Islamicity Index dan Cooperativity Index, Seberapa Kooperatif Bangsa Kita?
Ini bukan kisah baru, ihwal ulama besar dari Mesir Syaikh Muhamad Abduh, yang senewen dengan kritik dunia barat yang mengganggap Islam identik dengan kekunoan dan keterbelakangan. Abduh curhat kepada Ernest Renan, filsuf Perancis. Kata Abduh, kekuatan Islam ada pada etos cinta ilmu, pro kemajuan. Jawab Renan ini lantas menjadikan Abduh : “Saya tahu persis kehebatan semua nilai Islam dalam Al-Quran. Tapi tolong tunjukan satu komunitas Muslim di dunia yang bisa menggambarkan kehebatan ajaran Islam”. Mendengar itu, Muhammad Abduh hanya terdiam.
Kampus besar AS, George Washington University pernah membuat riset mengenai nilai-nilai luhur Islam. Parameternya meliputi kejujuran (shiddiq), amanah, keadilan, kebersihan, ketapatan waktu, empati, toleransi, dan sederet ajaran Al-Quran serta akhlaq Rasulullah Saw. Lalu disusunlah Islamicity Index. Dari 200 negara yang disigi, hasilnya New Zealand dinobatkan sebagai negara paling Islami.
Bagaimana dengan Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia? Hanya di urutan ke 140. Negara-negara dengan penduduk mayoritas lainnya tak jauh berbeda, berada di peringkat seratus lebih.
Selandia Baru? Memang bukan hanya soal buah kiwi dan lansekap alam yang luar biasa indah dan jadi langganan sebagai tempat shooting film-film terkenal, juga adalah lokus koperasi maju. Selandia Baru memiliki Fonterra Co-operative Group Limited, koperasi susu multinasional yang dimiliki oleh 10.600 peternak Selandia Baru. Perusahaan ini menguasai 30% ekspor produk susu dunia dan dengan pendapatan mencapai NZ$19.87 miliar, menjadikannya perusahaan terbesar di Selandia Baru.
Mantan Ketua DPD Irman Gusman dalam buku yang dia tulis mengaku takjub bagaimana koperasi di Selandia Baru begitu sukses menyejahterakan petani susu. “Saya berkunjung ke sana. Mendapati populasi ternaknya bahkan lebih besar dibanding jumlah orangnya. Petani-petaninya kaya-kaya berkat model bisnis kolektif melalui koperasi. Petani-petaninya rutin main golf, biasa nongkrong di kafe-kafe,” kenang Irman saat diwawancarai Warta Koperasi, di kediamannya, beberapa tahun silam.
Cooperativity Index
Menganalogikan Islamicity Index dengan Cooperativity Index, memang berkesan tidak apple to apple. Meskipun begitu, keduanya memiliki benang merah : ihwal bagaimana sebuah Negara dinilai dari praksis unggul dalam adab sosial dan ekonominya.
Negara-negara dengan Islamicity Index lazimnya mengusung konsep negara kesejahteraan (welfare state). Tentu, dengan varian dan interpretasi yang beragam. Welfare state, negara yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya kesejahteraan rakyat, lazimnya mewujudkannya dengan landasan lima pilar kenegaraan. Diantaranya adalah Demokrasi (Democracy). Penegakan Hukum (Rule of Law), perlindungan Hak Asasi Manusia, Keadilan Sosial (Social Juctice) dan anti diskriminasi.
Pencetus teori welfare state, Prof. Mr. R. Kranenburg, menyatakan, negara harus secara aktif mengupayakan kesejahteraan, bertindak adil yang dapat dirasakan seluruh masyarakat secara merata dan seimbang, dan bukan mensejahterakan golongan tertentu saja. Maka akan sangat ceroboh jika pembangunan ekonomi dinafikan, kemudian pertumbuhan ekonomi hanya dipandang dan dikonsentrasikan pada angka persentase belaka.
Koperasi dengan nilai-nilai dan pengalaman internasionalnya dianggap banyak kalangan sebagai instrumen terbaik untuk mewujudkan hal di atas. Berbeda dengan kapitalisme yang berorientasi modal, koperasi yang dijalankan sesuai rel jatidirinya, lebih kental dengan nilai keadilan dan kemanusiaan. Dan itu juga ada dalam nilai-nilai semua agama.
