Pusat KSU Jakarta Menjaga Prospek Briket Batubara Tetap Menyala
Masa depan yang akan dilalui penuh dengan ketidak pastian, maka perlu persiapan-persiapan dengan menyusun perencanaan agar terhindar akan kehidupan gali lubang tutup lubang. Semakin tinggi tuntutan kebutuhan hidup dan semakin ketatnya persaingan dalam mencari nafkah, perlu kekuatan besar untuk memenangi persaingan. Keinginan besar untuk membentuk usaha tak jarang terkendala dengan keterbatasan modal, sumber daya manusia, dan sulitnya mengakses informasi dan teknologi serta sumber-sumber permodalan.
Kultur budaya perekonomian liberal cenderung memarginalkan kelompok ekonomi lemah. Menjadi semakin miskin dan tidak berdaya sehingga selalu diposisikan sebagai obyek. Lemahnya kepercayaan dari pihak-pihak tertentu akan usaha kecil yang ada di dalam masyarakat ekonomi lemah memperparah jurang pemisah dengan kelompok bermodal besar. Maka perlu dibangun citra yang baik dengan melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan dengan membentuk perusahaan bersama, yaitu koperasi.
Munculnya keinginan secara swadaya untuk menuju kemandirian dengan memupuk secara bersama-sama adalah solusi menuju kesejahteraan. Pembinaan, pemberdayaan dan perhatian yang benar akan koperasi menjadi modal utama bagi masyarakat ekonomi lemah untuk bangkit dari keterpurukan.
Filosofi keinginan secara swadaya untuk menuju kemandirian tetap dipegang teguh Pusat Koperasi Serba Usaha DKI Jakarta, hingga saat ini. Mungkin tidak berlebihan kalau apresiasi patut diberikan kepada Pusat KSU DKI Jakarta, meskipun pandemi Covid-19 menghantam persendian ekonomi nasional, dan banyak badan usaha serta koperasi mengalami keterpurukan akibat tak mampu lagi bergerak, Pusat KSU DKI Jakarta tetap eksis.
Pusat KSU DKI Jakarta masih mampu eksis walaupun sedikit mengalami turbulensi akibat pandemi Covid-19. Kinerja usaha dan organisasi cukup berjalan dengan baik. Perkembangan usaha sebagaimana tahun buku 2020 lini usaha yang dikelola terdiri dari simpan pinjam, sedangkan unit usaha gas elpiji dan briket batubara dikelola secara otonom. Di unit usaha briket batubara, sejak terbitnya kebijakan oleh PT. Bukit Asam pada bulan Oktober 2021 hingga 31 Desember 2014, kebijakan itu tidak berlaku lagi pembelian briket batubara dengan tempo 15 hari di awal dan akhir bulan, pembelian itu harus lunas seluruhnya. Dan sejak tahun 2015 pembelian briket batubara sistem inden (cash/keras).
Kebijakan yang dikeluarkan oleh Pihak PT Bukit Asam dirasakan berat oleh Pusat KSU DKI Jakarta, manakala pembayaran piutang konsumen ada yang mengalami keterlambatan. “Untuk mengatasi hal tersebut kami melakukan penjualan cash kepada pelanggan baru dan negosiasi ulang dengan pelanggan lama mengenai jangka waktu pembayarannya. Sedangkan untuk pembelian briket batubara kepada PT Bukit Asam tetap kami lakukan sesuai atauran atau kebijakan yang telah ditetapkan, dan bilamana terdapat kekurangan modal solusinya menarik dari Bank BRI atau pinjaman sementara antar unit Pusat KSU DKI Jakarta,” ungkap Hj. Dina Latifah, Ketua Umum Pusat KSU DKI Jakarta (29/11/21).
Langkah strategis lainnya yang dilakukan Direktur Pusat KSU DKI Jakarta adalah pengambangan pasar, sehingga terjadi peningkatan jumlah pasar baru/pelanggan. Selain pengembangan pasar baru, juga dilakukan pengoptimalan dan membina pasar yang sudah ada, serta melakukan pendekatan kembali dengan para pelanggan yang telah putus hubungan. Tak kalah penting adalah membuka pasar baru kepada peternak ayam berskala kecil, industri makanan, rumah makan, pengrajin, dan lain sebagainya dimana peluang pemasaran briket batubara masih terbuka luas.
Adapun jumlah pelanggan briket batubara Pusat KSU DKI Jakarta di akhir Desember 2020, baik jenis briket super, briket semi super, maupun briket non karbon, masing-masing terbagi dalam beberapa kelompok pengguna. Yaitu, kelompok industri kecil dan sedang sebanyak 6 pelanggan, kelompok pengarajin terdapat 2 pelanggan, di kelompok rumah makan ada 7 pelanggan, untuk kelompok peternak ayam 7 kelompok. Terakhir, di pengecer terdapat 1 pelanggan. Pada akhir Desember omset unit briket batubara sebesar Rp 6,121 miliar.
(Edi Supriadi)
Komentar