
Jatinangor Bergerak: Kolaborasi Komunitas Peduli Sampah Menuju Lingkungan Bersih dan Ekonomi Berkelanjutan
Jatinangor, sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang yang terkenal sebagai pusat pendidikan dan hunian mahasiswa, kini menghadapi tantangan besar: sampah yang terus menumpuk seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi.
Di tengah geliat kehidupan yang dinamis, sampah menjadi masalah yang tak bisa lagi diabaikan. Namun, dari keresahan ini, lahir sebuah gerakan kolaboratif yang penuh semangat: rencana pendirian Koperasi Multi Pihak Komunitas Peduli Sampah, digagas oleh Prof. Dr. Ahmad Subagyo, dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta sekaligus Wakil Rektor Bidang III IKOPIN University, sebagai bagian dari pengabdian kepada Masyarakat (PKM).
Menyatukan Kekuatan: Akademisi, Pemerintah, dan Warga Bergerak Bersama
Selasa (24/6) itu, menjadi saksi langkah awal perubahan. Bertempat di kantor Desa Sayang, para pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang berkumpul.
Kepala Desa Sayang, Dody Kurnaedi, menyambut hangat inisiatif ini. Hadir pula para calon pendiri koperasi dari komunitas mahasiswa, warga, dan dosen lintas kampus, diantaranya Safitri, Agus Nugraha, Ahmad Subagyo (dosen), Ichsan Sopyan, Rosauly A. Malik, Syifa Fitria (warga desa), serta Zahra, Amanda Almira, Maezaluna Salsabila, dan Neza Aulia (mahasiswa).
Dalam suasana penuh antusiasme, Kepala Desa menegaskan harapan agar seluruh elemen di Jatinangor, khususnya Desa Sayang, bisa bersatu padu menangani sampah. Bukan hanya sekadar mengumpulkan, tapi juga memilah dan mengolahnya dengan benar, agar masalah sampah tidak hanya selesai untuk sementara, melainkan dikelola secara berkelanjutan melalui koperasi yang akan dibentuk.
Dari Diskusi ke Aksi: Survei Awal dan Pemetaan Masalah
Tak hanya berhenti pada diskusi, rapat ini menghasilkan kesepakatan konkret: segera dilakukan survei awal untuk memetakan dan mengidentifikasi masalah persampahan di Jatinangor dan sekitarnya.
Survei ini diharapkan menjadi fondasi kuat untuk memahami kondisi terkini, tantangan, peluang, serta harapan masyarakat terkait pengelolaan sampah di masa depan.
Rapat diakhiri dengan foto bersama dan saling menyemangati. Simbol dimulainya gerakan kolaboratif menuju lahirnya Koperasi Komunitas Peduli Sampah Jatinangor.
Potret Nyata: Sampah di Jatinangor
Data berbicara, Jatinangor menghasilkan sekitar 107.019 liter sampah per hari—setara 37,46 ton! Sebagian besar berasal dari rumah tangga, apartemen, dan kamar kost mahasiswa.
Desa Sayang sendiri menyumbang sekitar 70 meter kubik sampah setiap bulannya. Sayangnya, tingkat penanganan sampah oleh masyarakat masih tergolong rendah. Penelitian menunjukkan skor rata-rata hanya 0,1 dari 1 (predikat “Kurang Baik”), meski keinginan masyarakat untuk sistem yang lebih baik cukup tinggi, dengan skor 0,65.
Ini menjadi peluang besar untuk meningkatkan partisipasi melalui edukasi, infrastruktur, dan model pengelolaan yang lebih inklusif.
Rantai nilai pengelolaan sampah di Jatinangor melibatkan banyak pihak: rumah tangga, koperasi, pemerintah, pengepul, pengusaha, industri, hingga komunitas peduli sampah. Namun, kolaborasi antar mereka masih bisa diperkuat agar sistem pengelolaan berjalan lebih efektif dan berkelanjutan
Solusi Masa Kini: Koperasi Multi Pihak Berbasis Teknologi dan Edukasi
Koperasi Multi Pihak (KMP) ini dirancang sebagai wadah kolaboratif yang mengintegrasikan masyarakat, pemerintah, pelaku usaha, dan komunitas. Tak hanya fokus pada lingkungan, koperasi ini juga mengedepankan pemberdayaan ekonomi dan pembangunan sosial. Salah satu inovasi utamanya adalah penggunaan teknologi pengolahan sampah terintegrasi (Evowaste) yang ramah lingkungan dan mengusung konsep zero waste.
