aplikasi lainnya. Pada Kelas Non Teknis, peserta diberi pembekalan tentang akuntansi interkoneksi pembayaran sehingga tidak menimbulkan kekacauan pembukuan. 

“Hal itu penting dilakukan sebab secara awam proses transaksi itu hanya terjadi dalam hitungan detik, namun di belakang layar, sebenarnya lebih kompleks. Termasuk dalam pembukuannya,” terang Endy Chandra, Direktur Utama PT. SKK. Di acara kali ini, PT. SKK menggandeng Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI) dan InnoCircle Initiative, sebuah lembaga inkubator. 

Lewat kegiatan itu juga dilakukan penjajakan kerjasama antara CU/koperasi dengan beberapa startup dan koperasi. “Teknisnya nanti kita kirim proposal ke masing-masing CU/koperasi untuk bisa ditindaklanjuti,” terang Endy. Harapannya, CU/ koperasi dapat mengembangkan layanannya tanpa harus membangunnya secara mandiri melainkan dilakukan secara kolaboratif.

Dalam kesempatan itu, Firdaus Putra, HC., Komite Eksekutif ICCI, memaparkan materi tentang “Reaktualisasi Pilar Keempat Credit Union”. Firdaus mengatakan, inovasi sebagai pilar keempat gerakan CU di Indonesia justru menemukan momentumnya pada situasi kontemporer. “Inovasi ini tidak sama dengan alien, bukan hal asing. Beberapa contoh yang Saya kemukakan adalah hal-hal yang muncul di keseharian,” terangnya.

Pada sesi sebelumnya Anis Saadah, CEO InnoCircle, mempresentasikan tentang praktika lembaga inkubator yang dikelolanya. Ia mengisahkan bagaimana InnoCircle saat ini telah dan sedang menginkubasi beberapa startup coop sebagai cara mendekatkan kalangan milenial pada koperasi. Dalam kesempatan itu, Anis juga mengajak para peserta untuk berkolaborasi mendukung keberadaan lembaga inkubatornya. “Kita bisa mengembangkan lembaga inkubator semacam ini di credit union dan koperasi-koperasi yang lain. Sehingga anak-anak muda memperoleh ruang yang pas untuk mengembangkan diri,” papar Anis.

Workshop diakhiri dengan showcase karya-karya dari Beceer.com, startup coop yang menyediakan layanan belanja pasar berbasis aplikasi. Kemudian BookCircle.id, yaitu startup coop yang mempertemukan antara pemilik buku dan pembaca berbasis aplikasi. Lalu ada Playme.id, platform coop dengan layanan streaming video yang memungkinkan para local talent memperoleh donasi. Terakhir, tampil Kinarya Coop, koperasi bisnis kreatif yang sedang memproduksi 17 film layar lebar di 17 provinsi di Indonesia. 


KINARYA dan Blockchain

Kolaborasi produksi film tentang blockchain dan IT di Jawa Tengah bakal digarap Koperasi Kinarya, koperasi yang fokus pada bisnis kreatif sektor perfilman. Hal itu dikemukakan Ivonny Zakaria, Ketua Koperasi Kinarya, Bima Kartika, Kabid. Kelembagaan Dinkop Prov.  Jawa Tengah, Anis Saadah, HC., CEO InnoCircle Initiative dan Firdaus Putra, HC., Komite Eksekutif ICCI menerangkan, mengungkap hal tersebut ke media dalam konferensi persnya di Purwokerto, Selasa (6/8).

“Film yang akan dibuat di Jawa Tengah ini merupakan bagian dari rencana produksi 17 film di beberapa provinsi di Indonesia.  Bagi Kinarya, film adalah lokomotif yang menarik gerbong sektor ekonomi lainnya. Ketika kami memproduksi film di satu wilayah, ini sekaligus untuk mengakselerasi ekonomi lokal di sana. Contohnya adalah film “Impian 1000 Pulau” di Pulau Seribu yang telah kami rilis tahun 2018 di CGV. Hasilnya, selepas film tayang, ekonomi lokal di sana tumbuh,” papar Ivonny Zakaria.

Untuk proyek film di Jawa Tengah, Koperasi Kinarya menggandeng InnoCircle Initiative sebagai tim produsernya. InnoCircle yang akan menentukan kota/kabupaten di mana film diproduksi, juga melakukan rekrutmen untuk kebutuhan crew. “Para crew ini dari kalangan mahasiswa dan siswa SMA. Mereka akan kami latih terlebih dulu. Kami sudah mencoba pola ini di “Impian 1000 Pulau” dan berhasil”, terang Annis Saadah bersemangat.

Bima Kartika dari Dinkop Provinsi Jawa Tengah menyambut baik inisiatif itu. “Ini hal baru bagi gerakan koperasi. Lewat film juga kita bisa mengenalkan koperasi dengan cara yang lain. Sangat inovatif. Kami mendukung sekali kolaborasi ini,” terang Bima.

Anis Saadah, HC., CEO InnoCircle Initiative juga mengapresiasi upaya baru ini. “Bagi milenial, mereka akan menemukan wajah koperasi yang sama sekali baru. Bukan koperasi yang melulu simpan pinjam, toko atau produksi, namun koperasi dengan genre baru yang bergerak di sektor industri kreatif. Tim InnoCircle siap untuk memfasilitasi berbagai kebutuhan dalam proses produksi tersebut. Dan tim juga sangat semangat” Imbuh Annis.

“ICCI sangat menyambut baik inisiatif ini. Kami akan mengupayakan ekosistem yang baik antar para pihak dalam upaya memproduksi film itu”, terang Firdaus Putra, HC., Komite ICCI.

Proses rekrutmen rencananya akan mulai dilakukan Agustus hingga September mendatang. Pada waktu yang sama, juga akan dilakukan penelitian dan survai di sejumlah kota dan kabupaten tempat film akan diproduksi. “Parameternya sederhana, ada zona ekonomi baru yang bisa dikembangkan lewat film ini. Dan tentu saja kalau bisa mudah diakses sehingga mempercepat dalam produksinya”, terang Ivonny Zakaria.(PRIONO (FirdausPutra, Purwokerto)/foto Dok ICCI)


Kategori
DINAMIKA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar