BAGAIMANA SEHARUSNYA KOPERASI MERESPON KONFLIK DAN PERANG SECARA GLOBAL?


Oleh: Virtuous Setyaka (Ketua KMDM & Dosen HI FISIP Unand)

 

Salah satu pertanyaan mahasiswa saya di Jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Andalas, yang juga menjadi pertanyaan saya adalah “bagaimana koperasi-koperasi di Rusia dalam merespon konflik dan perang antara Rusia dengan Ukraina?”.

Pertanyaan ini muncul setelah saya menulis dan menyebarluaskan artikel dengan judul “Gerakan Koperasi Internasional dalam Merespon Konflik dan Perang Rusia vs Ukraina” pada 27 Maret 2022 melalui aplikasi WhatsApp Group (WAG). Artikel itu juga mendapat respon para Kooperator di Indonesia, dan ada yang meminta izin untuk menyebarluaskannya juga.

Sesungguhnya banyak pertanyaan yang bisa dimunculkan terkait dinamika koperasi dan hubungannya dengan konflik atau perang antara Rusia dan Ukraina. Ini menjadi satu tantangan tersendiri bukan hanya dalam kajian akademik, namun juga dalam dinamika praktik berkoperasi.

Secara umum, satu pertanyaan besar yang harus dijawab bersama adalah “bagaimana sebaiknya atau seharusnya koperasi di dunia dalam merespon konflik dan perang secara global?” Artikel tidak dimaksudkan sebagai tulisan yang ketat dalam ekspektasi pemenuhan sebuah karya akademik. Ini hanyalah sebuah pengantar diskusi yang sangat awal tentang koperasi dan relevansinya dalam dinamika global yang mungkin bisa diletakkan dalam kajian hubungan internasional, ekonomi politik global, dan sebagainya sebagai pengetahuan baru bagi mereka yang baru saja mengenal koperasi, atau memahami kembali arti strategis koperasi di dunia pascaneoliberalisme.

Koperasi di Rusia

Koperasi di Rusia? Salah satu koperasi di Rusia yang bisa saya akses informasinya saat ini adalah Centrosoyuz, sebuah koperasi konsumen di Rusia yang mengembangkan sistem ekonomi wilayah dengan berorientasi sosial, penyerapan tenaga kerja penduduk, pembentukan stabilitas dalam masyarakat, dan pengembangan infrastruktur di wilayah tersebut.

Strukturnya mencakup asosiasi sukarela masyarakat konsumen dan persatuan masyarakat konsumen dari berbagai tingkatan, yang hierarkinya dipimpin oleh Tsentrosoyuz. Masyarakat konsumen dan serikat pekerja mereka diciptakan oleh warga yang giat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri akan barang dan jasa berkualitas tinggi.

Anggota masyarakat konsumen adalah pemegang saham. Centrosoyuz Federasi Rusia adalah organisasi nirlaba yang sejak 1898 telah menjadi badan koordinasi tertinggi koperasi konsumen di Rusia, membela kepentingan perwakilan serikat pekerja sukarela masyarakat konsumen di negara tersebut. Pembentukan struktur sistem koperasi berlangsung pada awal abad ke-20 menurut prinsip teritorial. Saat ini mencakup 2.100 masyarakat konsumen dari 71 wilayah Rusia yang menyatukan 111 serikat konsumen regional dan lebih dari 1.500.000 pemegang saham.

Perusahaan koperasi konsumen ini menyediakan barang dan jasa kepada penduduk dari 89.000 komunitas di seluruh negeri (rus.coop). Centrosoyuz of Russia adalah peserta aktif gerakan koperasi internasional, International Cooperative Alliance (ICA), salah satu organisasi non-pemerintah internasional tertua dan paling banyak jumlah anggotanya. Didirikan pada tahun 1895, organisasi ini menyatukan serikat pekerja nasional, regional, dan federasi koperasi yang mewakili gerakan koperasi di seluruh dunia. ICA beranggotakan 315 federasi dan organisasi koperasi dari 110 negara dengan lebih dari 1 miliar anggota koperasi di dunia. Rusia telah menjadi bagian dari ICA sejak tahun 1903. Sebagai bagian dari partisipasinya dalam kegiatan ICA, Centrosoyuz bekerja di bidang-bidang seperti mempromosikan model dan nilai-nilai koperasi, melindungi kepentingan koperasi dan solidaritas koperasi, mengembangkan bidang pendidikan koperasi dan melibatkan kaum muda dalam kerjasama, serta bertukar pengalaman kooperatif dan membangun sistem interaksi kooperatif antaretnis yang efektif (rus.coop).