Teknologi ini mencakup:
1. Pengumpulan dan pemilahan sampah dari rumah tangga dan komersial
2. Pemrosesan sampah organik dengan mesin pencacah mini dan decomposer plasma pyrolysis
3. Daur ulang sampah anorganik menjadi kompos, briket, bahan bangunan, hingga pakan ternak
4. Teknologi ini telah mendapat sertifikasi ramah lingkungan dan mudah dioperasikan oleh masyarakat desa.
Koperasi juga akan menjalankan program edukasi dan pelatihan intensif tentang pemilahan sampah, penggunaan teknologi, dan pengembangan produk daur ulang.
Targetnya, dalam enam bulan pertama, tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam memilah sampah meningkat minimal 30%, dan dalam setahun, volume sampah ke TPA bisa berkurang 25%
Ekonomi Sirkular: Dari Sampah Menjadi Berkah
Koperasi akan menjadi motor penggerak ekonomi sirkular di Jatinangor. Masyarakat didorong aktif memilah, mengolah, dan memasarkan produk daur ulang. Koperasi akan memfasilitasi pemasaran, baik lokal maupun digital, sehingga memberikan tambahan pendapatan bagi anggota dan masyarakat sekitar.
Strategi Menuju Koperasi Mandiri
Langkah-langkah strategis telah disusun, mulai dari sosialisasi, survei, pelatihan, penerapan teknologi, pembentukan koperasi, hingga monitoring dan evaluasi. Semua dilakukan secara bertahap dan terukur, dengan target peningkatan partisipasi masyarakat, pengurangan volume sampah ke TPA, dan peningkatan produk daur ulang. Koperasi ini akan merekrut anggota dari berbagai komunitas dan membangun struktur organisasi yang inklusif.
Kisah Inspiratif: Semangat Gotong Royong di Jatinangor
Di balik data dan strategi, ada kisah nyata yang menginspirasi. Ibu Safitri, penggerak PKK dan dosen IKOPIN University, awalnya sempat ragu dengan program ini.
Namun, setelah melihat langsung manfaat mesin pencacah, ia kini menjadi motor penggerak bank sampah di lingkungannya. Mahasiswa seperti Zahra dan Amanda Almira, yang awalnya hanya ingin berkontribusi di kampus, kini aktif mengedukasi warga tentang pemilahan sampah dan mengelola media sosial koperasi.
Dukungan penuh dari Kepala Desa Sayang, Dody Kurnaedi, menjadi energi positif bagi seluruh tim. “Kami ingin Desa Sayang menjadi percontohan pengelolaan sampah berbasis komunitas di Sumedang,” ujarnya penuh optimisme.
Menuju Masa Depan yang Lebih Hijau dan Sejahtera
Implementasi koperasi multi pihak berbasis teknologi ini diharapkan membawa dampak nyata: lingkungan lebih bersih, pendapatan masyarakat meningkat, lapangan kerja baru tercipta, literasi dan kesadaran lingkungan naik, serta jejaring kolaborasi lintas sektor semakin kuat.
Program ini juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya kota dan permukiman berkelanjutan serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Rencana pendirian Koperasi Multi Pihak Komunitas Peduli Sampah di Jatinangor bukan sekadar proyek pengelolaan limbah, melainkan gerakan sosial-ekonomi yang mengedepankan kolaborasi, gotong royong, dan inovasi. Dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat—akademisi, pemerintah, mahasiswa, hingga warga desa—inisiatif ini diharapkan menjadi model inspiratif bagi daerah lain di Indonesia.
Seperti pesan Prof. Dr. Ahmad Subagyo, “Koperasi ini adalah milik bersama. Setiap orang punya peran, setiap kontribusi berarti, dan bersama kita bisa mewujudkan Jatinangor yang bersih, sehat, dan sejahtera.”
Kini, perjalanan panjang menuju perubahan telah dimulai. Dengan semangat kolaborasi, keberlanjutan, dan inovasi, Jatinangor siap menjadi pelopor pengelolaan sampah berbasis komunitas di Indonesia. (Pr/A.Subagyo).
Komentar