Karyawan menjadi intangible asset bagi koperasi. Namun, karyawan dengan tipe seperti di artikel ini, bisa menyebabkan koperasi collapse!
Sebut saja Koperasi Gaya. Koperasi ini mempekerjakan karyawan perempuan bernama Risa yang bertugas mengelola salah satu unit bisnis koperasi.
Belakangan, Risa ketahuan melakukan penyelewengan uang dengan nominal lumayan besar, lebih dari Rp 300 juta. Pihak pengurus meminta Risa untuk membayar uang yang telah disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
Risa akhirnya membayar uang yang telah dicurinya,hanya 1/3 nya saja. Uniknya, setelah Risa membayar 1/3 uang yang dicurinya, pihak pengurus membuat policy yang membuat karyawan yang mempunyai nalar, geleng-geleng kepala.
Ketika Risa hanya mengembalikan uang curiannya sebanyak 1/3 nya saja, kisaran seratusan juta, pihak pengurus koperasi malah menambah kepercayaan kepada Risa untuk mengurus unit bisnis yang lain. Lho?
Karyawan koperasi lain sebut saja bernama Hana juga karakter hampir mirip dengan Risa. Keduanya doyan belanja, hura-hura, dan pamer di social media.
Hana menduduki posisi penting di koperasinya. Hana tahu cara mudah untuk mengeruk uang di koperasi. Dan ia tak mungkin melakukan aksinya secara sendiri.
Maka, Hana bersama empat orang pengurus inti koperasi, dan satu orang kepala divisi melancarkan aksinya, menjarah uang koperasi yang sepintas terlihat tak bertuan.
Akhirnya mereka berenam melancarkan aksi menjarah koperasi, tanpa ada anggota yang sadar dengan ulah mereka.
Dari aksi mencuri uang koperasi melalui penjualan aset, pembukaan unit bisnis baru, kebijakan penggajian yang tidak adil, menjadikan semua kegiatan kelompoknya sebagai sumber uang, pengambilan uang koperasi dengan alasan yang tidak masuk akal hanya untuk kelompoknya saja, Hana dan satu gengnya bisa hidup mewah dan sesekali pamer di status serta postingan media sosialnya.
Dengan gaya hidup mewah, orang tak akan mungkin mengira, Hana bekerja di koperasi Gaya yang load kerjanya sebenarnya tidak berat. Karena tidak ada target.
Karakteristik sama juga ada pada Devi. Devi bekerja di koperasi serba usaha Maju di Jakarta Pusat. Sehari-hari Devi tampil dengan outfit dari butik. Anaknya Devi juga disekolahkan di sekolah swasta lumayan mahal.
Kecurigaan temannya pun mulai muncul. Pasalnya, orang tua Devi dari kalangan biasa. Suami Devi pun hanya pegawai ekspedisi dengan gaji UMR. Untuk bergaya hidup seperti itu, Devi mendapat uang dari mana?
Suatu hari pihak koperasi tempat Devi bekerja melakukan audit internal. Setelah audit kelar, pihak pengurus dan top management kaget dengan adanya temuan raibnya uang ratusan juta milik koperasi. Ternyata, yang mencuri uang koperasi adalah Devi.
Koperasi mengambil kebijakan Devi dikeluarkan dan harus mengganti uang yang telah ia curi untuk gaya hidupnya.
Jika karyawan di koperasi anda mempunyai karakteristik berikut, maka jangan kaget jika terjadi kebocoran uang di koperasi bahkan bisa membuat koperasi bangkrut!
1. Konsumtif
Konsumtif adalah sifat seseorang yang suka menggunakan uang untuk hal-hal yang kurang penting demi mendapat impresi alias pengakuan sosial.
Orang yang konsumtif akan mudah mengeluarkan uangnya untuk belanja dan belanja. Dia mendapat kesenangan ketika berbelanja.
Masalahnya, jika penghasilannya tidak cukup, tetapi kebiasaan konsumtifnya tidak bisa ditekan, maka dia akan mencari kesempatan untuk mencuri uang dengan menyalahgunakan wewenang atau mencuri uang kantor yang bukan merupakan haknya.
Dan itu terjadi pada diri Devi, Hana, dan Risa. Ketiganya kerap berbelanja dengan menggunakan uang koperasi yang bukan haknya.
2. Gaya Hidup Hedon
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup.
Orang-orang berpaham hidup hedon akan menghalalkan segala cara yang penting dirinya senang. Mereka akan egois hanya mementingkan kesenangan sendiri, tanpa berpikir keberlangsungan koperasinya di masa depan.
Akhirnya, mereka tanpa merasa bersalah, mencuri uang koperasi yang bukan merupakan haknya demi memenuhi gaya hidup hedonnya.
Ketiga karyawan perempuan bermasalah di atas ketiganya mempunyai gaya hidup hedon alias bersenang-senang. Mereka ingin hidup senang dengan mencuri uang koperasi.
Dampak dari keegoisan mereka, koperasi tempatnya bekerja bisa terancam bangkrut. Bahkan, karyawan lain yang tidak berdosa, ikut menanggung ulah hedon mereka. Sepertu adanya kebijakan efisiensi yang diberlakukan untuk semua karyawan.
3. Doyan Flexing alias Pamer
Orang yang doyan flexing alias pamer merasa mendapat kesenangan dengah meningkatnya hormon dopamine begitu mereka beraksi memamerkan barang-barang yang dimiliki.
Kegiatan pamer juga medium mereka mendapatkan pengakuan sosial. Mereka ingin status sosialnya tervalidasi. Maka, mereka berusaha membeli barang-barang di luar kemampuan finansialnya.
Karena di luar jangkauan keuangannya, mereka akhirnya melakukan fraud alias penipuan dalam laporan keuangan dengan mencuri uang yang ada di koperasi. Otak mereka berkutat seputar strategi mendapat uang sebanyak-banyaknya dari koperasi tempat bekerja baik secara halal maupun haram. Mengerikan!
(Susan/ilustrasi : Susan)
Sumber : https://wartakoperasi.net/tipe-karyawan-yang-bikin-koperasi-gulung-tikar-detail-445396