ICA Rilis 300 Koperasi Kelas Dunia
International Cooperative Alliance (ICA) bersama Euricse merilis hasil pantauan World Cooperative Monitor (WCM) tahun 2023, Januari lalu. Memaparkan secara lengkap peringkat 300 besar koperasi kelas dunia yang tersebar di berbagai negara. Laporan tersebut, dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi para pemangku kebijakan terkait koperasi di pentas global maupun regional. Sekaligus meneguhkan urgensi koperasi bagi masyarakat dan negara. Siapa saja jawaranya?
Pemeringkatan dan rilis nama-nama 300 koperasi terbesar di dunia menjadi tradisi ICA setiap tahun. Menampilkan koperasi-koperasi kelas dunia dari berbagai sektor. Kali ini, ICA bekerjasma dengan Euricse, merilis World Cooperative Monitor (WCM) tahun 2023 pada pekan ketiga Januari lalu.
Kali ini, terdapat sejumlah hal spesifik terkait sejumlah kriterium penilaian. Diantaranya tentang identitas koperasi dan manfaat berkoperasi versi para anggota koperasi. Dengan kata lain ICA menekankan pentingnya, karakteristik khusus dan kebermanfaatan koperasi bagi anggota, selain model bisnis dan tatakelolanya.
Mengutip ica.coop, Direktur Jenderal ICA Jeroen Douglas, dalam sambutannya mengemukakan, “Hasil pemeringkatan 300 koperasi teratas dan analisis sektoral yang ditampilkan dalam laporan tersebut, menunjukkan keragaman dan besarnya dampak koperasi. Meliputi sektor pertanian, keuangan, hingga layanan kesehatan hingga energi”.
Diimbuhkan Douglas, koperasi telah terbukti mentransformasi industri dengan lebih mengutamakan kepentingan manusia dibandingkan keuntungan. Menciptakan model berkelanjutan yang bermanfaat bagi semua orang. Terlebih di dunia dengan berbagai tantangan, meliputi ketidakpastian ekonomi hingga kesenjangan sosial. Model koperasi dengan kemampuan uniknya, muncul sebagai harapan dalam mendorong pertumbuhan inklusif, kesejahteraan bersama, dan ketahanan masyarakat.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Euricse Gianluca Salvatori, mengamukakan pentingnya mengukur besaran dan dampak ekonomi koperasi, terutama mengingat meningkatnya visibilitas ekonomi sosial dalam beberapa tahun terakhir. Seperti inisiatif global menandai pentingnya ekonomi bervisi soslial melalui pencanangan 2025 sebagai Tahun Koperasi Dunia.
Dalam lanskap dinamis di mana peran sosial koperasi semakin jelas, Salvatori juga mencatat bahwa laporan ini juga memuat pandangan mendalam tentang manfaat yang diberikan koperasi dan mutual kepada anggotanya dan kemampuannya dalam memberikan nilai tambah.
Top 300 Koperasi Global 2023
World Cooperatives Monitor (WCM) mengumumkan, 300 koperasi teratas, berhasil mencatatkan omset US$ 2 triliun (2,409 miliar US$) atau setara Rp. 30.000 triliun dengan acuan data keuangan tahun 2021. Meliputi usaha koperasi yang bergerak disektor Pertanian (105 perusahaan), Asuransi (96 perusahaan), Perdagangan Besar dan Eceran mewakili sektor ekonomi terbesar ketiga (57 perusahaan).
Dari segi omset terbesar, dua koperasi sektor keuangan menduduki posisi teratas, yaitu Groupe Crédit Agricole Perancis (omset 117,01 miliar US$ pada tahun 2021) dan Grup REWE dari Jerman (omzet 82,03 Miliar US$ pada tahun 2021). Menyusul di posisi ketiga koperasi ritel Groupe BPCE (omset 64,06 Miliar USD pada tahun 2021).
Adapun sebaran negara-negara yang memberikan kontribusi koperasi 300 besar, mayoritas dari negara maju. Diantaranya Amerika Serikat (73 perusahaan), Perancis (40 perusahaan), Jerman (31 perusahaan) dan Jepang (21 perusahaan).
Kawasan Asia juga tak kalah dengan memasukkan sejumlah koperasi dalam list peringkat 300 teratas dunia. Dengan kriterium rasio omset terhadap PDB per kapita, dua koperasi produsen India, bahkan menduduki posisi teratas dan runner up. Mereka adalah Indian Farmers Fertilisers Cooperatives (IFFCO) dan Koperasi Pemasaran Susu Gujarat Limited. Serta Koperasi Industri Pertanian dan Pangan (Nonghyup) Korea, yang bercokol di urutan keempat. Untuk Indonesia, hingga saat ini belum ada satu pun koperasi yang sukses menembus 300 besar koperasi terbesar di dunia.
(Prio/Sumber : Icacoop, ICCI, foto : NongHyup)
Komentar