Dari buruh pabrik, menjual sol sepatu, dan akhirnya mantap buka usaha sambal yang mendatangkan cuan. Sepotong cerita perjalanan bisnis Lanny Siswadi atau dikenal Bu Rudy.
Lanny Siswadi yang kini dikenal dengan produk sambalnya Bu Rudy, dulunya tidak pernah mengira akan sesukses seperti sekarang.
Perempuan tamatan SD kelahiran Madiun, Jawa Timur 59 tahun silam ini dulunya bekerja di pabrik sepatu. Pada 1983 ia mulai kulakan sol sepatu hingga tahun 2007.
Selama menjual sol sepatu itu, istri Rudy Siswadi ini masih mengontrak rumah bersama sang suami.
"Tahun 1983 kulakan sol sepatu. Selama 10 tahun kerja di Pasar Turi. Selama dua tahun kerja di pabrik sepatu. Tahun 1983-2007 usaha sepatu. 20 tahun lebih. Masih kontrak," terang Bu Rudy di salah satu podcast.
Pada 2007 pasar Turi terbakar. Dari sana, Lanny banting setir menjual sambal bawang dengan campuran udang. Ide berjualan sambal muncul karena Lanny sering membekali suaminya sambal olahan saat mancing. Di luar dugaan, teman-teman suaminya menyukai sambal Lanny.
Dari Pick Up ke Depot
Dalam menjual sambalnya, Lanny hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut. Dari berjualan di rumah, ia mulai menggunakan mobil pick up untuk berjualan sambal.
Setelah modal terkumpul lumayan, Bu Rudy menyewa toko di area Dharmahusada, Surabaya yang kini menjadi pusat Depot Bu Rudy.
“Perjalanan ini tentunya tak sebentar. Dari rumah ke rumah, teman ke teman, buka warung mobil pinggir jalan. Setelah beberapa tahun berjalan, saya lanjutkan lagi, saya teruskan lagi. Dan di tempat ini pertamanya saya ngontrak, akhirnya terjadilah rumah makan Bu Rudy sampai hari ini,” papar Lanny.
Dari Dharmahusada, Bu Rudy melebarkan sayap dengan membuka enam cabang depot di Surabaya dan menjual ke agen. Kini sudah ada sekitar 300 reseller sambal Bu Rudy.
Uniknya dalam podcast Bu Rudy mengaku hingga sekarang sambal produknya ia datangkan dari Madiun. Tetangganya di Madiun yang membuat produk sambalnya.
Omset Miliaran
Wajar jika dalam sehari usaha sambal Bu Rudy bisa menghabiskan 100 kg hingga 200 kg cabai, 500 kg udang untuk membuat sambal.
Untuk penjualan, sehari terjual sekitar 1500 hingga 2000 botol dari depot atau sekitar 10 dus. Sambal Bu Rudy juga telah dijual hingga mancanegara seperti Hongkong, Singapura, Malaysia. Karena lokasi depot dekat asrama haji, sambal Bu Rudy juga kerap dibeli oleh calon jamaah haji untuk bekal makanan di tanah suci.
Harga sambal.Bu Rudy per botol di marketplace saat ini berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 28 ribu. Sambal bawang dipatok Rp 25 ribu, sambal bajak dan sambal cabe ijo dibandrol Rp 28 ribu.
Dengan penjualan ribuan botol, maka diperkirakan omset sambal Bu Rudy sehari bisa mencapai Rp 1 miliar.
Terus Berinovasi
Meski sudah sukses dan menjadi ikon oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Surabaya, Bu Rudy terus berinovasi dalam promosi dan produk.
Ia tak mau ketinggalan dengan tren jaman. Untuk promosi, kini Bu Rudy menjual produknya di marketplace. Ia juga menggunakan mobil keliling sebagai media pemasaran. Bukan hanya online, sambal Bu Rudy juga aktif mengikuti pameran.
Dari laman instagram, Bu Rudy memposting produk olahan terbaru Bu Rudy. Antara lain nasi udang, pentol Bu Rudy, gorengan Bu Rudy, dll.
Untuk harga makanan, Bu Rudy tetap konsisten menjual makanan dengan harga terjangkau. Semangkok pentol ia jual seharga Rp 10 ribu.
Selain konsisten berinovasi mengeksplorasi varian olahan baru, Bu Rudy juga tetap menjaga kualitas bahan makanan untuk produknya.
Ia selalu menggunakan bahan-bahan segar dan bebas pengawet. Sehingga sambal hanya bertahan sekitar 10 hari setelah tutup dibuka. Agar sambalnya gurih, Lanny menambahkan udang goreng kecil.
(Susan/foto : istimewa)
Sumber : https://wartakoperasi.net/kisah-bu-rudy-dari-sambal-peroleh-cuan-detail-440485