INKOPPAS : Pandemi Momentum Berdayakan Koperasi

INKOPPAS : Pandemi Momentum Berdayakan Koperasi


Perkembangan koperasi di tanah air masih kalah bersaing dengan pelaku usaha lainnnya. Terutama seperti korporasi swasta dan BUMN. Beberapa faktor menyebabkan koperasi kurang memainkan peran penting pertama, pemerintah memberikan peran terlalu besar kepada korporasi dan BUMN, dalam hal pengelolaan pembangunan sumber daya alam.

Banyak proyek strategis diserahkan kepada korporasi dan BUMN. Faktor kedua, koperasi sebagai entitas usaha kurang memiliki keterampilan untuk memperkuat posisinya dalam mengambil peran kegiatan-kegiatan bisnis dalam skala besar. Sehingga koperasi kerap diidentikkan dengan usaha kecil dan menengah (UKM).

Ketertinggalan koperasi ini terkesan tidak segera diubah oleh pelaku koperasi. Keterlambatan yang di alami koperasi seharusnya sudah bisa dikejar dan percepatan-percepatan dengan pendekatan teknologi informasi dengan kekuatan jaringan yang dimiliki oleh koperasi.

Di satu sisi, globalisasi telah menguatkan kapitalisme. Kapitalisme akan menjadi kian kuat apabila ada akumulasi modal. Menurut pendapat para ahli tentang teori akumulasi modalusaha yang paling cocok dengan kapitalisme ini adalah korporasi atau minimal BUMN.

Nah, koperasi karena kumpulan orang dianggap kurang mampu karena kurang cocok untuk perkembangan kapitalisme. Ketika pemerintahannya fahamnya kapitalisme liberal atau neo liberal seperti Indonesia, pelaku usahanya memainkan peran penting bisnis dan keuangan di Indonesia adalah korporasi dan BUMN. Kekuasaan pemerintahan yang neo liberal itu juga ditopang oleh akumulasi modal keuntungan korporasi dan BUMN. Disitulah terjadi persengkongkolan pemerintahan yang neolib dengan korporasi-korporasi yang mendukung pemerintahan neolib.

Pandemi Covid-19 menurut pangamat ekonomi merupakan simbol keguncangan kapitalisme liberal. Daya beli masyarakat turun, banyak korban pemutusan kerja (PHK). Konsumsi mulai beralih untuk kebutuhan fungsional, bukan kebutuahn hedonistik seperti masa sebelum pandemi. Dan hedonisme adalah bagian integral dari kapitalisme.

 “Seperti itulah sistem ekonomi sebenarnya harus dibangun, kalau tidak maka yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Oleh karena itu kebutuhan-kebutuhan yang tidak perlu sudah tidak dibutuhkan lagi, kebutuhan makin mendasar sekarang adalah makanan, pertanian. Sekarang dirasakan oleh dunia tidak hanya Indonesia saja. Nah, momentum Covid-19 khusus di Indonesia ini menjadi kesempatan bagi koperasi untuk memainkan perannya supaya bisa mengejar ketertinggalan,” ungkap Fery Juliantoro, Ketua Umum Inkoppas.

Ada beberapa prasyarat yang diperlukan agar koperasi bisa memainkan peran penting, yaitu soal kepemimpinan. Dalam gerakan koperasi harus pintar membangun komunikasi terutama kepada gerakan koperasi itu sendiri. Kemudian membangun kerjasama usaha, membangun kekuatan modal antara gerakan koperasi dan selanjutnya mengambil peluang-peluang bisnis yang tidak harus usaha kecil menengah. Koperasi harus mampu memiliki bank sendiri. Langkah konkritnya, Inkoppas memulai dengan mendirikan perusahaan platform Inkoppas di dalam perusahaan tertsebut memiliki saham kemudian menggandeng profesional membuat aplikasi untuk anggota/pedagang pasar dan aplikasi melayani kebutuhan masyarakat.

 

Digitalisasi pasar

Perusahaan yang sahamnya dimiliki Inkoppas mengintegrasikan perusahaannya dengan anggota Inkoppas melalui digitalisasi pasar. Digitalisasi ini mencakup kegiatan simpan pinjam, pengadaan barang, dan pembayaran yang dilakukan pedagang semua transaksi anggota/pedagang dengan mudah dilakukan dengan aplikasi ini. Akumulasi keuntungan yang didapat sangat luar biasa ini bisa menjadi suatu lompatan cukup besar bagi Inkoppas.

Langkah lain yang mulai dirintis Inkoppas adalah mengajak semua Induk Koperasi di tanah air agar memiliki saham di perbankan. Langkah ini agar kalangan perbankan tidak menjadi corporate banking. Koperasi harus punya bank yang menjadi core businessnya membantu koperasi dan usaha kecil dan menengah. Pilihan bank sangat banyak tetapi yang pasti sebagai contoh Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) secara historis Bukopin ini sahamnya dimiliki induk-induk koperasi, kenapa kemudian koperasi tidak memulai untuk memiliki saham di bank Bukopin kembali itu bisa menjadi salah satu cara untuk kembali bisa mempercepat kembali peran koperasi di Indonesia.

Kemudian koperasi juga harus memulai system keuangan secara baku dengan menggunakan system yang bisa mengkonsolidasikan laporan keuangan induk-induk koperasi, pusat-pusat koperasi dengan koperasi primer. Kalau itu bisa dilakukan kapitalisasi atau valuation dari koperasi tersebut menjadi besar               

Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) terus berbenah diri dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada anggota dengan melakukan terobosan usaha dengan berkolaborasi dengan Induk Koperasi Unit Desa (Inkud). Pasar sebagai kekuatan di hilir harus bisa berhubungan langsung dengan hulu yaitu pabrikan maupun sentra-sentra produksi di pedesaan.

Terobosan itu Inkoppas bisa mengadakan kontrak langsung dengan koperasi peternak ayam petelur, kerjasama dengan koperasi petani baik holtikultura, tanaman pangan dan perkebunan. Sehingga terjadi kerjasama pengadaan untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan harga lebih terjangkau. Pada akhirnya masyarakat bisa mendapatkan barang dengan harga dan kualitas yang baik sementara system supply chain yang tidak terdistribusi oleh spekulan dan tengkulak.

Kerjasama yang dilakukan Inkoppas meliputi pengadaan dan pemanfaatan gudang-gudang milik KUD harus bisa dimaksimalkan tidak hanya untuk menyimpan barang, tetapi juga bisa digunakan untuk toko sarana produksi pertanian kembali. Dengan penggunaan aplikasi dan system maka pedagang pasar maupun KUD bisa di integrasikan oleh karena itu kolaborasi diantara induk-induk koperasi dilakukan secara business as usual.

(Edi Supriadi)  

Sumber : https://wartakoperasi.net/inkoppas-pandemi-momentum-berdayakan-koperasi-detail-429495