Di masa pandemi yang berangsur membaik saat ini, tidak bisa dipungkiri koperasi masih terdampak. Koperasi yang bergerak di bidang serba usaha, produsen, juga simpan pinjam. Koperasi Bina Warga (KBW) yang berlokasi di Kranji Kota Bekasi, adalah salah satunya. Akibat pandemi Covid-19 KBW mengalami turbulensi dikegiatan usahanya, namun demikian turbulensi tersebut tidak menyebabkan KBW terpuruk.
Dari tahun buku 2020 maupun 2021 KBW masih menghasilkan surplus atau SHU meskipun pencapaian SHU itu bukan tolok ukur keberhasilan sebuah koperasi, melainkan bagaimana keberadaan koperasi memberikan manfaat kepada anggotanya. “Sepanjang tahun 2021 KBW masih belum stabil dan masih mengalami penurunan performa. Pandemi Covid-19 memengaruhi siklus penurunan transaksi pada KBW. Dalam hal ini transaksi pembayaran angsuran dan tabungan pada anggota, sehingga berpengaruh pula terhadap pelayanan pinjaman kepada anggota sehingga kontribusi pendapatan pada unit simpan pinjam ikuit terdampak,” ungkap Samsudin, Ketua KBW saat RAT KBW Tahun Buku 2021, minggu 23 Januari 2022, di Gedung Sekolah Dasar Negeri 4 Kranji, Kota Bekasi.
Meskipun demikian, anggota KBW patut bersyukur. Dalam penilaian Pemerintah Kota Bekasi dari ratusan koperasi yang ada di Kota Bekasi, KBW sempat meraih predikat sebagai koperasi berprestasi dalam rangka peringatan Hari Koperasi. Selain itu, KBW juga dijadikan contoh untuk memotivasi kepada koperasi-koperasi yang ada di Kota Bekasi agar mengikuti jejak KBW sebagai koperasi yang benar-benar memberikan manfaat dan wadah ekonomi anggota menuju jalan kesejahteraan.
Asset KBW Meningkat
Tahun 2021 KBW berhasil membukukan aset sebesar Rp 4,2 miliar, meningkat bila dibandingkan tahun 2020 yaitu sebesar Rp 3,9 miliar. Dari hasil transaksi anggota dengan koperasinya KBW memperoleh SHU sebesar Rp 45 juta, sementara SHU tahun 2020 jatuh pada angka Rp 55 juta.
Rapat Anggota Tahunan (RAT) merupakan forum tertinggi sebuah koperasi serta sebagai wujud komitmen tanggung jawab pengurus dan pengawas kepada anggota. Pelaksanaan RAT juga sebagai bukti kepada anggota bahwa koperasi tetap eksis dan mampu beradaptasi di tengah pandemi Covid-19.
Semua memahami bahwa kondisi ekonomi global termasuk perekonomian Indonesia, terkontraksi akibat pandemi Covid-19. Berdasarkan hasil survei Kemenkop UKM turbulensi juga memberikan dampak bagi koperasi. Tiga kelompok usaha koperasi paling terdampak pandemi masing-masing Koperasi Simpan Pinjam, (41%), Koperasi Konsumen (40%), dan Koperasi Produesen (10%).
Permasalahan utama yang dihadapi koperasi di masa pandemi Covid-19 adalah permodalan (47%) penjualan menurun (35%), dan produksi terhambat (8%). Namun, pandemi Covid-19 memjadi momentum dan menghadirkan keniscayaan terhadap transformasi koperasi dan UKM ke arah ekonomi digital. Hal ini didukung fakta bahwa sistem terhubung ke dalam ekosistem digital lebih memiliki daya tahan ditengah pandemi.
Salah satu prinsip koperasi adalah pendidikan anggota. Dalam perspektif ini koperasi harus berpera mencerdaskan anggota, sehingga dapat meningkatkan kapasitas orang-orang didalamnya, sekaligus menumbuhkembangkan koperasi. karakteristik itulah yang memposisikan koperasi menjadi wadah tumbuhnya jiwa kewirausahaan karena koperasi memberikan ruang bagi anggota untuk berkreasi dan menemukan cara-cara terbaik dalam menyejahterakan bersama-sama.
Oleh karena itu ujung tombak pengawasan koperasi ada pada anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna koperasi, yang mendelegasikan tugas pengawasan koperasi kepada jajaran pengawas. Pengawas internal koperasi hendaknya menjalankan amanat anggota dengan sungguh-sungguh, melaksanakan dengan efektif untuk mengawal usaha koperasi agar berjalan sesuai rencana kerja dan tetap berada dalam koridor yang tepat.
Koperasi maupun lembaga keuangan lainnya tidak menyangka dengan adanya pandemi ini, yang membuat destruction economy. Koperasi yang sebagian besar anggotanya adalah pelaku UMKM akan kesulitan untuk menagih dana pinjaman karena usaha anggota sedang mengalami masalah. Dari sisi omset penjualan turun, kekurangan modal dan terlambatnya jalur distribusi dan sebagainya, hal ini salin terkait sehingga koperasi juga sulit memberikan imbalan jasa kepada anggota.
Likuiditas memegang peranan penting pada situasi seperti ini, diperlukan komunikasi yang intens antar anggota dan pengelola koperasi, dalam menginformasikan kondisi koperasi yang akuntabel dan transparan. Kebijakan internal koperasi dengan memberi8kan stimulus kepada anggota yang usahanya terdampak covid-19 berupa relaksasi pengembalian pinjaman atau membantu memasarkan produk merupakan solusi terbaik, namun harus menyesuaikan dengan kondisi koperasi agar tetap bisa beropersional dan melayani anggota lainnya, prinsip kejujuran dari anggota pun diperlukan dalam hal ini.
Saat ini koperasi memiliki beberapa tantangan seperti rendahnya tingkat partisipasi anggota dalam pengembangan kegiatan usaha koperasi, keterbatasan sumber daya manusia, akses pasar, penggunaan teknologi tepat guna. Selain itu akses pembiayaan, tata kelola kelembagaan, daya saing produk koperasi serta belum semua melakukan inovasi dan pengembangan produk.
Dalam menghadapi masa pandemi Covid-19 agar koperasi tidak mengalami stagnasi perlu adanya strategi untuk koperasi tetap eksis. Pertama, penguatan dari sisi branding kopersi sebagai sokoguru perekonomian, misalnya dengan pemberitaan yang positif tentang koperasi yang memiliki track record yag baik. Tata kelola dilakukan secara profesional, modern, akuntabel dan transparan, namun yang lebih penting penguatan pendidikan perkoperasian bagi anggota karena dengan edukasi dapat meningkatkan partisipasi misalnya dipenguatan likuiditas. Serta edukasi lainnya yang dapat memberikan nilai tambah bagi anggota dalam menjalankan usahanya. Semoga kinerja KBW di tahun 2022 semakin meningkat sehingga memberikan nilai tambah bagi anggota, begitu pula dengan anggota sebagai pemilik tidak melupakan kewajibannya agar roda usaha dan organisasi KBW terus berputar.
Edi Supriadi