Revolusi Digital Koperasi dari Jalan Ciwulan


Berawal sebuah gedung satu lantai berarsitektur lawas di Jalan Ciwulan No.34, Cihapit, Bandung Wetan, lima anak muda merancang Nectico, sebuah aplikasi koperasi untuk ekosistem digital, tiga tahun lalu. Hingga Agustus ini, mereka sudah membantu mendigitalisasi tak kurang dari 700 koperasi di lebih dari selusin provinsi. Membantu pengelolaan koperasi menjadi lebih efisien, transparan dan akuntabel. 

Gedung satu lantai dengan garasi dan halaman cukup lama itu berada dalam kompleks padat hunian di kawasan bandung Wetan. Persis bersebelahan dengan hotel Red Doorz. Dari sana, lima anak muda membangun Nectico. Bukan sembarangan, mereka merupakan alumni Entrepreneur Financial Fiesta (EFF) 2022. EFF merupakan inisiasi penjaringan bagi wirausahawan berbasis inovasi teknologi dan pengembangan UMKM. Meliputi startup di tujuh sektor strategis agrikultur, perikanan, edukasi, kesehatan, pariwisata, maritim, dan logistik.

Nectico, bersama 11 start up lainnya, lolos penyaringan dan seleksi dari 1.026 peserta dari seluruh tanah air, yang diumumkan Kementerian Koperasi dan UKM dalam ajang Side Event B-20 di Bali, Senin (8/8) lalu. Dalam event itu, start up terpilih akan melakukan pitching dengan 39 venture capital partners dari dalam dan luar negeri pada ajang side event B20. Selain Nectico, mereka adalah Bengkel Mania, Automa Supply Chain, INSPIGO, DotX, AturKuliner, Surplus Indonesia, PT Solusi Kerah Byru, Nectico, Kukerja, dan Bangbeli.

Dikaitakan dengan koperasi, Nectico muncul di saat yang tepat. Saat ribuan koperasi masih kesulitan mendigitalisasi berbagai aspek manajerial akibat keterbatasan SDM dan akses teknologi. Tatakelola manajemen secara manual, memperlambat kinerja koperasi. Terlebih bagi koperasi dengan jumlah anggota besar dan bisnis yang terus tumbuh.

img-1660273096.jpg

Mengapa koperasi? “Kami melihat koperasi merupakan salah satu sektor finansial yang paling menguntungkan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya. Terlebih, koperasi dimiliki oleh anggotanya. Ini mendorong masyarakat merdeka secara finsnisal,” ujar Amry Fitra Amanah, CEO Nectico seperti dikutip melalui laman media sosialnya. Lebih jauh, menurut Amry, koperasi memiliki nilai-nilai ke-Indonesiaan seperti kepedulian, demokrasi, dan gotong royong. “Hal-hal itulah yang memotivasi kami mendirikan Nectico,”terang Amry, yang kini berkantor di lantai sepuluh 18 Office Park, Kawasan TB Simatupang, Jakarta Selatan.

img-1660272582.jpg

"Nectico merupakan aplikasi koperasi untuk ekosistem digital. Kami fokus membantu manajer koperasi dalam mengelola dan meningkatkan layanan koperasi bagi para anggotanya,”imbuh Nur Khairusy Syakirin, CPO Nectico. Kenapa fokus pada para manjer koperasi? “Sebab mereka adalah pihak yang mencatat, melaporkan, dan mengelola koperasi. Karenanya mereka membutuhkan sistem pendukung yang tangguh,”imbuh Nur.

Entitas koperasi memang dituntut menyesuaikan diri dengan ekosistem bisnis terkini yang adaptif dengan teknologi baru. Para kompetitor sudah lebih dulu melaju. Industri finansial, sektor yang juga lazim dilakoni koperasi, hampir seluruhnya sudah terdigitalisasi. Memudahkan mereka melebarkan sayap bisnis dan memperluas segmen pasar.

Bagaimana respons pengguna? Menurut Drs. Riwayat, Ketua Koperasi Konsumen Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, bekerjasama dengan Nectico merupakan tantangan sekaligus solusi ketika kita ingin meningkatkan layanan yang lebih baik lagi bagi anggota. Layanan yang terbuka dan akuntabel. “Sehingga anggota baru, melalui aplikasi bisa melihat sendiri berapa sisa pinjamannya, dan berapa boleh minjam lagi sesuai dengan waktu jatuh tempo. Ini menarik jika dilakukan secara online. Kalau dulu, kan, kala kita mau lihat berapa sisa pinjaman maka harus datang ke kantor koperasi. Lalu ketika dating, petugasnya tak ada. Kini masalah itu selesai sudah, sebab bisa dilakukan secara online selama 24 jam”.

