PERANG ISRAEL - PALESTINA DAN KOPERASI
Oleh : Suroto
Ketua AKSES ( Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis) dan CEO INKUR ( Induk Koperasi Usaha Rakyat)
Lagi lagi kita dikejutkan dengan adanya peristiwa perang yang memanas antara Israel dan Palestina. Padahal dunia masih dalam persitegangan perang antara Rusia - Ukraina yang juga belum selesai. Perasaan kemanusiaan kita diobok-obok oleh banyaknya korban nyawa, harta dan hancurnya sendi sendi kehidupan dari rakyat banyak yang bisa jadi tak bersalah dan bahkan tak begitu peduli dengan perseteruan yang sedang terjadi antar bangsa tersebut.
Reaksi masyarakat dunia dalam kedua peristiwa perang di atas juga menciptakan beberapa sikap. Ada yang memihak pada satu pihak dan ciptakan dukungan dengan beraneka macam alasan dan ada yang bersikap netral.
Pemihakan bisa berwujud berikan dukungan material, dukungan logistik perang, sikap politik dengan berikan kutukan,bangun opini publik atau setidaknya doa. Semua itu dapat dilihat dari perdebatan yang berkembang di sosial media atau opini dan berita yang berkembang di dunia media arus utama.
Semua perang di dunia itu sesungguhnya akarnya satu, yaitu persaingan. Persaingan itu sesungguhnya akarnya adalah sikap ingin menguasi yang lain, ingin memenangkan yang lain, ingin menghabisi yang lain. Apapun itu motifnya, akar dari perang adalah karena ingin terlihat menjadi lebih superior, lebih berkuasa,ingin menguasai, ingin terlihat hebat dari yang lain.
Akibat dari perang, ada pihak yang kalah dan tentu ada yang menang, ada yang hancur ada yang tertawa penuh kebangaan, ada yang berkuasa ada yang dikuasai, ada yang terlihat hebat ada yang terlihat lemah tak berdaya. Manusia manusia penuh ambisi persaingan itu terbelah menjadi dua. Mereka lalu saling mengancam dan mendendam selamanya.
Dunia sakit yang penuh persaingan hari ini dianggap seperti kewajaran. Orang orang menganggap bahwa beginilah dunia yang seharusnya itu terjadi. Orang menganggap bahwa persaingan itu adalah suatu yang natural, bahkan ada yang menganggap sebagai kewajaran.
Dogma persaingan itu bahkan tanpa kita sadari digencarkan dari sejak kita masih kanak kanak. Kita diajarkan untuk saling bersaing, dan bersaing. Sejak anak anak di bangku sekolah dan ketika tunbuh dewasa dan kuliah di kampus kita disuruh untuk meningkatkan kemampuan bersaing. Memingkatkan daya saing.
Begitulah dunia yang telah dikuasai sepenuhnya oleh doktrin persaingan dari Sistem kapitalisme ini. Setiap orang, setiap kelompok, setiap bangsa ingin terlihat lebih superior dari yang lain dan ingin kuasai yang lain. Orang sampai lupakan hal penting mereka sebagai manusia yang sesungguhnya secara natural itu membawa DNA penting kerjasama, cooperation. Mereka lupakan hakekat bahwa manusia itu sejak kelahiranya di dunia ini membutuhkan orang lain.
Alangkah indahnya jika dunia ini sesungguhnya dipenuhi oleh doktrin atau ajaran kerjasama. Ajaran vice versa atau sebagai lawan dari doktrin persaingan. Saya membayangkan, betapa indahnya dunia ini jika yang kuat membimbing yang lemah, yang pandai membimbung yang lain tidak pandai, yang memiliki kuasai memperhatikan hak yang lain, yang besar memperkuat yang kecil dan lain sebagainya.
Sesungguhnya, gerakan koperasi, cooperative di dunia itu adalah untuk menciptakan dunia yang penuh kerjasama itu. Jika kapitalisme mengajarkan persaingan dan lahirkan konflik, maka koperasi ajarkan kerjasama untuk lahirkan perdamaian.
Hakekat dari lahirnya gerakan koperasi sejak dideklarasikan di Rochdale, Inggris tahun 1844 silam itu bukan hanya bertujuan untuk akui adanya kesetaraan manusia untuk mengambil keputusan hidup mereka terutama di perusahaan sebagai organisasi modern, tapi ajaranya sesungguhnya adalah untuk mempertinggi nilai kerjasama kepada sesama manusia. Ini setidaknya terlihat dari prinsip pertamanya yang meminta untuk tidak beda bedakan suku, agama, ras, golongan, interest politik, status sosial dalam merekrut anggotanya. Bahkan dapat dikatakan, jika koperasi itu tidak dapat mengemban misi persamaan dan perdamaian ini maka koperasi itu telah gugur maknanya sebagai sebuah koperasi.
Melalui koperasi sesungguhnya setiap orang dimungkinkan untuk bergabung dan berinteraksi. Saling memgenal dan saling memahami antara yang satu dengan yang lain. Walaupun mungkin awalnya satu koperasi itu dikembangkan oleh komunitas Kristen atau Islam, Jews atau Hindu, berkulit hitam atau coklat, suku Jawa atau Papua, oleh orang Partai Golkar atau PKS, karena prinsipnya yang terbuka keanggotaanya bagi siapapun tanpa diskriminasi maka akhirnya jadikan koperasi itu sebagai cross cutting organization, sebagai organisasi yang memungkinkan terjadinya saling silang hubungan. Koperasi hadir bukan hanya memberikan pengakuan yang sama dalam mengambil keputusan di perusahaan, di lembaga tanpa diskriminasi dan setara, tapi juga membawa misi besar perdamaian.
Koperasi ini dalam wujudkan perdamaian perananya sangat penting, sebab selain memungkinkan untuk menyatukan dan menjalin interaksi antar kelompok yang berbeda beda seperti tersebut di atas, perdamaian itu juga diwujudkan koperasi dengan membangun keadilan dalam lakukan redistribusi kekayaan dan pendapatan sehingga kesenjangan sosial ekonomi yang menjadi pemicu konflik hilang.
Paling prinsipnya yang mendasar adalah, jika kapitalisme itu membangun kekuatan dengan doktrin persaingan maka koperasi membangun kekuatan itu melalui jalan kerjasama. Mempertinggi nilai kerjasama setiap saat dan tempat, kepada siapapun dia. Sebab kita tahu persaingan itu ujungnya hanya hasilkan konflik dan kerjasama itu hasilkan perdamaian.
Persaingan itu mengandai perbuatan saling menjegal dan mematahkan lainya, sementara koperasi, cooperation itu sebagai jalan untuk menimbulkan sikap saling percaya mempercayai dan saling memoerkuat. Dikatakan oleh Ivano Barbareni, mantan Presiden organisasi persekutuan koperasi dunia, International Cooperative Alliance (ICA) bahwa persaingan yang didoktrinkan kapitalisme itu menikah dengan konflik dan kerjasama yang didoktrinkan koperasi itu akan menikah dengan perdamaian.
Perang adalah wujud nyata dari hasil doktrin persaingan yang kemudian memanen konflik dan berekskalasi, membesar. Perang lahir dari hati yang buram, keruh, dan lahir dari nafsu ingin memenangkan orang lain yang berbeda dari dirinya. Untuk itulah koperasi dilahirkan di dunia itu sangat penting artinya, setidaknya untuk mempertinggi nilai kerjasama, nilai yang memungkinkan untuk ciptakan dunia damai. (*)
Komentar