Sejarah Koperasi di Rusia Pada paruh kedua tahun 1860-an, publik Rusia menjadi sangat antusias dengan ‘asosiasi’ dan ‘artel’. Antusiasme ini terkait dengan ide-ide dan gerakan-gerakan sosial yang lazim setelah Emansipasi 1861; orang berpikir bahwa reformasi harus memberikan kemungkinan alternatif sosial untuk masa depan Rusia.

Antusiasme juga disebabkan, seperti yang kemudian ditulis oleh M. I. Tugan-Baranovskii, pada pengaruh sastra Eropa Barat dan hasil-hasil praktis dari gerakangerakan koperasi di Inggris, Prancis, dan Jerman. ‘Artel’ adalah lembaga rakyat tradisional terkenal di Rusia, dan ‘artel’ jarang memiliki aturan yang dikodifikasi. Pada 12 November 1799, peraturan pertama yang berhubungan dengan ‘artel’ diberlakukan sebagai bagian dari undangundang tentang serikat pekerja.

Sebuah ‘artel’ didefinisikan sebagai asosiasi orang-orang yang setuju untuk bertindak bersama-sama untuk perusahaan manufaktur atau untuk produksi barangbarang yang tidak mungkin dibuat dengan kekuatan satu orang. Dalam undang-undang tersebut disebutkan barang-barang dari pengangkut tongkang, tukang batu, nelayan, buruh kasar, dan lain-lain.

 Kalachev mendefinisikan ‘artel’ sebagai berikut: pekerja yang menggabungkan tenaga atau modal mereka berdasarkan prinsip (1) asosiasi; (2) pelaksanaan bersama perdagangan dan industri; dan (3) jaminan kolektif (Yoshio Imai, 1990). Di Rusia, sejarah koperasi selalu memasukkan unsur tragedi. Sejak awal harus menghadapi oposisi dari kelas penguasa, ketika berusaha untuk mempertahankan hak-hak istimewa perusahaan dan monopoli kekuasaan mereka.

Ketika tidak dapat memberikan pengaruh atas gerakan koperasi, maka melakukan beberapa upaya untuk membawanya di bawah kendali pemerintah. Gerakan koperasi di Rusia mencapai kepentingan yang begitu besar menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Jenis struktur manajemen baru ini mampu mencapai status tertentu meskipun sama sekali tidak ada penerimaan dan menghadapi tentangan yang kuat. Dalam periode 1915 hingga 1916, ada sebuah departemen di Universitas Shaniavskii, di Moskow, menjadi pusat intelektual gerakan koperasi. Di sini pendidikan kooperatif diberikan pada tingkat yang sangat tinggi.

Kursus ditawarkan oleh spesialis berkualifikasi tinggi seperti M.I. TuganBaranovskii, A.E. Kulyzhnyi, S.N. Prokopovich dan A.V. Chaianov. Komite Koperasi Pusat Seluruh Rusia, didirikan pada 1915, kemudian menjadi Konvensi Koperasi Soviet Seluruh Rusia, organ tertinggi gerakan koperasi. Para anggota koperasi bercita-cita menjadi kekuatan "ketiga", kelas transenden dari persuasi politik independen. Pada 1908 mereka mengadakan Konferensi All-Rusia pertama di Moskow. Mendirikan Bank Rakyat Moskow (Koperasi) dan jurnal khusus diterbitkan di seluruh Rusia.

