Meningkatkan Resiliensi KSP/KSPSS Melalui Kolaborasi


Koperasi Simpan Pinjam (KSP/KSPPS) memerlukan kolaborasi dalam memperkuat ekosistem bisnisnya. Para praktisi keuangan mikro sadar, kolaborasi adalah ikhtiar yang tepat dalam menghadapi tantangan dan kompetisi di sektor bisnis keuangan mikro yang kian ketat ke depan. Termasuk ketika harus head to head dengan entitas bisnis keuangan lain yang didukung dengan kapital besar dan teknologi tinggi dan menggarap pasar yang sama. Demi resiliensi KSP/KSPSS dan membangun ekosistem kondusif, kolaborasi adalah kunci.

Kesadaran itu mengemuka dalam pertemuan singkat dengan praktisi keuangan mikro syariah di BMT Salman al Farisi Yogyakarta pekan lalu. Enggan hanya berwacana, mereka menyepakati untuk menindaklanjutinya dengan mengadakan SILATURAHMI NASIONAL para pelaku dan praktisi sektor keuangan mikro syariah. Rencananya, perhelatan berskala nasional itu, akan dilaksankan di Yogyakarta, Maret tahun depan. Resiliensi menjadi kata kunci dalam diskursus para pionir itu.  

img-1672110280.jpg

Resiliensi dapat dimaknai sebagai daya tahan, daya lentur, dan daya lenting. Memiliki dimensi lebih dari sekedar kekuatan fisik. Kesiapan menahan dan mengembalikan pada posisi semula, bahkan melentingkan lompatan pasca tekanan. Suatu kondisi yang niscaya memerlukan persiapan mental, persiapan tata kelola dan persiapan aksi (action plan) yang diperlukan oleh setiap insan dan entitas. Termasuk di dalamnya adalah, persiapan kalangan KSP/KSPPS, yang memiliki sejarah panjang dalam menekuni sektor keuangan mikro.

Salah satu strategi mitigasi terhadap tekanan moneter dan fiskal serta risiko bisnis, adalah memposisikan entitas dalam suatu ekosistem yang baik dan mendukung. Sehingga penahan dari berbagai sisi dapat berfungsi dengan baik. Daya penahan ini tidak mungkin di bangun sendiri secara instan, dan memerlukan ekosistem luar yang sudah ada dan tersedia.

Pertemuan awal tersebut, juga menyepakati satu tema untuk diusung dalam forum SILATNAS : “Meningkatkan Resiliensi KSP/KSPPS melalui Kolaborasi dalam Menghadapi Turbulensi Ekonomi 2023.

Menimbang strategisnya acara itu, IMFEA bersiap mendukung penuh untuk menyukseskannya. “Acara ini merupakan momen strategis, dalam rangka mempersiapkan pendirian APEX KOPERASI sebagai bagian dari ekosistem strategis. Ikhtiar untuk memfasilitasi industri keuangan mikro dari risiko likuiditas sebagai fondasi awal dalam membangun Lembaga pendukung lainnya,” papar Ketua Umum IMFEA, Dr.Ahmad Subagyo, Selasa (27/12).

“Sejumlah praktisi dan pegiat ekonomi mikro, diantaranya Nuryadi, Suci, Romadhon dan Arif, saat pertemuan di Yogyakarta itu, memiliki pandangan yang sama tentang urgensi membangun ekosistem bersama untuk memperkuat keberlangsungan para pelaku keuangan mikro syariah ke depan,” imbuh Subagyo.

Bak gayung bersambut, antusiasme para pionir ternyata menular di kalangan pegiat KSP/KSPPS tanah air. Hingga berita ini ditulis, entitas yang berminat mengikuti Silatnas di Yogyakarta, Maret mendatang, tercatat lebih dari 50 KSP/KSPPS yang sudah mendaftar. Mereka berasal dari Aceh hingga Papua. (*/Prio)

Kategori
DINAMIKA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar