Bagaimana Start up Berkolaborasi dengan Koperasi

Bagaimana Start up Berkolaborasi dengan Koperasi

StartUp, kata yang identik dengan anak muda milenial, ide-ide kreatif, dan tak lepas dengan platform teknologi digital dalam mempermudah kegiatan manusia sehari-hari. Dengan kehadiran startup, kegiatan seperti memakai jasa transportasi, pemesanan makanan, hingga pemesanan tiket menjadi mudah dan memungkinkan dalam meningkatkan produktivitas.

Kemudian bagaimana dengan anggapan tentang koperasi di era internet of things ini? Kata-kata seperti simpan pinjam, swalayan, serta kumpulan masyarakat pedesaan masih melekat dalam term koperasi, apalagi bagi yang belum berproses dalam koperasi. Dua hal yang tersebut yang dikolaborasikan dalam acara StartUp Coop Camp yang diselenggarakan oleh kerja sama antara Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation, Kementerian Koperasi dan UKM RI Bidang SDM, InnoCircle Initiative, dan PT Sakti Kinerja Kolaborasindo.

StartUp Coop Camp mengkombinasikan serangkaian workshop dengan praktek langsung berupa pitching dengan pembicara dan praktisi yang ahli di bidangnya. Kegiatan yang bertujuan untuk menstartupkan koperasi dan mengkoperasikan startup diikuti oleh 60 peserta terpilih yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu startup founder dan pemuda koperasi yang telah diseleksi dari 250 pendaftar dari Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Salatiga, Kudus, Tasikmalaya, Jogja, hingga Lampung.

Pada kelas pemuda koperasi diperkenalkan pada materi “Generasi Milenial dan Pertumbuhan Ekonomi Digital” oleh Fajar Nusantara, CIO InnoCircle Innitiative dan “Apa dan Bagaimana StartUp” oleh Anis Saadah, CEO InnoCircle Innitiative. Sementara pada kelas startup founder, materi hari pertama dibawakan oleh Arsyad Dalimunte selaku Ketua Dekopinda Banyumas dengan tema “Apa, Mengapa, Bagaimana Koperasi?” kemudian dilanjutkan materi oleh Fidaus Putra selaku Board of ICCI dengan mengusung tema yang masih relevan yaitu “Gerakan Koperasi dan StartUp Coop”.

Perbedaan yang mendasar dalam startup coop dan startup konvensional terletak pada model kepemilikan di mana pembagian keuntungan bukan berdasarkan oleh capital namun kontribusi manusia sebagai sumber daya sesuai dengan prinsip koperasi one man, one vote.

Firdaus Putra berharap dengan adanya StartUp Coop Camp dengan tema Rejuvenating Co-operatives Through Innovation ini para peserta bukan hanya memahami startup coop dan berkolaborasi ide yang memungkinkan untuk mendapatkan pendanaan, namun juga dapat menumbuhkan ekosistem startup coop di kotanya masing-masing setelah mengikuti serangkaian pelatihan dan workshop. Harapannya, kegiatan ini juga akan diselenggarakan di kota-kota lain seperti Jakarta, Yogyakarta, dan Bandung nantinya.

Masih dengan spirit yang sama, yaitu mengkoperasikan startup dan menstartupkan koperasi, batch kedua ini berlangsung di Hotel Cakra Kusuma, Yogyakarta dan dibagi menjadi dua kelas yaitu startup founder dan youth cooperative (pemuda koperasi). Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang berasal dari beragam latar belakang dimulai dari murid SMA, mahasiswa pegiat KOPMA, pegiat startup baik yang baru mulai maupun yang sudah berjalan. Adapun asal peserta bukan hanya dari Yogyakarta saja namun juga berasal dari Purwokerto, Bekasi, Jakarta, Solo, Jawa Timur, bahkan Lampung.

Sebelumnya, Startup Coop Camp Batch II dihelat oleh ICCI yang berkolaborasi dengan organisasi dan komunitas lokal seperti Kopindo Wilayah Yogyakarta, KEDATA, CREDEVA serta kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM RI Deputi Bidang SDM.