Ciri yang patut diperhatikan adalah spektrum kepentingan yang luas dan keragaman daerah yang tercermin dalam gerakan-gerakan tertentu, tidak hanya oleh masingmasing daerah, tetapi juga di tingkat provinsi (brill.com). Tahun 1985, sektor koperasi ekonomi Soviet terdiri dari sekitar 26.000 pertanian kolektif dengan 12,7 juta pekerja, koperasi perumahan menyumbang sekitar 8 % dari semua pembangunan perumahan, dan berbagai macam kebun, pembangunan dacha, konsumen, dan koperasi kerajinan. Perluasan sektor koperasi untuk memasukkan gerai ritel, perusahaan komersial dan mereka yang menyediakan berbagai jenis layanan telah diperdebatkan oleh para ekonom selama beberapa tahun sebelum Gorbachev menjabat.

Mereka berpendapat bahwa karena negara tidak mampu melakukan semuanya, lebih baik melegalkan lembaga semi-swasta ini daripada menyerahkan fungsi yang mereka lakukan ke ekonomi bawah tanah atau ‘abu-abu’. Gorbachev awalnya mengambil garis keras pada pertanyaan ini.

Pada tanggal 28 Mei 1986 Dewan Menteri mengeluarkan dekrit yang memperketat pembatasan pada individu yang menggunakan akses mereka ke pasokan bahan bakar negara, transportasi, dan sejenisnya untuk keuntungan pribadi, yang memperoleh pendapatan dari menyewakan ruang perumahan secara pribadi, atau yang terlibat dalam penggelapan, spekulasi, dan suap. Namun larangan ini ternyata merupakan pendahuluan dari Undang-Undang tentang Aktivitas Pekerja Perorangan, dikeluarkan pada 19 November 1986, yang berupaya mendorong kewirausahaan swasta “berdasarkan secara eksklusif pada kerja pribadi warga negara dan anggota keluarga mereka.”

Undang-undang ini diikuti pada awal tahun 1987 oleh serangkaian keputusan (akhirnya dikonsolidasikan dalam Undang-Undang tentang Perkoperasian 26 Mei 1988) yang menempatkan koperasi swadana, swakelola, dan berorientasi pada laba dan pasar di atas dasar yang sama dengan negara. Perusahaan dengan anggotanya menikmati hak sosial yang sama sebagai pegawai negeri.

Pada akhir 1987, sekitar 150.000 orang bekerja di sekitar 13.921 koperasi jenis baru. Seperti dilansir Izvestiia, produktivitas mereka beberapa kali lebih tinggi daripada di perusahaan negara yang setara dan pendapatan yang dihasilkan juga mengesankan. Khususnya di kota-kota besar, koperasi rumah makan, salon penata rambut, kios buah dan sayur, bengkel sepatu dan sejenisnya tumbuh subur dan memberikan kualitas pelayanan yang lebih unggul dari Badan Usaha Milik Negara. Tapi keberhasilan koperasi menimbulkan banyak kebencian.

Warga Negara Soviet membanjiri pers dengan surat-surat yang mengeluhkan harga yang umumnya lebih tinggi yang dibebankan oleh koperasi, penyedotan pekerja terbaik dari perusahaan negara, dan ketergantungan mereka pada pasokan negara yang memperburuk kekurangan di sektor negara. Banyak koperasi rentan terhadap pajak selangit oleh pejabat lokal, suku bunga pinjaman yang tinggi, dan pemerasan perlindungan yang dijalankan oleh penjahat, yang biayanya mau tidak mau dibebankan kepada konsumen dalam bentuk mark-up.

“Kooperativshchiki” (pemilik koperasi) dengan demikian menjadi istilah pelecehan dalam percakapan biasa di Soviet (soviethistory.msu.edu). Sejarah Koperasi di Eropa Ekonomi politik gerakan koperasi yang berkembang di banyak negara Eropa sebelum, selama dan setelah Perang Dunia I sebagai bentuk countervailing power terhadap sistem ekonomi kapitalis yang berlaku.

Terutama diorganisir di kalangan petani untuk mempertahankan harga pasokan melalui koperasi pemasaran dan serikat kredit; juga muncul di antara populasi perkotaan yang tumbuh dalam bentuk koperasi konsumen untuk memastikan pasokan barang-barang berkualitas dengan harga terjangkau dan pada tingkat lebih rendah melalui koperasi produksi pekerja. Pada tahun 1914, koperasi telah muncul sebagai kekuatan ekonomi yang signifikan di Kekaisaran Austro-Hungaria, Kekaisaran Rusia, Italia, Jerman, Prancis, dan Inggris. Selama perang, koperasi memberikan pertahanan terhadap kemiskinan, dan mengisi kesenjangan pasokan yang diciptakan oleh ketidakmampuan sektor swasta untuk memasok komoditas dasar sebagai bagian dari ekonomi perang.

