Akhirnya Ex Bank BKE Bisa Profit!

Ex Bank BKE tahun ini berhasil lepas dari kerugian dengan laba bersih belasan miliar dan kenaikan aset puluhan triliun.

Setelah beberapa tahun mengalami kerugian yang terbilang tidak sedikit, tahun ini ex Bank BKE yang didirikan oleh Ketua Umum IKPRI Soemitro Djojohadikusumo dengan cikal bakal lembaga kredit IKPRI (Lemusdit), mulai menorehkan profit.

Pada tahun-tahun terakhir ketika masih menjadi Bank BKE, bank dengan saham seri A yang dimiliki IKPRI itu dirundung kerugian hingga Rp598,1 miliar. 

Bahkan, beberapa tahun sebelumnya, kredit macet alias NPL (non performing loan) di Bank BKE juga naik tinggi yang berakibat tingginya angka kerugian bank, yang pada saat itu menjadi satu-satunya bank buku dua, bank nasional yang dimiliki oleh koperasi yakni IKPRI.

Setelah ada penggantian manajemen dan direksi, perlahan kinerja Bank BKE mulai membaik. Namun, belakangan, kerugian kembali menghantam bank yang sebagian besar marketnya adalah anggota KPRI.

Kerugian yang dialami Bank BKE berimbas kepada kondisi finansial IKPRI yang berharap mendapat deviden dari keuntungan BKE. Kerugian bank di bawah komando Sasmaya Tuhuleley pada akhirnya berimbas dengan penjualan bank dari IKPRI sebagai pemegang saham seri A kepada PT Danadipa Sekuritas.

Kini Bank BKE telah berganti kepemilikan setelah diakuisisi Seagroup dan berubah  nama menjadi Seabank. Keberhasilan bank digital ini menyulap kerugian menjadi keuntungan tentu tidak terlepas dari ekosistem yang men-support kemajuan produk dan layanan bisnis.

Seperti keberadaan marketplace shopee yang berada dalam satu holding company dengan Seabank dan terintegrasi dengan seabank dalam layanan pembayaran  spaylater.

Selain itu juga tak lepas dari peran  jajaran direksi yang menahkodai bank digital yang kini masuk empat besar di tanah air.

Menariknya, masih ada sederetan nama yang akrab di telinga keluarga besar IKPRI yang kini tetap eksis menduduki posisi direksi. 

Mereka adalah Sasmaya Tuhuleley sebagai direktur utama, Evangelina Sintawati sebagai direktur tresuri, dan Joice Farida Rosandi sebagai direktur kepatuhan dan manajemen resiko.

Empat Besar Bank Digital

Kinerja keuangan emiten bank digital yang dulunya didirikan oleh Prof Soemitro untuk membantu Pegawai Negeri Sipil (PNS) melalui KPRI (koperasi Pegawai negeri) dan sekundernya (PKPRI dan GKPRI) itu tahun ini terbilang memuaskan.

Ex Bank BKE itu kini juga masuk empat besar bank digital di tanah air. Menariknya, ex Bank BKE itu berada di urutan pertama. Disusul tiga besar bank digital yakni PT Bank Jago Tbk (ARTO), PT Allo Bank Indonesia Tbk, dan PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO).

Ex Bank BKE ini pada 2021 lalu juga masih berdarah-darah dengan kerugian mencapai Rp 313,39 miliar.

Siapa sangka, pada kuartal ketiga 2022 ex Bank BKE ini mampu mencetak laba bersih hingga Rp 13,93 miliar. Ternyata, aset korporasi juga meroket hingga 301 persen yoy (year-on-year/yoy). Kini aset ex Bank BKE mencapai Rp 23,86 triliun.

Selama setahun, kredit ex Bank BKE tumbuh sebesar 448 persen  dari Rp 2,97 triliun (akhir September 2021) menjadi Rp 16,28 triliun (akhir September 2022).

Dana pihak ketiga (DPK) ex bank yang dulunya menjadi kebanggan IKPRI itu tumbuh 428 persen. CASA (current account saving account 60,89 persen. 

Sedangkan pendapatan bunga bersih atau net interest income Rp 2,39 triliun. Jumlah tersebut naik 14 kali lipat secara yoy alias year on year (yoy). 

Namun, di tengah keberhasilan Seabank, bank digital ini juga melaporkan kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) Rp 1,69 triliun. Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) mencapai Rp 1,65 triliun.

Hingga saat ini, kantor Seabank masih menempati Gedung IKPRI di Jalan RP Soeroso, Jakarta Pusat. Namun, sewa gedung akan berakhir pada awal 2023. 

Bagi korporasi atau koperasi yang tertarik leasing atau sewa gedung IKPRI, bisa menghubungi email ikprinews@gmail.com

(Susan/foto : Susan)

Kategori
INFORMASIA

Artikel Terkait

Komentar

  • Belum Ada Komentar

Tambahkan Komentar