Tak hanya memberikan garis besar startup coop sebagai model baru yang tentunya masih baru bagi pegiat startup maupun pemuda koperasi, tema-tema bermuatan bisnis dalam startup juga dihadirkan.

Ada yang sedikit berbeda dengan SCC sebelumnya yang hampir seluruh kegiatan difokuskan ke masing-masing kelas, SCC Batch II ini lebih intensif dengan lebih sering menggabungkan kedua kelas. Hal ini bertujuan agar selain pemahaman ekosistem koperasi lebih cepat dipahami, juga menghadirkan kolaborasi ide dengan praktik langsung antar kedua kelas yang dibagi dalam kelompok. Metode tersebut efektif karena peserta dapat belajar langsung mengeksekusi ide dari berbagi pendapat dalam waktu yang cepat. Salah satu kolaborasi praktik tersebut diantaranya adalah business model canvas, yang bukan hanya didiskusikan dalam grup namun dipresentasikan ke seluruh peserta.

Startup, yang merupakan salah satu tema dari era digital memang terlihat sedang hype sebagai bisnis model baru di era digital dan pertumbuhannya dinilai cepat. Karena muncul sebagai model baru jugalah cara kerja atau sistem di dalamnya juga baru. Masing-masing anggota tim dalam startup biasanya akrab dengan kreatif, inovatif, serta adaptif. Hal tersebut cocok dengan anak muda atau usia produktif yang masih memiliki semangat produktivitas yang tinggi. Semangat tersebut pula yang dibawakan dalam SCC II kali ini karena menjadi bagian dari startup janganlah sebatas sebagai cita-cita dengan menjadi pekerjanya, namun dengan berkarya sendiri serta berdampak dengan memulai membuat. Startup sebagai bisnis model baru juga suatu bentuk karya dalam model baru, fungsinya yang menawarkan untuk memudahkan aktivitas manusia sehari-hari juga menjadi kesempatan untuk dapat berdampak dan bukan semata mengambil keuntungan. Hal tersebut juga yang menjadi salah satu keluaran dari startup coop yaitu menghasilkan banyak startup yang bergerak di lingkup sosial.

Meskipun terlihat menggiurkan, tentu saja mendirikan startup penuh dengan resiko. Untuk disampaikan pula bahwa jika ingin menjadi pegiat startup harus benar-benar serius terjun di dalamnya. Pertimbangan-pertimbangan seperti pasar, produk, data, konsumen, pesaing, hingga kesehatan kerja bagi anggota tim perlu diperhatikan karena tidak lagi di bawah naungan sistem konvensional. Sikap mental masing-masing individu yang kuat juga tak kalah penting dari skill-skill yang dibutuhkan pada era saat ini.

Sebelum serangkaian acara ditutup dengan talkshow penutup, acara terakhir yaitu presentasi singkat (pitching) dari 11 startup yang mendaftar. Tujuannya yaitu memberi masukan-masukan langsung dari metode presentasi singkat, dan kesempatan untuk mempromosikan kepada seluruh peserta. Picthing yang maksimal tentunya selain membutuhkan jam terbang juga pertimbangan kekuatan story telling dengan membawa cerita dari kenyataan dan to the point. Element penting dalam pitching sendiri akan lebih lengkap jika terdiri dari opening, customer goal, problem, solution, market size, competitors, business model, market strategy, action plan, dan team profile. Sebelas belas startup yang ditantang presentasi dalam 5 menit di SCC Batch II di antaranya adalah Agrozone, BAFE, Gerbang Kreasi, Liburin, MSI, Olahin, Bionika, Kampung Course, Qonsulin, Transfer, dan Londry.

Terakhir, para peserta mendapatkan merchandise khas kegiatan Startup Coop Camp yaitu dua buah buku bertemakan startup dan self-improvement karena salah satu pentingnya skill di era digital adalah banyak membaca bacaan yang berkualitas. Dengan selesainya serangkaian acara secara penuh, diharapkan peserta terpilih yang sebelumnya diseleksi secara ketat dapat pulang dan berdampak di daerah masing-masing serta membawa semangat baru dalam bidang startup.(Priono/Foto Istimewa)

Sumber : https://wartakoperasi.net/bagaimana-start-up-berkolaborasi-dengan-koperasi-detail-414257