Pasca Perang

Setelah berakhirnya perang, koperasi menikmati perkembangan lebih lanjut sepanjang tahun 1920-an yang memainkan peran penting dalam rekonstruksi pascaperang. Asosiasi koperasi menjadi pelaku ekonomi yang kuat dan bahkan mulai berkembang sebagai kekuatan politik. Pada tahun 1927, ekonom Rusia A. Chayanov menghasilkan analisis teoretis yang signifikan tentang ekonomi koperasi yang melawan pandangan umum dari para ekonom Soviet dan pro-kapitalis.

Namun, dengan dimulainya pemerintahan otoriter pada tahun 1930-an, gerakan koperasi kehilangan pijakan. Di Soviet Rusia, kolektivisasi pertanian menghancurkan koperasi petani, di Italia koperasi ditekan oleh negara Fasis dan di Jerman dan Austria oleh Nazi.

Sebagai "jalan ketiga" antara ketidaksetaraan kapitalisme dan kontrol pusat negara yang angkuh di bawah Stalinisme dan Nazisme, koperasi telah menunjukkan kelangsungan dan ketahanan ekonomi mereka dalam menghadapi krisis ekonomi dan naik turunnya siklus bisnis. Namun, pada periode setelah Perang Dunia Kedua, mereka memainkan peran kecil dalam ekonomi campuran Keynesian, dalam komunisme Soviet yang direncanakan secara terpusat, atau dalam sosialisme Titois yang “dikelola sendiri” di Yugoslavia. Hanya Italia dan Prancis yang mempertahankan gerakan kooperatif yang signifikan. Ketertarikan baru-baru ini pada "ekonomi sosial" telah membawa perhatian kembali pada peran koperasi sebagai bentuk organisasi ekonomi yang rasional yang mampu berkembang dalam ekonomi pasar.

Oleh karena itu, pengalaman gerakan koperasi sebelum dan sesudah Perang Dunia Pertama harus menjadi pengingat akan relevansi bentuk organisasi ekonomi ini sebagai elemen penting dari respons yang tepat terhadap krisis ekonomi yang menimpa Eropa saat ini (Will Bartlett, 2015). Sikap dan Tindakan Koperasi-Koperasi di Dunia untuk Produk Rusia Sementara itu, berbagai media dalam jaringan, diantaranya www.independent.co.uk, pada Senin 7 Maret 2022, memberitakan bahwa Co-op Food telah menghapus vodka buatan Rusia dari raknya setelah invasi Vladimir Putin ke Ukraina.

Supermarket tersebut mengatakan semua produk yang dibuat oleh Russian Standard Vodka telah ditarik dari penjualan “dengan segera” karena merek tersebut “dipasarkan secara terang-terangan sebagai produk Rusia” dan diproduksi di Rusia. Infromasi tersebut memperkuat tayangan reuters.com yang sejak 3 Maret 2022 memberitakan bahwa kelompok supermarket Inggris, the Co-operative, telah menghapus penjualan vodka buatan Rusia sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina. Mengutip juru bicara Co-op yang menyatakan bahwa mereka telah mengambil keputusan untuk menghapus Vodka buatan Rusia dari penjualan.