JIka dibuat tolok ukur penilaian, Negara-negara dengan Cooperativity Index tertinggi, lazim didapati di Negara-negara maju. Mari kita lihat. Di Eropa, misalnya, di negara-negara Skandinavia, koperasi menjadi soko guru perekonomian dan mempunyai suatu sejarah yang sangat panjang. Di Norwegia, 1 dari 3 orang (atau 1,5 juta dari jumlah populasi 4,5 juta orang) adalah anggota koperasi.
Koperasi susu bertanggung jawab untuk 99% dari produksi susu, koperasi konsumen memegang 25% dari pasar, koperasi perikanan bertanggung jawab untuk 8,7% dari jumlah ekspor ikan dan koperasi kehutanan bertanggung jawab untuk 76% dari produksi kayu.
Negara Finlandia, memiliki koperasi S-Group yang mempunyai 1.5 juta anggota yang mewakili 62% dari jumlah rumah tangga di negara tersebut. Grup-grup koperasi dari Pellervo bertanggung jawab untuk 74% dari produk-produk daging, 96% dari produk susu, 50% dari produksi telor, 34% dari produk kehutanan, dan menangani sekitar 34,2% dari jumlah deposito di bank-bank di negara tersebut. Koperasinya selalu masuk dalam 20 koperasi pertanian terbesar di Uni Eropa (UE). Sebut saja Metsaliitto (kayu) dengan penghasilan 3.133 juta ecu dengan 200 ribuan anggota.
Di Denmark, koperasi-koperasi konsumen meguasai pasar 37% dan dua koperasi pertaniannya, yakni MD Foods (susu) dan Danish Crown (daging) termasuk koperasi-koperasi pertanian terbesar di UE berdasarkan nilai omset.
Swedia, memiliki koperasi konsumen memegang prosentase dignifikan dari pasar setempat. Satu koperasi pertaniannya dari subsektor susu masuk 20 besar di EU, yakni Arla yang beranmggotakan sepuluhribuan orang.
Di Jerman, sekitar 20 juta orang (atau 1 dari 4 orang) adalah anggota koperasi, dan koperasi yang jumlahnya mencapai 8106 unit telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian negara tersebut, diantaranya menciptakan kesempatan kerja untuk 440 ribu orang. Salah satu sektor dimana koperasi sangat besar perannya adalah perbankan. Misalnya, bank koperasi Raifaissen sangat maju dan penting peranannya, dengan kantor-kantor cabangnya di kota maupun desa.
Dua koperasi dari Jerman yang masuk 20 koperasi pertanian terbesar di UE, yakni Baywa (fungsi multi) RHG (fungsi multi).
Di Inggris, diperkirakan sekitar 9,8 juta orang adalah anggota koperasi, dan pertanian merupakan sektor di mana peran koperasi sangat besar. Sektor lainnya adalah pariwisata. Biro perjalanan swasta terbesar di negara itu adalah sebuah koperasi. Milk Marque, koperasi produk-produk susu, masuk 20 koperasi pertanian terbesar di UE, dengan jumlah anggota tercatat sebanyak 18 ribu orang.
Sedangkan di Irlandia, koperasi pertaniannya yang juga masuk di dalam kelompok besar, sebut saja The Irish Dairy Board, Avonmore, dan Kerry Group, yang semuanya di bidang produksi susu.
Di Perancis jumlah koperasi tercatat sebanyak 21 ribu unit yang memberi pekerjaan kepada 700 ribu orang, sedangkan di Italia terdapat 70 ribuan koperasi yang mengerjakan hampir 1 juta orang.
Negara kecil seperti Belanda, koperasinya sangat maju. Salah satu adalah Rabo Bank milik koperasi yang adalah bank ketiga terbesar dan konon bank ke 13 terbesar di dunia. Contoh lain adalah perdagangan bunga. Mayoritas perdagangan bunga di negara ini digerakkan oleh koperasi bunga yang dimiliki oleh para petani setempat.
Belanda juga punya banyak koperasi yang berkecimpung di sektor pertanian yang masuk 20 koperasi pertanian terbesar di UE, yakni Campina Melkunie (produk-produk susu), Cebeco Handelsrand (input dan produksi pertanian), Friesland Dairy Foods (produk-produk susu), Coberco (produk-produk susu), Demeco (daging), dan Greenery/VTN (buah-buahan dan sayur-sayuran).
Apa boleh buat, baik Islamicity Index Indonesia maupun Cooperativity Index nya, masih jauh dibandingkan dengan Negara-negara di atas. Kita baru menang telak dalam dua hal : jumlah penduduk beragam Islam dan jumlah koperasi yang melimpah ruah.
(PRIONO)
Komentar