Kelezatan brownies Dapur Gladies membuat konsumen rela menunggu hingga bulanan. Padahal harga bandrolnya juga lumayan alias di atas harga rata-rata brownies di pasaran.
Memesan brownies harus PO dan masuk waiting list? Cerita itu hanya milik brownies dari Dapur Gladies besutan Poetry Gladies Karina Dewi. Konsumen rela menunggu hingga tiga bulan demi sekotak brownies. Itu cerita dulu sekitar tahun 2014 saat Dapur Gladies baru berdiri. Kini, konsumen punya banyak pilihan untuk menikmati legitnya brownies Dapur Gladies.
Dapur Gladies mulai beroperasi pada November 2013. "Dari kecil suka bantu mama di dapur," terang Poetry. Awalnya ibu satu anak itu mengaku tidak berniat membuka usaha brownies meski kuliah di jurusan pastry. Usai menamatkan kuliahnya di salah satu PTS di Bandung, Jawa Barat pada 2009 Poetry bekerja di salah satu TV di Jakarta.
Meski bekerja, Poetry tetap rajin membagikan resep di twitter. Ternyata banyak yang suka dengan resepnya. Sambil bekerja, Poetry mulai membuka usaha brownies bermodal Rp 300 ribu. "Saya belajar wirausaha. Belajar memasarkan produk tepat sasaran." Poetry kemudian memberi label Dapur Gladies untuk usaha browniesnya.
Menariknya hanya berselang satu bulan Poetry menambah modal lagi sebesar Rp 4 juta karena pesanan meningkat. Bahkan modal sudah balik dua kali lipat hanya dalam waktu sebulan karena banyaknya orderan. Saat itu Poetry hanya mengandalkan pesanan dari media sosial dan mulut ke mulut.
Guna menarik minat konsumen, Dapur Gladies memproduksi brownies dengan beragam topping seperti kinder bueno nutella, flaky almond, nutella classic, kit kat nutella, cadburry mede, milo cheese nutella silverqueen, mede, milo marshmellow, brownies cookies, supermix, dan cheese nutella.
Strategi lain yang dilakukan Poetry agar browniesnya berbeda dengan kebanyakan brownies di pasaran yakni kandungan coklat di brownies Dapur Gladies melimpah, menggunakan butter premium agar lebih wangi. "Banyak yang bilang kalau makan brownies Dapur Gladies lebih menggoda selera," terang Poetry. Ia juga membuat brownies dua versi yakni kukus dan panggang.
Waiting List
Awal memulai bisnis Poetry menerapkan sistem pre order alias PO karena ia saat itu hanya dibantu ibunya dan asisten. Dengan sistem PO pelanggan bisa memesan via e-mail. Saking banyaknya yang mau PO, kata Poetry, pernah sehari pada tahun 2014 ia menerima 1300 email.
Banyaknya pesanan yang masuk untuk pre order, membuat Poetry kewalahan. Sehingga tidak bisa memproses pesanan secara cepat. Akhirnya pembeli harus bersabar menunggu hingga empat bulan alias masuk dalam waiting list demi brownies.
Belajar dari pengalaman tersebut, Poetry membatasi pesanan yang masuk. Ia berdalih tidak ingin mengecewakan konsumen dan menjaga kualitas brownie. Maka, ia pun membatasi jumlah pemesan dan jumlah brownies yang dipesan. Saat itu Poetry hanya melayani PO melalui chat. Selain itu satu orang pembeli hanya boleh memesan tiga kotak.
Prosedur lain yang harus dijalankan bagi pembeli yang mengikuti sistem PO yakni wajib memantau timeline akun twitter-nya. Pasalnya, Poetry mengumumkan open order yang berlangsung hanya satu jam dalam sehari melalui twitter.
Buka Gerai
Orderan yang terus meningkat membuat Potery menggunakan garasi rumahnya di Jakarta pada akhir pekan untuk melayani konsumen yang tidak kebagian memesan lewat PO. Dengan membuka garasi untuk bisnis saat akhir pekan dan tetap menerima pesanan PO melalui twitter, dalam sehari Dapoer Gladis bisa menghasilkan omset Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.
Nyatanya buka garasi saat akhir pekan tetap belum bisa melayani semua orderan. Akhirnya Poetry membuka gerai Dapoer Gladis di Jalan Pangeran Antasari Cipete Utara Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Belakangan Dapur Gladies boyongan memindahkan gerainya ke Bandung, Jawa Barat. Yakni di Ciwastra dengan dua lokasi pop up store yakni di Madinah Cake Jalan Banda, Bandung, Jabar dan JalanTuparev, Cirebon, Jabar. Kedua toko ini buka dari jam 09.00 wib sampai 21.00 wib.
Uniknya setelah produksi dipindahkan ke Bandung, harga brownies pun turun. Pernurunan harga tersebut dipengaruhi upah minimum regional (UMR) di Bandung lebih rendah ketimbang di Jakarta. Bahkan, pernah ada konsumen yang mengeluhkan harga brownies Dapur Gladies untuk tipe sama, ketika ia membeli di Dapur Gladies Jakarta lebih mahal ketimbang produksi di Bandung.
Untuk harga, awalnya brownies Dapur Gladies dibandrol dengan harga premium alias di atas rata-rata harga brownies pasaran yakni Rp 60 ribuan hingga Rp 90 ribuan. Pada 2017 harga tersebut naik lagi dengan harga terendah Rp 80 ribu untuk varian oreo, kismis, double chocolate, dan black and white. Varian lain seperti milo marshmellow, milo cheese, cheese nutella, supermix, silverqueen, double green tea, dan havermout double chocolate almond dipatok Rp 90 ribu. Sedangkan varian lain dari kitkat, ovomaltine, ferrero rocher dibandrol Rp 110 ribu hingga Rp 150 ribu.
Selain harga mengalami penurunan, Dapur Gladies juga membuat dua kategori harga yakni family, couple. Ukuran family atau satu loyang, harga terendah Rp 75 ribu untuk varian original mede atau almond, dan harga tertinggi Rp 150 ribu untuk ferrero rocher nutella. Sedangkan kategori couple atau setengah loyang, harga terendahnya Rp 42.500 varian original mede atau almod. Harga tertinggi untuk kategori couple Rp 80 ribu varian ferrero rocher nutella.
Bukan hanya memproduksi brownies, kini Dapur Gladies juga membuat cookies dengan dua ukuran yakni 300 gram dan 500 gram. Harga terendah ukuran 300 gram Rp 65 ribu untuk varian supermix, nutella cheese, milo cheese, dan silverqueen. Sedangkan cookies dari cadbury dibandrol Rp 90 ribu. Ukuran 500 gram dibandrol Rp 90 ribu dengan dua varian yakni supermix dan nutella cheese.
Meski telah membuka gerai, Dapur Gladies tetap memasarkan produknya secara online melalui shopee dan instagram. Brownies sebagian dijual secara ready stock. Uniknya sistem pre order juga tetap berjalan.
Di tengah ketatnya persaingan bisnis brownies, Poetry memilih memasarkan produk secara tepat sasaran. Ia menggunan food blogger untuk mengiklankan produknya. "Saya cari yang suka review makanan, suka traveling."(Susan S/Foto istimewa)