Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ) menghelat Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2023, (28/3) di Gedung KKGJ. Sudah menjadi tradisi, Rapat Anggota Tahunan (RAT) Koperasi Keluarga Guru Jakarta (KKGJ), diawali dengan pra RAT di 43 Komisariat yang tersebar di 43 Kecamatan di lima wilayah DKI Jakarta. Dalam forum ini, perwakilan anggota melaporkan hasil pembahasan laporan pertanggungjawaban pengurus. Cara ini, terbukti efisien, terlebih bagi koperasi dengan anggota melebihi sepuluh ribu anggota perorangan itu.
“Sejak dicabutnya kebijakan PPKM oleh pemerintah di awal tahun 2023, ada secercah harapan menggeliatnya kembali perekonomian. Namun, kesempatan tersebut tidak serta merta mengubah keadaan karena, hampir selama empat tahun belakangan banyak hal yang harus ditata ulang. Ini realita sekaligus tantangan yang harus dihadapi para pelaku usaha dalam mempertahankan dan menyelamatkan lembaga ekonomi dan organisasi,” ungkap H. Karyatmo, Ketua KKGJ.
Tantangan yang dihadapi KKGJ saat ini antara lain, berkurangnya jumlah anggota yang disebabkan oleh pensiun, mutasi jabatan lintas lembaga, dan anggota yang wafat. Membawa konsekuensi terhadap permodalan berupa pengembalian simpanan dan pencairan dana hari tua.
Kelebihan KKGJ, dalam menjalankan roda usaha tidak hanya bertumpu pada unit simpan pinjam. Tahun 2023 KKGJ membukukan pendapatan sebesar Rp 29,17 miliar, sedangkan tahun 2022 tercatat Rp 36,64 miliar. Memang terjadi penurunan (21,5%). Hal ini disebabkan, salah satunya akibat USP belum dapat beroperasi secara maksimal.
Realisasi pendapatan USP sebesar Rp 17,96 miliar, tahun 2023 Rp 11,83 miliar. Asset, pada tahun 2023 mencapai Rp 172,12 miliar, terjadi penurunan jika dibandingkan nilai aset tahun 2022 sebesar Rp 202,692 miliar.
Apresiasi Tepat Waktu
Hj. Syahnas Rasyid, MM, Ketua Umum PKPRI DKI Jakarta dalam sambutannya mengemukakan, KKGJ merupakan angggota PKPRI DKI Jakarta yang tetap eksis hingga saat ini. KKGJ merupakan koperasi primer yang memiliki anggota terbanyak kedua setelah Koperasi Pegawai Pemda DKI Jakarta (KPPD) dengan jumlah anggota perorangan di atas 10 ribu. “PKPRI DKI Jakarta memberikan apresiasi atas terselenggaranya RAT KKGJ tepat waktu. Di bulan Maret 2024 ini, terdapat lima sampai sepuluh koperasi primer yang menyelenggarakan RAT, sehingga Pengurus PKPRI DKI Jakarta harus membagi tugas memenuhi undangan RAT anggota,” papar Shahnaz.
“Setelah mempelajari LPJ yang kami terima, kinerja semua unit usaha KKGJ terlihat berjalan dengan baik. Di bidang organisasi, pengelolaan SDM cukup baik. Saya juga ikut bergabung di agenda IKPRI dan mendapati format laporannya hampir sama dengan KKGJ. Perlu Bapak/Ibu ketahui, salah satu pendahulu kepemimpinan IKPRI itu ada almarhum Prof. DR. H. Agustitin Setyobudi, maka tidak mengherankan jika format (laporan) nya hampir sama. Adapun saat ini, Ketua Umum IKPRI adalah Pak Gunarto, jadi formatnya beda lagi,” ungkap Syahnas Rasyid.
Syahnas Rasyid menilai, antara perencanaan dan pencapaian KKGJ itu luar biasa. Baik dari sisi usaha dan organisasi. “Di bidang usaha ada 9 unit usaha, dari rencana dan realisasi pencapaiannya mencapai delapan puluh lima persen. Bidang keuangan pencapaiannya seratus persen, walaupun masih terdapat program yang akan dilanjutkan. Terkait laporan keuangan pertumbuhannya naik turun, dilihat dari neraca total aset Rp 172 miliar, merupakan nilai yang besar sekali”.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum IKPRI Drs. H. Gunarto, SH,MH., (almarhum) dalam sambutannya mengapresiasi terselenggaranya RAT KKGJ. “RAT merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan sebuah koperasi. Koperasi mengenal “tiga sehat”, yaitu sehat mental, sehat organisasi, dan sehat usaha. Sehat mental meliputi sehat moral, pengurus harus memiliki moral yang baik, harus dapat mempertanggungjawabkan setiap langkah dan kegiatannya pada satu tahun sebelumnya kepada rapat anggota. Rapat anggota dapat mengoreksi secara langsung laporan pengurus di hadapan pengurus. Jadi, ini satu-satunya demokrasi di Indonesia yang masih murni, jujur dan tidak banyak lika-likunya,” papar Gunarto.
Ditambahkan Gunarto, mengurus anggota yang watak dan perangainya bermacam-macam dibutuhkan moral dan moril yang kuat. Berikutnya, organisasinya sehat. Organisasi yang sehat itu oleh Max Estern dicirikan dengan organisasi yang bisa mensejahterakan anggotanya. Ada kerjasama yang baik antara pengurus, karyawan dan anggota dan stuktur yang terlibat didalamnya. Koperasi juga harus bisa mengikuti perkembangan teknologi dan industri dan teknologi informasi.
Dalam rapat rencana kerja, KKGJ didukung Pengurus IKPRI memohon bantuan Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, merekomendasikan P3K dan ASN yang baru diangkat agar bergabung sebagai anggota koperasi. Cara itu merupakah ikhtiar pemupukan jiwa korsa dari seluruh stake holder masuk dalam koperasi. Ada satu ikatan jiwa korsanya. Seperti jaman orde baru, ketika koperasi merupakan satu-satunya wadah the single point of forcruitment, satu-satunya alat yang mensejahterakan anggota.
“Terakhir, usaha yang sehat. Secara empiris jika simpanan koperasi meningkat, omsetnya meningkat, volume usahanya meningkat, dan SHU-nya ada, maka tidak perlu dibahas lagi dengan laporan pertanggung jawaban pengurus yang ribet,” papar Gunarto. Seperti diketahui, KKGJ mampu menghasilkan SHU Rp 3 miliar lebih, sebuah prestasi cukup baik. Koperasi di Indonesia sejak era Menteri Koperasi Anak Gede Agung Ngurah Puspayoga, berjumlah 267 ribu koperasi. “Saat ini berjumlah 130 ribu sekian yang masih aktif. Nah, KKGJ ini menunjukan koperasi aktif dan sehat sangat luar biasa. Nah, tiga tolok ukur sehat mental, sehat moril, dan sehat usaha menjadi sangat penting sebagai pedoman dalam mengelola koperasi dalam upaya mensejahteakan anggota,” pungkas Gunarto.
(Edi Supriadi)
Sumber : https://wartakoperasi.net/kkgj-eksis-mengarungi-periode-krisis-detail-454146