International Cooperatives Association (ICA) merilis Word
Monitor of Cooperatives (WMC), Membeberkan capaian koerasi koperasi kelas dunia
teranyar. Koperasi dari berbagai sektor usaha : konsumen,
produsen, jasa, dll. Sejumlah koperasi yang langganan berada di peringkat
teratas turun peringkat, di geser dengan koperasi lain yang prospeknya lebih
oke berkat INOVASI. Bagaimana Koperasi Indonesia bisa belajar dari
mereka?
Kisah unik diawali dari lapangan sepakbola : Barça. Ya, klub sepakbola Spanyol yang semasa diperkuat Lionel Messi sangat digdaya itu, memiliki penggemar hingga 160 juta orang di seluruh dunia. Didirikan tahun 1899 di Barcelona. Ada 180 ribu orang pemilik dari klub ini. Mereka adalah anggota koperasi yang tak hanya memiliki cabang sepak bola, tapi juga 13 cabang olah raga lainya. Dari basket hingga hoki dan lain lain. Ini adalah sebuah perusahaan olah raga terbesar dunia. Dari 180 ribu pemiliknya semua memiliki hak suara sama dalam menentukan arah kebijakan Klub. Mereka juga yang menaruh filosofi " bermain jujur atau fair" di lapangan hijau kepada anak anak.
Masih ingat mundurnya Presiden Klub Jose Maria Bartomeu belum lama ini atas desakkan mosi tidak percaya fansnya?. Itu karena koperasi. Dalam statuta mereka tegas bahwa seorang Presiden Klub bahkan bisa diganti apabila tidak disetujui oleh 20 persen anggota Klubnya. Jadi Bartomeu mengundurkan diri sebelum dipastikan akan dipecat dalam rapat dewan pengurus koperasi. Inilah demokrasi koperasi.
Klub ini, sebagaimana koperasi sukses di seluruh dunia terapkan prinsip prinsip kerja koperasi. Seperti keanggotaan terbuka dan sukarela misalnya. Siapa pun dapat menjadi anggota, baik itu tua, muda, laki laki atau perempuan, bahkan anak anak dan bayi sekalipun!. Biaya keanggotaan dewasa adalah US $ 165 atau 2.5 juta rupiah.
Setiap anggota dapat menjadi direksi atau pengurus. Termasuk Presiden Dewan Direksinya. Mereka memiliki hak penuh untuk memilih dan dipilih dalam sebuah Rapat Anggota. Pengawasan secara partisipatorik anggota juga dijamin. Setiap anggota diberikan hak secara aktif mengawasi manajemen dan keuangan klub. Seperti masalah harga tiket, biaya keanggotaan, hingga penjualan dan pemasaran barang / souvenir.
Klub ini jarang mengundang sponsor untuk menjaga independensi dan juga sebagai bentuk mengambil tanggungjawab untuk membawa misi transformasi sosial melawan korporasi kapitalis. Mereka juga menyumbang secara rutin dari hasil pendapatanya sebesar 0.7 persen dari pendapatan klub untuk anak anak seluruh dunia melalui Yayasan Klub Barcelona kerjasama dengan UNICEF. Mereka secara rutin menyumbangkan 1,5 juta euro kepada organisasi tersebut setiap tahun dan menampilkan logo UNICEF pada kaus bergaris-garis biru marun dan ikonik tim. Kapan kita bergotong royong membangun koperasi klub olah raya kita? Masih adakah gotong royong itu dalam diri kita? atau kita sebetulnya hanya menyukai slogan dan jargon semata?
ICA saat merilis 10 Sektor Bisnis
Koperasi versi World Monitoring Cooperatives (WMC) memang tidak terang-terangan menyebut klub Barcelona. ICA masih membagi
peringkat koperasi mengacu 10 sektor bisnis yang dijalankan. Meliputi : Pertanian (termasuk kehutanan dan olahan produk pertanian), Pendidikan, Kesehatan, dan Kerja Sosia, Layanan Keuangan, Perikanan, Perumahan, Industri, Asuransi, Utilitas, Perdagangan dan Ritel, Jasa lainnynya. Berapa prosentasenya? Sektor Agrikultur
masih mendominasi dengan 104 (34,7%) koperasi besar di dunia. Disusul asuransi
dengan 33,7 persen, Perdagangan dan ritel (19%) dan perumahan (7%). Apapun sektor bisnisnya, sejumlah prinsip pengelolaan tetap mengacu pada standar koperasi berkelas dunia lainnya. (*)
PRIONO
Sumber : https://wartakoperasi.net/world-monitor-cooperatives-trend-bisnis-koperasi-masa-pandemi-detail-438763