Cuaca kawasan Sentul, Ahad (25/12) pagi itu, sedikit berawan. Menuruni jalan berbatu yang curam, tangan kanan Yunus mencengkeram tad pole, tongkat fleksibel untuk membantu melangkah mantab di medan menantang.
Tangan kiri Yunus digayuti Karin, abege 11 tahun yang bersama kedua orang tua dan dua adik laki-lakinya, dipandu Yunus trekking ke air terjun Leuwi Asih.
Yunus (27) adalah satu dari lusinan pemandu (guide) di kawasan Gunung Pancar, Sentul, kabupaten Bogor. Gunung Pancar, lama terkenal sebagai destinasi wisata alam terbuka.
Jaraknya yang hanya satu jam dari Jakarta, jadi lokasi favorit warga Ibu Kota untuk trekking, camping, bersepeda gunung, atau sekedar menikmati lusinan air terjun yang cantik.
Hingga dua pekan kedepan, Yunus akan memanen pelanggan. "Liburan seperti ini pasti penuh, kadang harus antri juga sebab pesannya di waktu dan lokasi tujuan yang sama," papar Yunus, yang sudah lebih dari 7 tahun menjadi pemandu trekking.
Trekking, berjalan kaki dari satu titik menuju ke suatu destinasi alam dengan melintasi jalan berkelok, sawah dan sungai di kawasan Sentul, memang mengasyikkan. Lazimnya, titik akhir adalah air terjun yang berair jernih dan alami.
Para peserta niscaya enggan membuang kesempatan untuk terjun dan mandi setelah sekitar satu atau dua jam berjalan kaki. Usai mandi dan mengganyang makanan, mereka dipandu kembali ke titik penjemputan. "Untuk jarak dekat, biasanya butuh total sekitar tiga sampai empat jam. Biaya perorang Rp 150 ribu," papar Yunus.
Biaya trekking, sudah termasuk sewa tad pole, sebotol minuman ringan volume 600 cc dan biaya masuk ke destinasi wisata alam. "Kami sengaja tidak menawarkan makan siang, sebab selera tiap konsumen berbeda. Juga agar para pemilik warung dan resto sekitar sini bisa ikut kecipratan rejeki..hehe". Siang itu, Yunus mengantongi Rp 750 ribu setelah 5 jam memandu keluarga Karin.
"Jarak dan lokasi trekking bisa mengikuti paket yang kami tawarkan, bisa juga sesuai rute yang dibuat sendiri. Client bule biasanya minta rute yang lebih jauh. Mereka umumnya kuat jalan," imbuh Yunus.
Diakui Encep (36) salah satu pemandu trekking senior di Sentul, bisnis trekking di kawasan itu tumbuh pesat satu dekade terakhir. "Banyak bermunculan kelompok-kelompok warga yang jadi pemandu. Memang lumayan untuk meningkatkan ekonomi mereka," papar Encep, yang sudah lebih sepuluh tahun jadi trekking and mountain guide.
Diawali Oleh idGuides
Kultur Trekking di kawasan Gunung Pancar, termasuk bisnis pemandu trekking, tak bisa dilepaskan dari idGuides.
Bisa dikata, idGuides adalah pionir perusahaan jasa pemandu kegiatan alam terbuka di kawasan itu.
Di Sentul, idGuides mengelola Acacia camp, satu-satunya jasa pemandu yang memiliki base camp representatif dan terkonsep matang.
"Kami bukan hanya menyelenggarakan jasa pandu alam terbuka, tapi memberdayakan penduduk lokal untuk terlibat mengelola alamnya agar lestari," papar Krystyna Krassowska, founder idGuides, kepada Warta Koperasi dalam satu kesempatan.
Duabelas tahun lebih beroperasi di kawasan Sentul, IdGuides juga membantu membangun jembatan dan infrastruktur umum yang jadi penopang aktifitas trekking. Dan paling penting, menginisiasi dan mengembangkan budaya kepemanduan berbasis alam yang profesional.
Yunus, Encep, dan banyak pemandu lainnya di kawasan Sentul, merupakan "lulusan" idGuides. Mereka memilih mandiri dan membangun tim sendiri, setelah bertahun-tahun berguru ilmu kepemanduan di idGuides.
Sejak dihelat pada 2009, client idGuides hampir semuanya merupakan kalangan ekspatriat. Warga negara asing yang tinggal di Indonesia.
Tarif yang ditawarkan idGuides untuk trekking di Sentul, juga bervariasi. Untuk kalangan ekspatriat, one day trekking dibanderol Rp 350 ribu per orang, sudah termasuk cemilan siang. Untuk half day trekking, tarifnya Rp 275 ribu per orang.
Bisnis trekking sempat sangat terpukul dua tahun terakhir. "Saat pandemi, hampir semua pemandu menganggur. Kembali jadi petani, pekebun, atau buruh" papar Yunus.
Ya, Krystyna Krassowska, yang kini menghelat idGuides cabang Bali, mengakui jika bisnis jasa pemandu turun drastis saat pandemi. "Para pemandu kami terpaksa pulang ke rumah masing-masing dan hampir tanpa pekerjaan, papar perempuan paruh baya kelahiran Edinburgh, Inggris, yang akrab disapa "mbak KK" itu.
Kini, bisnis jasa pemandu wisata alam terbuka di kawasan Sentul kembali menyala. Terlebih, kian banyak spot wisata yang mulai ditemukan dan dikelola warga. Sebut saja Goa Garunggang dan sejumlah air terjun (curug) baru.
Massifnya bisnis pemandu alam terbuka di Sentul, bukannya tanpa ekses. "Tantangannya adalah, bagaimana agar bisnis berbasis warga ini tetap eksis dengan kelestarian alam yang tetap terjaga," pungkas KK.
Pantauan Warta Koperasi, hingga saat ini ada lebih dari sepuluh operator jasa pemandu wisata yang beroperasi di Sentul. Yunus, misalnya, mengibarkan bendera trekkingkesentul. Encep dan teman-temannya, juga menghelat jasa pemandu sendiri dan mulai berdiversifikasi dengan bisnis kuliner yang diintegrasikan dengan trekking, "Bumbu Sentul".
Adapun IdGuides, belakangan mulai menerima client dari konsumen lokal setelah sebelumnya fokus ke ekspatriat dan warga negara asing lainnya.
(PRIO/Foto : Prio, idGuides,Yunus)
Sumber : https://wartakoperasi.net/libur-telah-tiba-bisnis-trekking-guide-berjaya-detail-446072