Nectico menawarkan sejumlah layanan dan fitur bagi koperasi. Mengkonfigurasikan aplikasi sesuai kebutuhan koperasi dan memigrasikan seluruh data koperasi dalam format digital, sehingga jauh lebih efisien dibandingkan dengan data manual.

Fitur manajemen koperasi, simpanan, pinjaman, tagihan, hingga keanggotaan, yang kompatibel dengan kaidah koperasi. Juga laporan keuangan otomatis. Menampilkan history rincian transkasi, neraca, arus kas, serta laporan keuangan yang detail dalam satu kali klik. Menjadikan manajerial koperasi sangat menghemat waktu.

Bukan Sekedar Start Up

Pertumbuhan start up digital saat ini masih terus tinggi. Layanan digital lazim dalam memenuhi kebutuhan sehari hari mulai dari transportasi, pesan layanan makanan, pembelian kebutuhan sayuran, pemesanan tukang, dll. Trend ini, pada 2019, pernah mendorong Gerakan 1000 start up hadir di Purwokerto.

Pegiat koperasi Purwokerto Firdaus Putra mengemukakan, Gerakan Nasional 1000 startup digital adalah  sebuah gerakan untuk mewujudkan potensi Indonesia menjadi The Digital Energy of Asia dengan mencetak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital. Gerakan ini diinisiasi oleh KIBAR dan didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. “Seribu start up yang saat ini sudah berada di 10 kota besar di Indonesia, kali ini mengajak pelaku start up lokal di Purwokerto untuk berkolaborasi bersama Innocircle dan FEB Universitas Soedirman (Unsoed) untuk bersama sama menyongsong gerakan ini”.

Dikemukakan Firdaus yang kini adalah staf ahli Menteri Koperasi dan UKM, membangun Start up tidak sekedar membuat aplikasi digital, di dalamnya terdapat proses panjang yang membutuhkan kedisiplinan dan komitmen para founder startup dan harus diimbangi dengan Kepemimpinan yang tangguh. StartUp, kata yang identik dengan anak muda milenial, ide-ide kreatif, dan tak lepas dengan platform teknologi digital dalam mempermudah kegiatan manusia sehari-hari. Dengan kehadiran startup, kegiatan seperti memakai jasa transportasi, pemesanan makanan, hingga pemesanan tiket menjadi mudah dan memungkinkan dalam meningkatkan produktivitas”.

Pada 2019 silam, sempat dihelat StartUp Coop Camp, yang diselenggarakan oleh kerja sama antara Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation, Kementerian Koperasi dan UKM RI Bidang SDM, InnoCircle Initiative, dan PT Sakti Kinerja Kolaborasindo.

Start Up Coop Camp mengkombinasikan serangkaian workshop dengan praktek langsung berupa pitching dengan pembicara dan praktisi yang ahli di bidangnya. Kegiatan yang bertujuan untuk menstartupkan koperasi dan mengkoperasikan startup diikuti oleh 60 peserta terpilih yang dibagi menjadi dua kelas, yaitu startup founder dan pemuda koperasi yang telah diseleksi dari 250 pendaftar dari Jakarta, Bogor, Bandung, Surabaya, Salatiga, Kudus, Tasikmalaya, Jogja, hingga Lampung.

Perbedaan yang mendasar dalam startup coop dan startup konvensional terletak pada model kepemilikan di mana pembagian keuntungan bukan berdasarkan oleh capital namun kontribusi manusia sebagai sumber daya sesuai dengan prinsip koperasi one man, one vote.

Firdaus Putra berharap dengan adanya StartUp Coop Camp dengan tema Rejuvenating Co-operatives Through Innovation ini para peserta bukan hanya memahami startup coop dan berkolaborasi ide yang memungkinkan untuk mendapatkan pendanaan, namun juga dapat menumbuhkan ekosistem startup coop di kotanya masing-masing.

PRIONO

Kategori
NASIONAL

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar