Hari ini, empat orang dengan beragam rentang usia dan latar belakang, yang mengadakan sebuah perjalanan panjang keliling Indonesia dalam sebuah ekspedisi yang disebut dengan Ekspedisi Indonesia Baru (EIB), telah memasuki pekan ketiga.
Empat orang itu, Farid Gaban (60 tahun), Dandhy Dwi Laksono (44 tahun), Yusuf Priyambodo (30 tahun), serta Benaya Ryamizard Harobu (22 tahun).
Farid Gaban, adalah mantan wartawan Tempo dan harian Republika. Sebelumnya, Farid telah menyelesaikan sebuah ekspedisi panjang selama satu tahun keliling Indonesia dengan nama Ekspedisi Khatulistiwa.
Sedangkan Dandhy Laksono, juga mantan wartawan sejumlah media nasional. Ia juga penulis buku dan pembuat film dokumenter serius. Dandhy pernah keliling Indonesia memakai sepeda motor dalam Ekspedisi Indonesia Biru. Pendiri Watchdoc ini, menerima penghargaan bergengsi Magsaysay Award.
Adapun Yusuf Priambodo, anak muda lulusan Institute Seni Indonesia (ISI) Jogja. Pemuda Tuban, Jawa Timur, ini seorang fotografer. Paling muda adalah Benaya Ryamizard Harobu, pemuda Sumba, lulusan Universitas Tribuana Tunggal Dewi, Malang yang bekerja di media televisi Agropolitan TV. Yusuf dan Benaya dinyatakan lolos seleksi untuk terlibat dalam Ekspedisi Indonesia Baru. Selain empat nama di atas, puluhan anak muda lainya bekerja sebagai voluntir dalam manajemen ekspedisi.
Ekspedisi Indonesia Baru adalah ekspedisi swadaya yang dibiayai bersama dengan model kelembagaan Koperasi Indonesia Baru.
Salah satu metode untuk membiayai Ekspedisi Indonesia Baru adalah dengan #saweranfilm. Metode penggalangan dana dari para penonton film Ekspedisi Indonesia Baru. Hasil dari saweran film ini dikelola oleh Koperasi Indonesia Baru.
Teman teman komunitas atau lembaga dipersilahkan menggelar nobar film Ekspedisi Indonesia Baru yang merekam temuan fakta selama ekspedisi. Hasil dari saweran film dibagi dua, 50% untuk Komunitas/Lembaga penyelenggara nobar, 50% untuk Koperasi Indonesia Baru. Salah satunya film #silattani.
Musim nobar telah dimulai, Ekspedisi Indonesia Baru sudah merilis Film Dokumenter perdananya. Silahkan mendaftar untuk mengadakan nobar.Film Silat Tani adalah kisah tentang petani yang ditekan dan balik melawan.
EIB kali ini sengaja melibatkan anak muda. Menurut Farid Gaban, anak muda adalah keniscayaan masa depan untuk membangun wajah Indonesia baru. Sebab, orang tua saat ini jangankan untuk mengubah keadaan, untuk mengubah dirinya sendiri sudah tidak cukup waktu.
Dikatakan Farid, ekspedisi ini juga akan sedikit berbeda dengan tujuan dan manajemen yang sebelumnya. Jika ekspedisi sebelumnya banyak memotret berbagai kekayaan alam dan juga masalah lingkungan dan sosial, ekspedisi kali ini diharapkan juga akan dapat menemukan dan merekam berbagai bentuk karya imajinatif anak bangsa di seluruh pelosok tanah air untuk mengelola potensi sumberdaya alam dengan penuh kearifan dan juga karya-karya sosial.
Kembangkan Platform Koperasi
Hal penting lainnya, manajemen ekspedisi ini dikembangkan sebagai sebuah organisasi koperasi yang diharapkan dapat memproduksi video, foto, tulisan dan lain-lain. Namanya Koperasi Indonesia Baru. Dari koperasi ini juga diharapkan akan dapat membiayai dan mengelola aspek bisnis dari Ekspedisi Indonesia Baru.
Ekspedisi diperkirakan akan menghasilkan puluhan ribu foto, puluhan terrabyte footage video dan ratusan artikel di samping buku dan film dokumenter. Semua itulah yang akan menjadi modal awal koperasi.
Organisasi koperasi dipilih dengan harapan bahwa inisiasi dan partisipasi setiap orang akan menjadi sangat penting. Melalui jalan koperasi juga diharapkan akan dapat menjadikan proyek ekspedisi ini mampu membentuk jaringan kerjasama yang kuat dengan berbagai pihak dan terutama komunitas lokal di sepanjang perjalanan. (Priono/idbaru.id).
Sumber : https://wartakoperasi.net/koperasi-indonesia-baru-produksi-silat-tani-detail-443493