C-op adalah grup supermarket terbesar ketujuh di Inggris, menurut data industri terbaru. Co-op Food adalah merek yang digunakan untuk bisnis ritel makanan The Co-operative Group di Inggris. Sebelum memperkenalkan kembali merek pada tahun 2016, grup ini menggunakan merek "The Co-operative", yang masih digunakan oleh sejumlah koperasi konsumen di Inggris. Masyarakat lain menggunakan merek mereka sendiri. Pada tahun 2016, Co-operative Food menyumbang sekitar 6,6% dari pasar bahan makanan Inggris (wikipedia.com). Fonterra pada 21 Maret 2022 mengumumkan akan keluar dari bisnisnya di Rusia mengikuti keputusan Co-op untuk menangguhkan pengiriman produk ke Rusia pada akhir Februari. CEO Miles Hurrell mengatakan bahwa langkah pertama setelah invasi Rusia ke Ukraina adalah membangun keamanan tim di Rusia. Mereka menilai dampak sanksi ekonomi dan mendiskusikan rencana jangka panjang dengan pelanggan dan mitra usaha patungan. Diantara rencana jangka panjang mereka untuk pasar Rusia, akan menutup kantor mereka di Moskow, mengerahkan kembali staf jika memungkinkan, dan menarik diri dari usaha patungan Unifood. Fonterra memasuki usaha patungan Unifood pada Desember 2018.

Fonterra mengekspor sejumlah kecil produk ke Rusia, terutama mentega, dengan total sekitar 1% dari ekspor tahunan kami. Mereka mengklaim bahwa mengingat permintaan yang kuat saat ini untuk produk susu Selandia Baru, mereka mengalokasikan kembali produk ini ke pasar lain. Selandia Baru telah mengekspor mentega ke Rusia selama lebih dari 40 tahun (fonterra.com).

Refleksi: Berkoperasi dalam Konflik dan Perang Global? Koperasi pada akhirnya dapat dipahami sebagai “jalan ketiga” di antara kapitalisme yang liberal dan komunisme yang sentralistik, apakah kemudian disebut sebagai jalan sosialisme? Mungkin dalam kontekstualisasi untuk modernisasi pengelolaannya bisa jadi demikian. Namun perekonomian bersama yang dikelola secara kolektif oleh masyarakat atau komunitas-komunitas yang lebih kecil dan sederhana di setiap negara bangsa ternyata juga pernah ada. Seperti ‘artel’ di Rusia, dan mungkin juga di Indonesia pada setiap suku bangsa yang ada dan membentuk keindonesiaan baru yang berbeda dari sebelumnya.

Koperasi yang disebut-sebut sebagai jalan perubahan sosial (ekonomi, budaya, dan politik) yang sesungguhnya radikal namun penuh perdamaian, mungkin harus mengambil cara yang berbeda dalam menghadapi konflik dan perang global di berbagai tingkatan: lokal, nasional, dan internasional. Sebab koperasi tidak selalu bahkan tidak harus merepresentasikan elit politik dan elit ekonomi dalam struktur sosial yang disebut sebagai kelas sosial.

Apakah konflik dan perang tersebut adalah perang antar kelas atau hanya antar elit politik dan elit ekonomi (yang berbeda identitas sosial –negara bangsa) saja? Begitupun, realitas bahwa hubungan antar koperasi yang berbeda negara-bangsa, bagaimana seharusnya mereka menerapkan manajemen sistem kepemilikan dan sistem operasionalnya? Ketika sebuah koperasi beroperasi lintas negara, apakah harus mirip bahkan sama saja dengan cara-cara korporasi yang kapitalistik beroperasi?

Apakah warga negara lain di negara di mana koperasi itu beroperasi juga boleh dan berhak menjadi anggota? Apakah sebuah koperasi transnasional atau multinasional atau apapun istilah yang merepresentasikan bahwa koperasi bisa beranggotakan setiap orang tanpa batasan identitas kewarganegaraan, memang memungkinkan untuk diselenggarakan? Sebab koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kepentingan dalam kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial, dan budaya melalui usaha yang dimiliki bersama. Koperasi dimiliki, dikendalikan, dan dioperasikan bersama secara demokratis oleh anggotanya, dengan setiap anggota memiliki satu suara dalam memilih pengurus/pengelolanya.

Orang-orang koperasi adalah mereka yang menggunakan produk, persediaan, dan/atau jasa yang dihasilkannya. Keuntungan juga dikembalikan kepada anggota koperasi, dengan menyeimbangkan pelayanan dan investasi anggota. Koperasi pada akhirnya mengajarkan untuk kemandirian dan kemerdekaan sejati bagi para anggotanya dan masyarakat.(*/PR/Foto : AFP)

Kategori
WACANA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar